Sukses


45 Kata-kata Pepatah Jawa, Warisan Budaya Penuh Makna

Bola.com, Jakarta - Kata-kata pepatah Jawa memiliki makna dan pesan yang mendalam. Dalam pepatah Jawa tersebut berisi petuah dan naihat bagaimana menjalani hidup dengan baik.

Meski kerap dianggap sebagai bahasa kuno dan ketinggalan zaman, pepatah Jawa justru berlaku sepanjang hidup.

Kata-katanya yang singkat, tetapi penuh makna membuat pepatah Jawa masih digunakan hingga sekarang. Beberapa orang menjadikan pepatah Jawa sebagai semboyan hidup.

Ada juga yang menjadikan pepatah Jawa sebagai bahan intropeksi diri hingga untuk menyindir sesamanya. Jika dibaca dan dipahami dengan dengan saksama, pepatah Jawa banyak berisi nasihat yang mengajarkan tentang kehidupan.

Ada banyak kata-kata pepatah Jawa yang kamu bisa serap maknanya dalam hidupmu. Memahami dan menggunakan pepatah Jawa juga sebagai bentuk melestarikan budaya di Indonesia.

Bahkan, warisan budaya pemikiran orang Jawa ini bisa menambah wawasan serta mengajarkan hidup agar selalu 'eling lan waspodo' atau yang memiliki arti ingat dan waspada.

Berikut iniĀ kata-kata pepatah Jawa seperti dihimpun dari laman Bukubiruku dan Narasi Inspirasi, Selasa (16/6/2020).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

Kumpulan Pepatah Jawa

1. "Mikul dhuwur mendhem jero".

Seorang anak yang menjunjung tinggi derajat orang tua.

2. "Becik ketitik, ala ketara".

Perbuatan baik akan selalu dikenali, dan perbuatan buruk nantinya juga akan diketahui juga.

3. "Dhemit ora ndulit, setan ora doyan".

Berupa doa dan harapan agar selalu diberi keselamatan, tidak ada suatu halangan dan rintangan.

4. "Adigang, adigung, adiguna".

Mengandalkan kekuatan, kekuasaan, dan kepintarannya.

5. "Sepi ing pamrih, rame ing gawe".

Melakukan pekerjaan tanpa pamrih.

6. "Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah".

Hidup rukun pasti akan hidup sentosa, sebaliknya jika selalu bertikai pasti akan bercerai.

7. "Kakehan gludug kurang udan".

Terlalu banyak bicara namun tidak pernah memberi bukti.

8. "Desa mawa cara, negara mawa tata".

Setiap daerah memiliki adat istiadat atau aturan yang berbeda.

9. "Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan".

Meskipun tidak ada ikatan darah, namun terasa sudah seperti bagian dari keluarga, yang jika ada duka, ikut merasa sedih dan kehilangan.

10. "Ngajari bebek nglangi".

Pekerjaan yang tidak ada manfaatnya.

11. "Dandhang diunekake kuntul, kuntul diunekake dandhang".

Perkara yang buruk dianggap baik, sedangkan yang baik dianggap buruk.

12. "Gupak pulute ora mangan nangkane".

Sudah ikut berjuang susah payah, tapi tidak ikut menikmati hasilnya.

13. "Lambe satumang kari samerang".

Orang yang sudah berkali-kali dinasehati, tapi tak juga didengarkan.

14. "Nabok nyilih tangan".

Menggambarkan orang yang tidak berani menghadapi musuhnya dan meminta bantuan orang lain diam-diam.

15. "Urip iku urup".

Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Sekecil apa pun manfaat yang kita berikan, jangan sampai menjadi orang yang meresahkan masyarakat.

16. "Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman".

Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut-kejut, jangan manja.

17. "Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka".

Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

18. "Mangan ora mangan sing penting ngumpul".

Makan tidak makan yang terpenting adalah bisa berkumpul.

19. "Kacang ora ninggal lanjaran".

Kebiasaan anak selalu meniru dari orang tuanya.

20. "Kebo mulih menyang kandhange".

Sejauh-jauh seseorang pergi, akhirnya akan pulang ke kampung halamannya.

21. "Bathok bolu isi madu".

Menggambarkan orang dari kalangan bawah, tapi kaya ilmu pengetahuan.

22. "Busuk ketekuk, pinter keblinger".

Orang bodoh atau pandai suatu saat sama-sama akan mengalami keusulitan.

23. "Pitik trondhol diumbar ing padaringan".

Orang yang diberi kepercayaan barang berharga, pada akhirnya hanya bisa menghabiskannya.

24. "Asu rebutan balung".

Manusia berkonflik untuk memperebutkan suatu hal yang sifatnya sepele atau remeh temeh.

25. "Beda-beda pandumaning dumadi".

Tuhan Yang Maha Adil memberikan anugerah yang adil kepada seluruh makhluk ciptaanNya.

26. "Bibit, bebet, bobot".

Menilai kualitas berdasarkan asal muasal, peranan, dan kiprah yang telah diperbuat.

27. "Dhuwur wekasane, endhek wiwitane".

Kesengsaraan yang membuahkan kemuliaan

28. "Diobong ora kobong, disiram ora teles".

Menjadi pribadi yang ulet, tekun, tangguh menghadapi segala ujian dan rintangan, hingga berhasil merengkuh kemuliaan serta kejayaan

29. "Dumadining sira iku lantaran anane bapa biyung ira".

Terjadinya dirimu karena diciptakannya ibu bapakmu sehingga kedua orang tua harus dimuliakan.

30. "Jaman iku owah gingsir".

Ruang, waktu, serta zaman akan selalu dinamis dan berubah.

31. "Kaya banyu karo lenga".

Tidak pernah rukun ibarat air dan minyak.

32. "Kebo nyusu gudel".

Kaum tua menimba ilmu atau berguru kepada kaum muda

33. "Krido lumahing asto".

Hamba yang mengemis dan peminta-minta.

34. "Kutuk marani sunduk".

Mendekati mara bahaya

35. "Lamun sira durung wikan alamira pribadi, mara takona marang wong kang wus wikan".

Jikalau engkau belum memahami alam pribadimu, hendaknya engkau bertanya kepada yang telah memahaminya.

36. "Manungsa iku kanggonan sipating Pangeran".

Manusia itu memiliki sifat Tuhan.

37. "Nguyahi banyu segara".

Melakukan suatu perbuatan yang sia-sia belaka, ibarat menggarami lautan.

38. "Ngono ya ngono ning aja ngono".

Boleh saja engkau berperilaku sekehendak mu, namun jangan sampai melanggar nilai atau norma sehingga merugikan orang lain.

39. "Sapa sira sapa ingsun".

Janganlah menggurui, memerintah serta mencampuri urusan orang lain tanpa izin, apalagi memaksakan kehendak, biarlah masing-masing memiliki prinsip, pandangan, keyakinan serta pemikiran.

40. "Surga manut neroko katut".

Kehidupan seorang istri ditentukan dari baik-buruknya agama suami.

41. "Urip iku saka Pangeran, bali marang Pangeran".

Hidup itu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan

42. "Wani ngalah, luhur wekasane".

Berani mengalah demi kepentingan bersama adalah sikap yang luhur. Begitulah watak kesatria yang berjiwa besar dan lapang dada.

43. "Wani silit, wedi rai".

Seorang pengecut yang hanya berani di belakang layar, namun takut ketika behadapan secara langsung.

44. "Witing tresna jalaran saka kulina".

Awal mulanya tumbuh bibit cinta itu karena terbiasa

45. "Yen wedi aja wani-wani, yen wani aja wedi-wedi".

Jadilah engkau pribadi yang mempunyai prinsip, tegas, dan tidak ragu ragu.

Ā 

Sumber:Ā Bukubiruku, Narasiinspirasi

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer