Bola.com, Jakarta - Kata-kata bijak Najwa Shihab mampu menjadi motivasi dalam menjalani hidup. Najwa Shihab merupakan satu di antara presenter kondang di Indonesia.
Tak hanya cantik, perempuan yang akrab disapa Nana tersebut juga dikenal cerdas dan kritis saat melontarkan pertanyaan kepada narasumbernya.
Baca Juga
Advertisement
Bahkan, sejumlah narasumber yang pernah diwawancarainya berasal dari kalangan elite di Indonesia. Beberapa tokoh besar Tanah Air yang pernah menjadi narasumber Najwa Shihab antara lain B.J. Habibie, Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, Joko Widodo, dan Prabowo Subianto.
Selain itu, Najwa Shihab juga dikenal sebagai sosok yang penuh integritas dan dedikasi tinggi terhadap Indonesia. Tak jarang, Najwa Shihab melontarkan kritik tajam terhadap kinerja pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat.
Beragam kata-kata bijak Najwa Shihab mampu menginspirasi dan memotivasi banyak orang dari berbagai kalangan. Kata-kata Najwa Shihab tersebut penuh makna mendalam.
Tak heran jika dirinya dianggap sebagai seorang wanita yang menginspirasi.
Berikut ini, kumpulan kata-kata bijak Najwa Shihab yang bisa membuatmu semakin semangat, seperti dikutip Bola.com dari Dianisa.com, Sabtu (13/6/2020).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kata-kata Bijak Najwa Shihab
1. "Usia muda adalah modal agar tangan terus terkepal, untuk arungi medan politik yang terjal."
2. "Kebenaran & kepastian mengapung, di antara uang & kuasa yang mengepung."
3. "Berani muncul melawan arus, mendobrak kepalsuan yang terlanjur serius."
4. "Wajah penjara cermin hukum negara, sungguh-sungguh atau pura-pura."
5. "Di pundak pemimpin yang bebas korupsi, di situlah masa depan negeri."
6. "Keadilan jadi barang sukar, ketika hukum hanya tegak pada yang bayar."
7. "Berbuat untuk sebuah harapan, yang tidak lagi dikeluhkan tetapi diperjuangkan."
8. "Kaum mapan adalah musuh utama, bagi pemimpin untuk mengubah kota."
9. "Sejarah akan menghitamkan mereka yang layak dijatuhkan, sejarah akan meninggikan mereka yang memang layak dimuliakan."
10. "Sekolah perlu terus membuka diri pada perubahan, guru jangan segan beradaptasi dengan kebaruan."
11. "Pemuda tak sempat jadi anak manis melihat kepongahan terasa begitu sinis."
12. "Kekurangan jangan terlalu dikhawatirkan, selama kepemimpinan berjalan penuh keterbukaan."
13. "Sungguh tercela para politisi, yang mengabdi untuk menolong diri sendiri."
14. "Simbol dan panji agama pantang tergadai, terlebih di kemuliaan bulan suci."
15. "Jabatan menjadi berhala, ketika penguasa lebih sayang dukunnya."
16. "Kemampuan membaca medan, kecerdikan melihat kesempatan, dibutuhkan di tengah persaingan."
17. "Kita mungkin bosan dengan muka yang itu-itu saja, tapi yang muda juga harus kasih bukti yang jelas dan nyata."
18. "Tidak gampang takluk oleh kegagalan, terus mencipta momen kebangkitan."
19. "Peraturan seringkali bisa disiasati namun asas kepatutan dan etika janganlah dikhianati."
20. "Nasionalisme bukan slogan mati, tapi pengorbanan kolektif membela visi."
21. "Karena itu jadilah seorang pembaharu, biar orang lain yang ikut meniru. Daripada terus mengikuti tren tanpa henti, sebab hidup bisa habis tanpa diisi."
22. "Tidak sekedar memburu kapital, Indonesia lebih butuh solidaritas dan modal sosial."
23. "Jika pemimpin tidak harmonis, rakyat juga yang akan teriris."
24. "Harta dan tahta, memang dua sisi yang tak bisa dipisahkan. Perputaran uang, jadi bahan bakar kekuasaan."
25. "Inspirasi menjadi kunci, agar semua mau berpartisipasi. Bahu-membahu perbaiki negeri, bersama-sama mengabdi tanpa henti."
26. "Bukankah melelahkan jika selalu ikut tren, apalagi hanya agar dianggap keren."
27. "Pada kaum muda kita menitip masa depan, jangan biarkan jiwa mereka hangus oleh ego dan dendam."
28. "Banyak anak muda yang tumbang karena korupsi, mereka lupakan visi dan hanyut pada nikmat duniawi."
29. "Karena kita harus berlari cepat, sebelum semuanya jadi terlambat."
30. "Membuat publik melek informasi, agar tak mudah termakan fitnah dan caci maki."
31. "Media yang kuat butuh rakyat yang terlibat, mengelola kebebasan dengan bertanggung jawab."
32. "Tanah air adalah petak-petak yang harus diolah, tanah air adalah lautan yang harus dibelah."
33. "Jika sejarah menjadi guru kebijaksanaan, tokoh sejarahlah yang mengkongkritkan keteladanan."
34. "Yang harus dibabat adalah egoisme dan kebencian, yang mesti dirajut ialah solidaritas dan kepedulian."
35. "Mereka arungi dua dunia, antara peran & sandiwara, dengan karakter yang sebenarnya."
36. "Saat pragmatisme menjadi sobat kekuasaan, idealisme yang akan menyemai perlawanan."
37. "Apa arti ijazah yang bertumpuk, jika kepedulian dan kepekaan tidak ikut dipupuk?"
38. "Disiplin ilmu hanyalah modal pertama, ijazah cuma selembar kertas di atas meja."
39. "Tiap orang bisa punya mimpi, tapi tak semua bisa bangkitkan semangat tinggi."
40. "Saat ketidakadilan merajalela, keberanian menjadi berkah bagi semesta."
41. "Banyak yang ingin jadi bintang di layar kaca, bahkan jadi obsesi dan cita-cita. Padahal tak mudah berperan di depan kamera, harus mengatasi berbagai dilema."
42. "Di tanah kita agama dan tradisi saling memberi arti, membuka peluang untuk saling menghargai."
43. "Pemuda hari ini harus turun tangan, berkarya nyata menjawab semesta Indonesia."
44. "Di tengah pusaran kegelapan, kejahatan kerap dimaklumi sebagai kewajaran."
45. "Demikian cepat dan fananya kekuasaan, betapa suap dan godaan uang telah menghinakan."
46. "Buat apa wilayah seluas Sabang sampai Merauke, jika pemudanya kehilangan idealisme."
47. "Hebat memutuskan sosok berkualitas, berani mengabaikan yang tak pantas."
48. "Kebanggaan profesi bukan karena materi, tapi seberapa banyak bisa mengabdi."
49. "Pemuda masa silam menggelorakan kehendak bersatu, hari ini rayakanlah Indonesia tanpa ragu."
50. "Kita adalah anak panah yang harus meluncur, sangat banyak sawah ladang yang mesti dicangkul."
51. "Inilah pengajaran yang memanusiakan manusia, bukan pendidikan yang mengkerdilkan siswa."
52. "Zona nyaman selalu menghadirkan ketenangan, tak semua siap menghadapi guncangan."
53. "Apa gunanya sekolah tinggi-tinggi, jika hanya perkaya diri sendiri dan famili?"
54. "Hukum yang ditegakkan dengan retorika, hanya jadi bahan tertawa belaka."
55. "Yang menjadi pena adalah kebaikan, yang menjadi tinta adalah kemanusiaan."
56. "Ketamakan & kebodohan sungguh telah menghukumi, mereka yang mabuk kekuasaan & lupa diri."
57. "Pemimpin tak lahir karena ijazah, tapi oleh kerja keras dan kepedulian yang terus diasah."
58. "Tak ada orang istimewa di penjara, karena mereka hanyalah narapidana. Walau pernah jadi pejabat, tetap saja statusnya penjahat."
59. "Membangun karya dalam sunyi, dengan ikhlas karena cinta pada negeri."
Sumber: Dianisa.com
Advertisement