Bola.com, Jakarta - Legenda bulutangkis Indonesia, Rudy Hartono, sulit dipisahkan dengan All England. Kiprah Rudy di turnamen bulutangkis tertua di dunia tersebut sangat spesial.
Pria kelahiran 18 Agustus 1949 merupakan tunggal putra tersukses di kancah turnamen bulutangkis tertua di dunia tersebut. Dia mengoleksi delapan gelar, yang tak mampu disamai oleh pemain tunggal putra lainnya hingga sekarang.
Advertisement
Meskipun sepak terjang Rudy Hartono di All England sangat menakjubkan, bukan berarti tak ada momen pahit yang dialaminya. Dia mengaku tetap memiliki momen termanis dan terpahit di ajang prestisius tersebut.
"Momen paling berkesan tentu saat merebut gelar All England untuk kali pertama. Saat itu semua berharap karena sudah hampir 10 tahun Indonesia tak juara All England lagi," kata Rudy, dalam perbincangan dengan Bola.com, beberapa waktu lalu.
Rudy Hartono merebut titel All England kali pertama pada 1968. Pada laga final, dia mengalahkan pemain Malaysia, Tan Aik Huang, 15-12, 15-9.
Sebelum Rudy, Indonesia terakhir kali mememangi All England di sektor tunggal putra melalui Tan Joe Hok pada 1959. Tak heran, saat itu Rudy sangat gembira mampu menuntaskan penantian panjang publik Indonesia.
Titel pada 1968 menjadi awal dari rentetan gelar Rudy Hartono di All England. Pria kelahiran Surabaya tersebut kemudian mampu menjuarai All England tujuh kali beruntun hingga 1974.
"Momen terbaik kedua saat meraih gelar untuk ketujuh, karena itu secara beruntun. Sedangkan yang kedelapan kan ada jeda," tegas Rudy Hartono.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Momen Terpahit
Selain momen termanis, All England juga menjadi saksi saat Rudy Hartono mengalami pengalaman terpahit. Momen tersebut datang saat dia gagal menggenapkan rentetan gelar di All England menjadi delapan kali beruntun.
Ambisinya dijegal pemain Denmark, Svend Pri. Pada laga final All England 1974, Rudy takluk dari Svend Pri 11-15, 14-17.
"Kalau momen yang paling pahit saat ingin juara kedelapan tapi kalah dari Svend Pri. Tapi, tidak apa-apa. Kalau saya menang, mungkin Svend Pri sekarang di sana (sambil menunjuk ke atas, sudah meninggal pada 1983), bakal marah karena gagal juara All England. Bisa-bisa saya ditantang lagi kalau ketemu di alam sana," kata Rudy sembari tertawa.
Rudy Hartono baru bisa merengkuh gelar All England untuk kali kedelapan pada 1976. Pada laga puncak, dia mengalahkan sesama pemain Indonesia, Liem Swie King.
Advertisement