Bola.com, Jakarta - Menjadi pemain basket tak pernah masuk dalam daftar cita-cita seorang Arki Dikania Wisnu. Pria yang lahir di New York pada 15 Maret 1988 tersebut justru lebih dulu bermain sepak bola ketimbang basket.
Namun, jalan hidup Arki berubah ketika sang sepupu, Ridi Djadjakusuma, menyuruhnya untuk berhenti membuang-buang waktu bermain sepak bola. Menurut Ridi, Arki seharusnya menekuni basket, mengingat dirinya tinggal di Amerika Serikat.
Advertisement
Baca Juga
"Saat Arki berumur 12 tahun, saya bilang ke dia, buat apa bermain sepak bola di Amerika? Setelah itu saya menyuruhnya untuk menekuni basket," tutur Ridi yang saat ini menjadi manajer Arki saat berbincang dengan Bola.com, Sabtu (21/10/2017).
Setelah menyuruh Arki berhenti bermain sepak bola, Ridi kemudian memberikan tantangan kepada pebasket yang identik dengan nomor 33 itu. Ridi menyuruh Arki melakukan sebuah dunk dan jika berhasil, ia berjanji akan membantu karier sang sepupu di dunia basket.
"Saya dan Arki tinggal di tempat yang berbeda. Arki tinggal di New York, sementara saya di Virginia. Saat itu Arki datang dan berkata sudah bisa melakukan dunk dan hal itu benar-benar terjadi," ujar Ridi.
Namun, saat berkunjung ke rumah Ridi kala itu, Arki rupanya berbohong sudah bisa melakukan dunk. Pebasket berusia 29 tahun itu mengaku hanya bermodal nekat.
"Saya melakukan empat kali percobaan saat itu dan baru di kesempatan terakhir bisa melakukan dunk. Sejujurnya itu merupakan kali pertama saya melakukan dunk," ujar Arki.
Sesuai janji, Ridi mengajak Arki kembali ke Indonesia pada 2009 untuk memulai karier di dunia basket. Saat itu Arki Dikania Wisnu melakukan try out bersama Satria Muda selama satu setengah bulan.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Langsung Didatangi Erick Thohir
Siapa sangka, Satria Muda ternyata langsung kepincut dengan bakat yang dimiliki Arki. Namun, Ridi tak langsung menerima pinangan dari klub milik Erick Thohir tersebut.
"Saya ingin Arki menyelesaikan kuliahnya dulu. Saat itu Arki masih menemupuh pendidikan di jurusan Psikologi Baruch University. Sebagai seorang sepupu sekaligus penanggung jawab, saya ingin Arki memiliki modal yang bagus untuk masa depannya," tutur mantan Chief Operating Officer Asean Basketball League itu.
Arki kemudian menyelesaikan pendidikan sarjananya pada 2011. Sesuai janji, Satria Muda kemudian langsung mengontak Ridi perihal kepastian pebasket dengan tinggi 187cm itu bermain di Indonesia.
Tak tanggung-tanggung, Erick Thohir selaku pemilik mendatangi langsung Arki di New York untuk membujuk sang pemain. "Penandatangan kontrak Arki dilakukan di New York bersama dengan Erick Thohir langsung," ujar Ridi.
Arki memulai debut pada NBL 2011-2012 bersama Satria Muda. Pada musim perdananya, ia langsung merebut tujuh penghargaan termasuk gelar juara liga lokal dan ASEAN Basketball League (ABL).
Enam tahun berlalu sejak melakoni debut di liga basket Indonesia, Arki menjelma menjadi pemain bintang. Bahkan Rookie of the Year NBL 2012 itu saat ini berstatus sebagai pebasket dengan bayaran termahal.
Advertisement
Berkat Kerja Keras Sang Sepupu
Keberhasilan Arki meraih kesuksesan di dunia basket memang tak lepas dari peran Ridi. Bahkan ia berterima kasih bisa memiliki manajer yang bisa mengatur segala urusan termasuk mencari sponsor.
Menurut Arki, saat ini pemain Indonesia memiliki kekurangan karena tak memiliki seorang manajer atau agen yang bisa mengatur kontrak ataupun sponsor. Pencetak 2013 poin di liga itu menyebut banyak pemain yang tak berani melakukan negosiasi kontrak secara layak dengan pihak klub.
"Apa yang saya dapat saat ini semuanya berkat kerja keras Ridi. Saya merasa beruntung bisa memiliki manajer yang bisa membantu saya dalam banyak hal," kata Arki.
Selain kembali meraih gelar juara yang lepas dari genggaman dalam dua musim terakhir bersama Satria Muda, Arki memiliki impian lain yakni menjadi juara bersama tim nasional Indonesia. Meski masih memiliki banyak kekurangan, Arki yakin jika pengelolaan tim nasional dilakukan dengan baik, bukan tidak mungkin hal itu bisa terwujud.
"Setiap orang yang memiliki peran penting di tim nasional harus melihat potensi yang ada pada pemain Indonesia saat ini. Berikan mereka pelatihan yang layak karena tentu sebuah prestasi tak bisa dihasilkan dengan cara instan," ujar Arki Wisnu.