Sukses


35 Kata-kata Filosofi Kopi, Cocok untuk Caption Media Sosial

Bola.com, Jakarta - Kata-kata Filosofi Kopi memiliki makna makna mendalam yang dapat dijadikan motivasi hidup. Rangkaian kata-kata Filosofi Kopi juga dapat dijadikan captions media sosial bagi kaum millennial. Kata-kata tersebut dapat mewakili jiwa-jiwa yang kesusahan merangkat kalimat panjang.

Filosofi Kopi merupakan satu di antara cerita pendek karangan Dee Lestari yang diluncurkan pada 2006. Karya tersebut lalu di angkat ke layar lebar pada 2015 dengan judul yang sama. Flim tersebut dibintangi oleh dua aktor papan atas negeri ini, Chicco Jerikho dan Rio Dewanto.

Dalam film tersebut juga dibumbui dengan kata-kata Filosofi Kopi yang memiliki makna mendalam.

Menurut sebagian orang, meminum secangkir kopi memiliki filosofi tersendiri. Ada berbagai rasa yang dimiliki kopi dan rasa tersebut diterjemahkan ke dalam kata-kata yang berbeda-beda untuk setiap orangnya, dan untuk berbagai kopi yang tentunya juga memiliki ragam rasa yang berbeda.

Kata-kata Filosofi Kopi merupakan kombinasi rasa dan filosofi dari meminum kopi.

Setiap orang tentunya memiliki berbagai filosofi tersendiri akan kopi yang diminumnya, begitu pula dengan suasana yang dia rasakan saat meminum kopi.

Berikut kata-kata Filosofi Kopi yang memiliki makna mendalam dan cocok dijadikan captions media sosial, yang dilansir dari Liputan6, Jumat (29/5/2020).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

Kata-kata Filosofi Kopi

1. "Dan kopi tak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya. Karena di hadapan kopi, kita semua sama".

2. "Cuma segelas kopi yang bercerita kepadaku bahwa yang hitam tak selalu kotor dan yang pahit tak selalu menyedihkan".

3. "Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?"

4. "Satu langkah kecil dari sebuah niat baik mampu membawa kita menuju sesuatu yang di luar imajinasi".

5. "Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. Karena satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan".

6. "Persahabatan kita itu kayak kopi tubruk, permukaanya kasar. Tapi ketika dicium, terus kenal lebih dalam, kamu enggak akan bisa ngelupain itu".

7. "Dalam diammu, aku mendengar banyak suara. Diammu berkata-kata".

8. "Kau sama si Jody itu bila kutengok, udah seperti biji kiri dan biji kanan. Meski ada satu yang lebih tinggi dibanding yang lain, tapi kalian ada di satu habitat yang sama".

9. "Tapi yang benar-benar membuat tempat ini istimewa adalah Ben. Ia tidak sekadar meramu, mengecap rasa, tapi juga merenungkan kopi yang ia buat".

10. "Lu sama gue tuh ibarat hati sama kepala. Hati sama kepala selalu punya masalahnya sendiri-sendiri, tapi yang satu gak bakalan bisa survive tanpa yang lain".

11. "Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring".

12. "Cinta adalah mengalami. Membuka diri tidak sama dengan menyerahkan".

13. "Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikuti di setiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan".

14. "Kalau saja hidup tidak berevolusi, kalau saja sebuah momen dapat selamanya menjadi fosil tanpa terganggu, kalau saja kekuatan kosmik mampu stagnan di satu titik, maka tanpa ragu kamu akan memilih satu detik bersamanya untuk diabadikan. Cukup satu".

15. "Cinta butuh dipelihara. Bahwa di dalam sepak terjangnya yang serba mengejutkan, cinta ternyata masih butuh mekanisme agar mampu bertahan."

16. "Kopi pertama pagi ini. Hitam. Seperti siluet wajahmu yg tertidur di bahuku, pada sebuah perjalanan".

17. "Ketika kopi menjadi sahabat sejati, pagi bukan lagi sebuah misteri. Seperti kamu yang selalu ada di hati, selalu mengisi hari-hari".

18. "Ada banyak caraku untuk menanti kedatanganmu tanpa rasa bosan, Duduk manis sembari kunikmati kopiku dengan perlahan".

19. "Begitu sederhana rindu kali ini; diterbangkan harum kopi, melekat indah di lembut pipimu, lalu mewarnai detik waktu".

20. "Bulan purnama, bintang di setiap sudut langit, secangkir kopi, kejanggalan hati, merindukan sesuatu yang super sulit untuk di atasi, yaitu kamu".

21. "Jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang".

22. "Buat apa ia pelihara luka hati yang cuma bikin matanya berair?"

23. "Sementara menunggu kopi tersaji, rinduku resah sendiri, mengaisi embun pagi, berharap menemukan jejak dirimu di sela berbatu".

24. "Cuaca demi cuaca melalui kami, dan kebenaran akan semakin dipojokkan. Sampai akhirnya nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang bersinar. Entah menghangatkan, atau menghanguskan".

25. "Ada dunia di sekelilingmu. Ada aku di sampingmu. Namun, kamu mendamba rasa sendiri itu".

26. "Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan terpendam. Seperti sepasang kekasih yang sudah lama saling bosan".

27. "Kopi pertama pagi ini. Hitam, pahit, dan penuh ampas. Seperti penolakan yang tidak tega untuk disampaikan".

28. "Kopi pertama pagi ini. Semakin pahit diteguk. Seperti kangen yang semakin tidak tuntas, semakin menyebalkan".

29. "Kopi pertama pagi ini. Pahit-manis. Seperti kata sayang terakhir dari dua orang yang saling berpisah jalan".

30. "Kopi pertama pagi ini. Terlalu manis. Seperti dua orang yg sedang melakukan pendekatan, dengan penuh kepalsuan".

31. "Cappucino itu kopi yang genit, ketebalan dan tekstur foam harus presisi, butuh standar penampilan yang tinggi. Cappucino harus terlihat seindah mungkin, karena cappucino adalah kopi yang cocok untuk orang yang suka keindahan sekaligus kelembutan".

32. "Setiap karakter dan arti kehidupan dapat kita temukan dalam secangkir kopi. Selama ada yang namanya kopi, orang-orang dapat menemukan dirinya di sini".

33. "Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan".

34. "Kopi itu mampu menghasilkan reaksi macam-macam. Dan dia benar. Kopi tiwus telah membuatku sadar, bahwa aku ini barista terburuk. Bukan cuma sok tahu, mencoba membuat filosofi dari kopi lalu memperdagangkannya, tapi yang paling parah, aku sudah merasa membuat kopi paling sempurna di dunia".

35. "Cuaca demi cuaca melalui kami, dan kebenaran akan semakin dipojokkan. Sampai akhirnya nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang bersinar. Entah menghangatkan, atau menghanguskan".

 

Disadur dari: Liputan6.com (Reporter: Nisa Mutia Sari, Editor: Rizky Mandasari. Published: 23/12/2019)

Video Populer

Foto Populer