Bola.com, Makassar - Tak ada bayangan dalam diri Isabelle Suryaman saat kecil bakal memiliki karier di dunia basket. Bahkan, pertemuan Isabelle dengan basket bisa dibilang terjadi karena dipaksa keadaan.
Memiliki minat tinggi pada dunia olahraga, Isabelle justru tidak tahu harus memulai cabang apa pada saat masih duduk di kelas enam Sekolah Dasar Tarsisius 1. Kala itu hanya basket yang bisa ditekuni gadis berusia 24 tahun tersebut.
Advertisement
Baca Juga
"Pertama memang hanya mencoba mengikuti teman-teman di sekolah, tapi kemudian menjadi rutin dan terus sampai kuliah," ujar Isabelle kepada Bola.com.
Sebelum bergabung dengan Merah Putih Samator, Isabelle juga tak pernah menyangka bisa bermain di level profesional. Sebelumnya pemain bernomor punggung tujuh itu hanya bermain di level kampus.
"Awalnya ikut try out bersama Merah Putih, waktu itu semua yang ada di klub ini baru termasuk pelatih. Ternyata bisa terpilih masuk dan menjadi bagian dari tim ini sejak 2015," tutur sarjana akutansi tersebut.
Postur Isabelle tak seperti kebanyakan pebasket wanita di Indonesia. Ia hanya memiliki tinggi badan 165cm dan berat 53 kg. Namun, dengan fisiknya yang kecil, Isabelle justru mampu merepotkan pemain lawan lewat penetrasi cepat.
Hal itu pula yang membuat pelatih Merah Putih Samator, Nina Yunita, menjadikan Isabelle sebagai pemain andalan tim. Menurut Nina, saat ini Isabelle hanya perlu mengasah gaya permainannya.
"Isabelle Suryaman memang kecil untuk ukuran pemain basket, tapi dia punya kecepatan. Saya selalu bilang kepada dia untuk terus berlatih mengasah kemampuan menembak dengan baik jika ingin bersaing," tutur Nina.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Terbentur Restu Orang Tua
Tekad Isabelle untuk serius di dunia basket sempat terbentur tembok tinggi yakni restu orang tua. Melihat kondisi basket putri yang memang masih jauh dari kata menjanjikan sebagai pilihan hidup, kedua orang tua Isabelle menyuruh sang anak memilih karier lain.
"Kedua orang tua sebetulnya lebih ingin saya pilih karier lain. Sampai saat ini mereka masih kasih kebebasan buat main basket, tapi tidak tahu sampai kapan," ujar Isabelle.
Kompetisi basket putri di Indoensia yang masih kalah pamor dari putra terkadang membuat para orang tua pemain menyuruh sang anak memilih karier di dunia lain. Kondisi seperti ini banyak ditemui pada pemain klub putri.
Sempat tidak mendapat perhatian dari Perbasi, kompetisi basket putri saat ini mulai menggeliat kembali lewat Srikandi Cup yang dibuat delapan klub peserta secara gotong royong. Padahal basket putri Indonesia memiliki peluang meraih medali emas dari cabang basket pada ajang SEA Games.
Mengalami seret prestasi selama hampir dua dekade, tim nasional basket putri mampu meraih medali perak pada SEA Games 2015 di Singapura. Sementara pada SEA Games 2017 di Malaysia, tim nasional basket putri merebut medali perunggu.
Menurut Isabelle, prestasi positif tim nasional basket putri harus terus berlanjut."Semoga dengan banyaknya prestasi yang dirai basket putri Indonesia bisa makin diperhatikan," ujar Isabelle.
Saat ini Isabelle tengah fokus membawa Merah Putih Samator memperbaiki prestasi pada Srikandi Cup 2017. Pebasket kelahiran 28 Oktober 1993 itu juga tak terlalu berharap bisa terpilih masuk ke dalam tim nasional jika belum bisa membuktikan diri di level klub.
"Jika ditanya apakah ingin bermain untuk tim nasional? Harapan itu tetap ada, tetapi belum berani berpikir lebih jauh karena masih banyak pemain yang jauh lebih baik dari saya." ujarnya.
Advertisement