Sukses


Mengenang Jejak Lukman Niode, Panen Emas di PON hingga Tembus Ajang Olimpiade

Bola.com, Jakarta - Dunia olahraga Indonesia berduka. Salah satu mantan perenang nasional yang pernah membela Indonesia di kancah Olimpiade 1984, Lukman Niode, meninggal dunia, Jumat (17/4/2020) siang, pada usia 58 tahun.  

Kepergian Lukman Niode menjadi kehilangan besar bagi dunia renang Indonesia. Sumbangsih Lukman untuk renang Indonesia sangat besar, sejak masih jadi atlet maupun setelah pensiun. Dia sosok yang tak pernah lelah berjuang memajukan renang Indonesia.  

"Dunia renang Indonesia sangat kehilangan atas meninggalnya beliau. Setelah pensiun sebagai atlet, beliau kemudian aktif berkiprah di berbagai organisasi olahraga," kata perenang legendaris Indonesia yang pernah dilatih oleh Lukman Niode, Richard Sam Bera, saat dihubungi Bola.com melalui telepon.

"Olahraga Indonesia kehilangan sosok pemikir yang selalu berpikir ke depan (visioner) dan modern. Semoga ada yang bisa melanjutkan perjuangan beliau," kata Richard, yang sangat kehilangan atas kepergian mentor serta sahabatnya tersebut. 

Kiprah Lukman yang paling dingat adalah partisipasinya di kancah Olimpiade 1984. Namun, sebelum itu dia juga sudah menorehkan banyak prestasi untuk tim Merah Putih lewat renang.

Renang bagaikan denyut nadi bagi Lukman Niode. Dia sudah menggeluti olahraga akuatik tersebut sejak masih kecil. Bahkan, Lukman lahir dari keluarga yang kental aroma olahraga renang. Ayahnya, M. Niode, yang berasal dari Gorontalo, Sulawesi Utara, adalah pelatih renang. Saudara sekandungnya, Idroes, Burhanuddin, Dunia, dan Noerdiana, juga menggeluti renang. 

Pria kelahiran 1963 yang akrab disapa Lucky tersebut mengawali karier sebagai perenang di klub Tirta Kencana Jakarta. Saat itu, dia masih duduk di bangku SD.  Lukman memilih gaya punggung sebagai spesialisasinya. 

Lukman Naode perlahan namun pasti menapakkan kariernya di percaturan renang nasional. Dia kali pertama mengikuti turnamen kelompok umur di bawah 10 tahun pada Kejuaraan Nasional Antarklub Medan pada 1972. Setahun berselang, Lukman mencicipi debut internasionalnya, dengan mengikuti kejuaraan di Bangkok, Thailand, meski tak langsung membawa pulang medali. 

Empat tahun berselang, Lukman Niode merebut  9 medali emas pada Kejurnas 1976. Pesta medali emas Lukman Niode berlanjut dengan meraup 10 medali emas pada PON 1977, dan tujuh keping emas pada PON 1980. 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

Prestasi di Kancah Internasional

Lukman kemudian memperoleh kesempatan belajar di Amerika Serikat pada 1981, yang dibiayai KONI Pusat. Ia menimba ilmu di Cypress Hingh Scholl Los Angeles, kemudian lanjut ke Golden West College di Los Angeles. 

Perhatian dari KONI Pusat itu dibayar lunas Lukman dengan prestasi membanggakan. Lukman Niode memberikan sumbangsih untuk Indonesia di ajang SEA Games. Tampil memperkuat Tim Merah Putih pada SEA Games 1983, Lukman mempersembahkan dua medali emas.

Saat itu, dia juga memecahkan rekor nomor 100 meter gaya punggung putra. Dia mematahkan rekor Asia milik perenang Jepang, Kenji Ikeda. Lukman unggul satu detik dibanding rekor milik Ikeda.  

Setahun berselang, Lukman Niode tampil memperkuat Indonesia pada ajang Olimpiade 1948 di Los Angeles, Amerika Serikat. Lukman Niode langsung gugur pada babak penyisihan. Lukman juga pernah menjadi pemegang dua rekor nasional nomor 200 meter gaya punggung dan 100 meter gaya bebas.

Setelah pensiun sebagai perenang, Lukman Niode tak pernah jauh-jauh dari dunia olahraga. Dia menjadi anggota dari Indonesia Olympian Athlete (IOA) dan pernah ikut berperan dalam Panitia Penyelenggara Asian Para Games (INAPGOC) 2018 sebagai Wakil Deputi II.

Lukman juga tercatat menjabat sebagai Wakil IV Ketua Bidang Pembinaan Prestasi KONI Pusat.

"Beliau sosok atlet yang pintar dan cerdas. Menurut beliau seorang atlet tidak boleh hanya di olahraga saja, tapi harus menyelesaikan pendidikan, kemudian berkiprah di bidang lain. Itu yang selalu beliau kampanyekan ke perenang muda. Dia selalu menyuarakan itu, bahwa atlet harus punya intelegensia," urai Richard Sam Bera, yang pernah merasakan tangan dingin Lukman Niode, menjelang SEA Games 2005. 

Belum ada keterangan resmi tentang penyebab meninggalnya Lukman Niode. Sebelumnya, Lukman dikabarkan berstatus Pasien Dalam Pemantauan (PDP) COVID-19 dan menjalani perawatan di RS Pelni.

Namun hingga berita ini diturunkan, belum diketahui secara pasti penyebab Lukman Niode meninggal dunia. Rencananya, jenazah Lukman akan dikebumikan di Pemakaman Jeruk Purut, Jakarta Selatan.

Selamat jalan pahlawan olahraga Indonesia, Lukman Niode.  

 

Video Populer

Foto Populer