Bola.com, Jakarta - Legenda bulutangkis Indonesia, Hariyanto Arbi, mengaku kaget dan prihatin dengan adanya dugaan kasus match fixing yang menyeret delapan atlet Indonesia. Apalagi skandal ini terjadi pada atlet non-pelatnas PBSI.
BWF mengumumkan kasus tersebut beserta hukumannya melalui rilis di situs resminya, Jumat (8/1/2021). Delapan pebulutangkis Indonesia yang tersandung kasus match fixing tersebut yaitu Hendra Tandjaya, Ivandi Danang, Androw Yunanto, Sekartaji Putri, Mia Mawarti, Fadila Afni, Aditiya Dwiantoro, dan Agriprinna Prima Rahmanto Putra.
Advertisement
Dalam tuduhannya, kedelapan atlet Indonesia itu didakwa melakukan skandal match fixing dan perjudian bulutangkis. Skandal itu terjadi dalam kurun waktu 2015 hingga 2017.
"Saya kaget dengan adanya kasus ini setelah baca-baca di media. Namun, nama-namanya saya tidak kenal karena bukan atlet pelatnas," kata Hariyanto Arbi kepada Bola.com, Sabtu (9/1/2021).
"Cuma yang harus diketahui lebih jauh lagi bagaimana caranya bisa masuk ke masing-masing individu. Ini kan terjadi di luar pelatnas dan tentu saja di luar kendali PBSI," ucap Hariyanto Arbi.
Kedelapan atlet itu memanipulasi hasl pertandingan pada Skotlandia Terbuka 2015, Hong Kong Terbuka 2016, Makau Terbuka 2016, Syed Modi Internasional Badminton Championship 2017, Chinese Taipei 2017, US Open Grand Prix 2017, Sky City New Zaeland Open 2017, dan Vietnam Open 2017.
Atas dakwaan tersebut, kedelapan atlet dihadapkan pada sanksi berat sampai tak diizinkan lagi beraktivitas seumur hidup di bulutangkis. Para atlet masih memiliki hak untuk mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) dalam waktu 21 hari sejak pemberitahuan keputusan
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tergantung Individu
Hariyanto Arbi menilai sangat sulit untuk mencegah terjadinya skandal match fixing di masa depan. Menurut Hariyanto Arbi, semuanya tergantung pada individu masing-masing pemain.
PBSI tak memiliki kuasa lebih untuk mencegah kasus ini terulang kembali di masa depan. Hariyanto Arbi berharap agar para pemain bulutangkis Indonesia lebih memiliki mental dan integritas untuk mencegah match fixing.
"PBSI sulit mengendalikan hal semacam ini. Sebab, ini kan masuknya ke individu. Jadi, ya tergantung individunya. Cuma saya yakin hal semacam ini tak akan terjadi di atlet pelatnas," tegas Hariyanto Arbi.
Advertisement