Bola.com, Jakarta - Belakangan ini istilah social distancing mulai akrab dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Hal itu seiring masuknya virus Corona penyebab COVID-19 beberapa pekan lalu.
Semenjak itu, Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk mengajak warganya berperan aktif dalam pencegahan penularan virus Corona jenis SARS-CoV-2 ini.
Caranya dengan melakukan imbauan untuk bekerja di rumah (work from home), belajar di rumah, serta beribadah di rumah masing-masing.
Social distancing juga masuk kampanye tersebut. Hal ini berkaitan dengan sifat virus Corona yang mudah menular melalui percikan, semisal saat batuk ataau bersin.
Untuk itulah diperlukan "jarak" untuk memimalisasi risiko seseorang terkenal percikan (droplet) dari orang lain.
Advertisement
Baca Juga
Istilah social distancing dimunculkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyikapi pandemi virus Corona.
Jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, social distancing bisa diartikan sebagai pembatasan sosial.
Hal itu seperti disampaikan Ivan Lanin, seorang wikipediawan pencinta Bahasa Indonesia sekaligus pendiri Narabahasa, yakni penyedia edukasi, konsultasi, publikasi, dan aplikasi kebahasaan.
Selain pembatasan sosial, social distancing yang populer dalan masa pandemi COVID-19 ini juga bisa dipadankan dengan "jaga jarak sosial".
Pada awalnya, frasa ini diartikan sebagai upaya menjaga jarak untuk menghentikan atau meredam penyebaran penyakit menular.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
WHO Merevisi
Namun, istilah social distancing tidak bertahan lama karena WHO seolah "merevisi" istilah itu. Belum lama ini WHO mendesak agar semua kalangan lebih menggunakan frasa 'physical distancing' ketimbang social distancing.
Dalam Bahasa Indonesia, physical distancing bisa diartikan sebagai pembatasan fisik.
Padanan lain frasa itu ialah 'jaga jarak fisik'.
WHO memiliki alasan mengapa mengubah social distancing menjadi physical distancing dalam masa pandemi virus Corona ini.
WHO ingin lebih merekomendasikan jarak fisik daripada jarak sosial karena menginginkan masyarakat tetap terhubung secara sosial.
Tak hanya itu, WHO juga ingin menjernihkan konsepsi yang sudah beredar di masyarakat global, bahwa yang dibatasi adalah "fisik" bukan perihal sosial seseorang.
Social distancing bukan lantas berarti seseorang harus memutus hubungan dengan orang-orang yang dikasihi, seperti keluarga.
WHO ingin masyarakat tetap menjalin relasi seperti biasa. Hanya, caranya saja yang untuk sementara diubah, tidak bertemu fisik secara langsung, melainkan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, semisal melalui internet maupun berbagai platform media sosial untuk tetap terhubung.
WHO memandang kesehatan mental dalam menjalani masa ini, sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Disclaimer:
Bersama lebih dari 50 media nasional dan lokal, Bola.com ikut serta melakukan kampanye edukasi #amandirumah secara serentak di stasiun televisi, radio, koran, majalah, media siber, dan media sosial.
Bola.com secara intens akan memproduksi konten-konten edukasi informatif yang positif berkaitan dengan wabah virus Corona COVID-19 sebagai bagian gerakan moral bersama #medialawancovid19. Tolong bantu sebar seluas mungkin info positif ini ke seluruh lapisan masyarakat agar mata rantai penyebaran COVID-19 di Indonesia dapat diputus.
Advertisement