Bola.com, Jakarta - Catherine Lyons, mantan juara senam Eropa junior dari Inggris mengaku mendapatkan perundungan dan kekerasan, baik fisik maupun mental dari pelatihnya. Pada beberapa kesempatan, ia juga dibiarkan kelaparan demi mendapatkan kesempurnaan sebagai atlet gimnastik.
Kepada ITV, Lyons menuturkan sejumlah siksaan yang ia dapatkan ketika berlatih senam. Gadis berusia 19 tahun itu sering dipaksa latihan meski dalam kondisi cedera.
Baca Juga
Sempat Memberi Perlawanan, Timnas Indonesia Tertinggal 2 Gol dari Jepang pada 45 Menit Pertama
Koreografi Berkelas La Grande dan Ultras Garuda dalam Laga Timnas Indonesia Vs Jepang di SUGBK, Ada Lirik Lagu Bernadya
Chill! Sambil Minum Es Kelapa, Abang Justin Hubner Nongol di SUGBK, Dukung Adiknya Bela Timnas Indonesia Vs Jepang
Advertisement
Saat berusia 10 tahun, ia juga di-bully dan dikritik karena dinilai kelebihan berat badan. Oleh karenanya, pelatihnya pun memaksa Lyons untuk tidak memakan apapun ketika menjalani pemusatan latihan.
Akibat dari kekerasan yang ia peroleh dari pelatih-pelatihnya, Lyons memutuskan untuk tidak menegejar mimpinya lagi sebagai atlet senam. Parahnya, Lyons didiagnosa menderita PTSD dan diharuskan menjalani perawatan di Rumah Sakit Priory.
"Sebagai atlet senam junior, kami sering diteriaki. Kami menangis, napas saya sampai terengah-engah. Kami mendapatkan perlakukan yang sangat salah. Saat kami menangis, pelatih biasanya mengencangkan volume musim di ruang senam supaya tangisan kami tidak terdengar," kata Catherine Lyons.
"Kalau masih menangis juga, saya diseret ke sebuah ruangan, dikunci sampai lelah sendiri. Saat kami lelah dan tak bisa latihan, kami dipaksa meminta maaf, padahal kami tidak salah," katanya lagi.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kelaparan Selama Sepekan
Dalam wawancara bersama ITV, Catherine Lyons juga mengaku dibiarkan kelaparan tak boleh makan sampai satu pekan. Itu dilakukan agar berat badannya ideal.
"Saya dipaksa tidak makan selama satu pekan. Pernah satu momen, ketika di rumah, akhirnya saya bisa makan. Tak ada sedikitpun makanan yang tumpah dari mulut saya. Saya sungguh kelaparan," katanya lagi.
Tak cuma fisik, pelatih juga mencederai mental para atlet junior. Lyons yang memang menjadi andalan Inggris, terpilih dalam sebuah kejuaraan di Jepang.
Sayang, cedera memaksanya batal tampil. Bukannya memberikan semangat, pelatih malah meledek Lyons. Ia dikirimi sebuah gambar triko Lyons di arena pertandingan, seraya menunjukkan kalau ia seharusnya tampil membawa harum negaranya.
Hal itu membuat Lyons sakit hati hingga akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan mimpinya menjadi atlet gimnastik.
Advertisement
Dianggap Lumrah
Lisa Mason, mantan atlet peraih medali emas Commonwealth Games 1998 yang juga pernah tampil di Olimpiade Sydney mengatakan bahwa kekerasan dalam dunia senam dianggap lumrah.
"Tangan saya pernah terkoyak dan berdarah. Tapi model kekerasan seperti itu sudah dianggap normal oleh mereka.
Sumber: ITV, Eurosport