Bola.com, Depok - Berbicara tentang atlet profesional tak melulu soal gaji atau prestasi di lapangan. Para pendiri Depok Nation Basketball Club membuktikan pebasket profesional juga bisa memiliki sisi kemanusiaan.
Mengutip ucapan Peter Venkman dari film Ghostbusters, "24 hours a day, seven days a week. No job is too big. No fee is too large,". Bila diterjemahkan menjadi "Bekerja 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Tak ada pekerjaan yang lebih besar. Tak ada gaji yang terlalu berlebih."
Advertisement
Baca Juga
Perumpamaan tersebut bisa diartikan: Seberapa berat pekerjaan dan penghasilan yang didapat, apabila panggilan membantu sesama datang, hal mana yang harus didahulukan? Dua pebasket nasional, Adhi Pratama dan Audy Bagastyo atau akrab disapa Egha, memiliki pribadi yang mencerminkan ungkapan tersebut.
Memiliki nama besar, prestasi, serta gaji tinggi rupanya tak membuat Adhi dan Egha melupakan akar mereka. Memulai karier dari Depok, Adhi dan Egha memiliki ambisi melahirkan pebasket muda yang bisa mengikuti jejak mereka.
Berangkat dari keresahan karena kurangnya fasilitas dan perhatian pemerintah terhadap olahraga basket, Adhi mengajak Egha yang juga berasal dari Depok membentuk sebuah komunitas basket bernama Depok Nation Basketball Club. Dalam perjalannya, Adhi dan Egha dibantu lima orang pendiri lain yang memiliki visi sama, yakni Sawito Djie, Airlangga Sabara, Tantio Prakoso, Dinda Koesditta Putri, dan Mamay.
Tak ada niat komersil, Depok Nation Basketball Club semata-mata hanya agar pebasket muda punya wadah untuk berkembang. Berdiri sejak 20 Juni 2017, Depok Nation kini memiliki puluhan bahkan ratusan peserta yang datang setiap akhir pekan untuk menimba ilmu.
"Depok Nation merupakan komunitas yang mewadahi para pemain. Di Depok, para pemainnya memiliki potensi, tetapi wadahnya tidak ada," ujar Adhi kepada Bola.com.
"Jadi, kami memberikan wadah melalui Depok Nation supaya mereka bisa bermain dan bertemu dengan teman-teman baru. Mereka sudah punya bekal sebelum terjun ke dunia profesional," tutur center Pelita Jaya tersebut.
Tak ada syarat khusus menjadi anggota Deok Nation Basketball Club. Semua peserta bebas bergabung setiap akhir pekan dan hanya dipatok membayar biaya lapangan secara kolektif.
"Depok Nation ini terbuka bagi siapa saja. Jadi setiap yang ingin belajar atau sekedar bermain pasti kami bantu," kata Adhi.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bermimpi memiliki penerus
Berangkat dari Depok, Adhi dan Egha saat ini telah menuai kesuksesan. Adhi merupakan pemain andalan Pelita Jaya yang telah menembus tim nasional, sementara Egha berstatus sebagai point guard Satria Muda Pertamina. Tak hanya Adhi dan Egha, pendiri Depok Nation lain yakni Airlangga Sabara tercatat sebagai mantan pemain Hangtuah Sumatera Selatan.
"Niat kami sederhana, ingin melihat ada penerus pemain basket profesional dari kota Depok. Kalau mereka tidak diberikan wadah, bagaimana hal itu bisa terjadi?," ujar Egha.
"Jadi, di sini mereka tidak hanya kami latih teknik dasar atau cara bermain basket yang benar. Namun, masalah mental dan perilaku juga kami bentuk agar mereka siap terjun ke profesional," sambung juara 1 POPNAS 2010 tersebut.
Demi mewujudkan mimpi tersebut, Adhi dan Egha bahkan rela menularkan ilmu yang sudah didapatnya kepada para anggota Depok Nation Basketball Club. Ke depannya bakal ada pelatihan khusus bagi pemain yang berbakat yang ingin menekuni teknik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Adhi dan Egha.
"Bagi mereka yang memiliki kemampuan menjadi big man atau main post di Depok Nation akan saya latih khusus. Sementara di sektor point guard, Egha dan Airlangga yang bakal menularkan ilmunya," ujar Adhi.
Advertisement
Berharap ada perhatian pemerintah
Langkah yang dilakukan Depok Nation tentu tak akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan pemerintah. Bahkan untuk mendapatkan tempat latihan, Adhi sampai harus mencari ke daerah yang sedikit terpinggir dari pusat kota Depok.
Sampai saat ini, Depok Nation menggunakan GOR Hadi, Mampang yang lokasinya terbilang kurang layak dan cukup sulit dijangkau. Selain itu kurangnya pembinaan membuat para pebasket di Depok sering kali pergi ke daerah lain.
"Ini masalah yang sudah ada sejak 2009, ketika saya memutuskan pergi dari Depok. Tidak adanya perhatian pemerintah tentang olahraga, bisa dilihat Persikad juga hilang begitu saja," tutur Adhi.
"Kami berharap setidaknya ada pelatihan dari pemerintah atau kejuaraan daerah agar bakat mereka ini bisa semakin terasah. Kalau seperti ini terus, pebasket muda yang ada di Depok pasti lebih memilih bermain dan mewakili daerah lain," sambungnya.
Meski belum mendapat perhatian dari pemerintah, perjuangan Depok Nation perlahan sudah mulai membuahkan hasil. Depok Nation kini sudah menjadi wadah para penggemar basket di Depok untuk menyalurkan hobinya.
Bomi Juliano misalnya, peserta ini mengaku sama sekali tidak bisa bermain basket sebelum bergabung ke Depok Nation Basketball Club. Bakat Bomi baru terasah setelah berlatih bersama Adhi dan Audy.
"Beruntung sekali bisa mendapat ilmu langsung dari dua pebasket nasional seperti Adhi dan Audy. Apalagi, di Depok Nation sama sekali tidak dipungut biaya," ujar Bomi
"Pelajaran yang didapat juga tidak sembarangan. Saya benar-benar termotivasi untuk cepat belajar karena ingin menyusul Adhi dan Audy bermain di level profesional," tutur siswa kelas 3 SMA PSKD tersebut.
Demi meningkatkan semangat anggota Depok Nation, tak jarang Adhi mengajak beberapa rekannya yang bermain di Indonesia Basketball League (IBL) datang bermain bersama. Pebasket nasional seperti Max Yanto, Daniel Wenas, Respati Ragil Pamungkas, dan Gabriel Batistuta Risky pernah menularkan ilmu mereka kepada anggota-anggota Depok Nation.
"Tujuannya sederhana mengapa saya mengajak mereka datang. Saya ingin anggota [Depok Nation](Depok Nation "Depok Nation") Basketball Club termotivasi agar bisa menyusul mereka bermain di level profesional suatu saat nanti," tutur Adhi.
Niat tulus Adhi, Egha, dan para pendiri Depok Nation patut diacungi jempol. Terus semangat, kawan!