Sukses


35 Kata-kata Puitis Sapardi Djoko Damono, Romantis dan Penuh Makna

Bola.com, Jakarta - Kata-kata puitis Sapardi Djoko Damono penuh makna dan bisa menjadi semangat hidup. Bagi para pencinta atau mahasiswa lulusan sastra pastinya tak asing dengan sosok Sapardi Djoko Damono.

Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono merupakan seorang pujangga Indonesia terkemuka, yang dikenal lewat berbagai puisi-puisinya. Meski menggunakan kata-kata sederhana, banyak karya Sapardi Djoko Damoni yang populer.

Bahkan, satu di antara karyanya yang berjudul Hujan Bulan Juni sudah dingkat dalam layar lebar. Kemudian Sapardi Djoko Damono juga banyak mendapatkan penghargaan lewat karya-karyanya.

Di sisi lain, awal karir menulis Sapardi Djoko Damono dimulai dari bangku sekolah. Saat masih di sekolah menengah, karya-karyanya sudah sering dimuat di majalah. Kesukaannya menulis semakin berkembang saat kuliah di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Sebagai seorang penyair besar, Sapardi Djoko Damono kerap membuat banyak orang kagum. Tak sedikit tulisan dari Sapardi Djoko Damono yang puitis dan penuh makna dijadikan quotes.

Banyak kata-kata puitis dari Sapardi Djoko Damono yang bisa kamu baca dan bagikan. 

Berikut ini redaksi Bola.com menyajikan, kata-kata puitis Sapardi Djoko Damono, seperti dilansir dari Brilio.net, Minggu (19/7/2020).

 

 

 

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Kata-kata Puitis Sapardi Djoko Damono

1. "Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa. Tapi, yang fana adalah waktu, bukan? tanyamu. Kita abadi."

2. "Tuhan merawat segala yang kita kenal dan juga yang tidak."

3. "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu."

4. "Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput."

5. "Dalam diriku meriak gelombang sukma, hidup namanya."

6. "MencintaiMu harus menjadi aku."

7. "Aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang."

8. "Cemaskan aku kalau nanti air hening kembali."

9. "Ia telah meletakkan hidupnya di antara tanda petik."

10. "Kita pun menyanyi selepas-lepasnya, sepasang kekasih yang tuli dan buta."

3 dari 5 halaman

Kata-kata Puitis Sapardi Djoko Damono

11. "Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu."

12. "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikan tiada."

13. "Barangkali hidup adalah doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras. Ia merasa Tuhan sedang memandangnya dengan curiga; ia pun bergegas."

14. "Aku musafir yang sedang mencari air, kamu sungai yang melata di bawah padang pasir."

15. "Kesepian adalah benang-benang halus ulat sutera yang perlahan-lahan, lembar demi lembar mengurus orang sehingga ulat yang ada di dalamnya ingin segera melepaskan diri menjadi kupu-kupu."

16. "Pada suatu hari nanti, jasadku tak akan ada lagi. Tapi dalam bait-bait sajak ini kau takkan kurelakan sendiri."

17. "Kita tak akan pernah bertemu; Aku dalam dirimu. Tiadakah pilihan Kecuali di situ? Kau terpencil dalam diriku."

18. "Lepaskan semua dari pikiranmu garis warna-warni yang silang-menyilang di benakmu itu."

19. "Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni, dibiarkannya yang tak terucapkan, diserap akar pohon bunga itu."

20. "Aku tidak punya hak memilihkan calon istri untukmu. Pilihan penuh ada di tanganmu."

4 dari 5 halaman

Kata-kata Puitis Sapardi Djoko Damono

21. "Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi."

22. "Baiklah, hari ini kita namakan saja ia ketakutan, atau apa sajalah."

23. "Pohon-pohon masih tegak, mereka pasti mengerti dendam manusia yang setia tetapi tersisih ke tepi."

24. "Dalam diriku menggenang telaga darah, sukma namanya."

25. "Lalu senyap pula. Berapa zaman telah menderita semenjak ia pun mengusir kita dari sana."

26. "Mana ada hantu mau tinggal di kampung miskin yang kebanyakan warganya tidak doyan makan hantu?"

27. "Katamu dulu kau takkan meninggalkanku. Omong kosong belaka! Sekarang yang masih tinggal hanyalah bulan yang bersinar juga malam itu dan kini muncul kembali."

28. "Dalam diriku mengalir sungai panjang, darah namanya."

29. "Kemiskinan adalah hantu yang setia menjaga kebanyakan rumah di desa."

30. "Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur."

5 dari 5 halaman

Kata-kata Puitis Sapardi Djoko Damono

31. "Nasib memang diserahkan kepada manusia untuk digarap, tetapi takdir harus ditandatangani di atas materai dan tidak boleh digugat kalau nanti terjadi apa-apa, baik atau buruk."

32. "Cemaskan aku kalau gugur daun demi daun lagi."

33. "Barangkali sudah terlalu sering ia mendengarnya, dan tak lagi mengenalnya."

34. "Waktu aku berjalan ke barat di waktu pagi matahari mengikutiku di belakang."

35. "Sesaat adalah abadi. Sebelum kau sapu taman setiap pagi."

 

Disadur dari Brilio.net (Reporter: Nur Lutfiana Hardian. Published: 30/1/2020).

Video Populer

Foto Populer