Bola.com, Jakarta Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie telah menembus jajaran pebulutangkis papan atas dunia. Mereka juga sudah menorehkan beberapa prestasi gemilang.
Anthony Sinisuka Ginting saat bercokol di posisi keenam peringkat dunia BWF. Jonatan tepat berada satu level di bawahnya, yaitu ranking ketujuh.
Advertisement
Urusan prestasi, keduanya juga cukup bersaing, meskipun belum mengantongi trofi bergengsi seperti All England hingga Kejuaraan Dunia Bulutangkis. Jonatan sudah mengantongi medali emas Asian Games, sedangkan Anthony Ginting pernah juara di Indonesia Masters dan China Terbuka. Keduanya juga sama-sama mengoleksi medali emas SEA Games.
Demi sampai di titik ini, Anthony dan Jonatan menjalani perjuangan keras. Selain berlatih keras yang sudah menjadi rutinitas sehari-hari, mereka juga perlu mengasah mental supaya tangguh menghadapi persaingan yang semakin berat.
Selama bertahun-tahun menapaki karier di bulutangkis, Jonatan dan Anthony tentu pernah merasakan berbagai suka dan duka. Dalam percakapan dengan Bola.com beberapa waktu lalu, Jonatan dan Anthony, membeberkan keseruan saat awal-awal bertanding ke luar negeri. Saat itu, masih ada juga Ihsan Maulana Mustofa, yang tahun lalu memutuskan mundur dari Pelatnas PBSI Cipayung.
Kenangan tampil di luar negeri pada awal-awal karier profesional Anthony Ginting dan Jonatan Christie ternyata sangat seru. Mulai dari tugas memasak sendiri, naik mobil pikap saat menuju tempat pertandingan, hingga insiden kena WO akibat ketiduran.
“Kami pernah ikut turnamen Maldives (Maladewa) pada 2013 (Maldives International Badminton Challenge 2013). Saat itu kami bawa bahan makanan sendiri. Soalnya makanan di Maldives agak susah, takut tidak cocok untuk kami. Jadi di sana kami memasak. Mau main masak dulu, terus mau tidur juga masak dulu. Kan dulu masih main di turnamen level challenge, jadi tidak ada koki yang menyertai kami,” beber Anthony Sinisuka Ginting, kepada Bola, beberapa waktu lalu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Duduk di Bagian Belakang Pikap
Ternyata, memasak makanan sendiri bukan momen terseru bagi ketiga pemain. Maldives benar-benar memberikan kenangan yang manis-manis pahit bagi Jonatan, Ginting dan juga Ihsan Maulana Mustofa. Kenangan yang paling melekat dalam memori Jojo adalah pengalaman naik mobil pikap sejak dari bandara hingga venue pertandingan!
Insiden lucu tersebut juga terjadi saat mereka mengikuti turnamen di Maladewa pada 2013. Ceritanya, para pemain muda Indonesia baru tiba di Maladewa pada pukul 22.00 waktu setempat. Ternyata, saat keluar dari bandara, mereka harus melanjutkan perjalanan menggunakan feri, karena kontur Maladewa adalah pulau-pulau.
Setelah itu, masih harus menyambung perjalanan dengan jalur darat. Namun, saat turun dari feri ternyata tak ada mobil jemputan untuk mereka. Setelah mencari-cari, akhirnya mereka menemukan juga kendaraan, sebuah pikap! Alhasil, mereka harus duduk di bak belakang pikap tersebut hingga hotel.
Peristiwa itu terulang setelah pertandingan pertama. Ada lima atau enam orang yang langsung kalah di babak pertama. Akhirnya mereka memutuskan bersantai sejenak mencari pantai yang bagus. Tapi, mereka kembali kesulitan menemukan kendaraan. Lagi-lagi mobil pikap jadi solusinya. “Ya sudah kami duduk di belakang, seperti kambing. Hahaha,” ujar Jonatan.
Advertisement
Pengalaman Saling Jegal di Turnamen
Sebagai pemain seangkatan, ketiganya memang sering mengikuti turnamen yang sama. Kondisi ini ada keuntungan, namun kadang kala memicu dilema. Apalagi jika mereka harus harus saling jegal, seperti kala Jonatan bertemu Ihsan pada babak kualifikasi All England 2016. Pertandingan itu akhirnya dimenangi Jojo.
Jonatan dan Anthony juga beberapa kali saling jegal di turnamen, seperti Australia Terbuka hingga Hong Kong Terbuka.
Ihsan mengaku situasi seperti itu sebenarnya membuatnya sedih. Sudah berlatih keras dan harus terbang jauh, malah saling jegal dengan teman sendiri. Padahal sebagai pemain tentunya tak ada yang ingin kalah. Tapi, saat ini mereka sudah mulai terbiasa dengan situasi tersebut.
“Memang rasanya sayang sekali kalau bertemu teman sendiri, tapi mau gimana lagi. Sekarang lebih mengerti. Kalau yang menang dia, berarti memang rezekinya dia. Nanti giliran siapa lagi yang menang, yang berarti risikonya orang itu,” timpal Jojo.
Mereka juga tak pelit membagi informasi soal lawan. Misalnya saat Anthony berjumpa Chen Long, dia akan sharing dengan Jojo yang pernah bertanding melawan tunggal China tersebut. Demikian juga sebaliknya. Masing-masing saling memberi dukungan supaya hasil yang diraih bisa maksimal.