Bola.com, Jakarta - Meski Olimpiade Tokyo 2021 akan digelar tanpa penonton asing, panitia dan pemerintah Jepang tetap meluncurkan sebuah software pendeteksi infeksi corona bernilai Rp900 miliar lebih. Hal ini dianggap sebagai sesuatu yang sia-sia dan hanya buang-buang uang saja.
NTT Communications dan ssebuah perusahaan teknologi yang mensponsori Olimpiade Tokyo sedang mengembangkan aplikasi pada Juni mendatang. Aplikasi ini memungkinkan otoritas tertentu mendeteksi orang yang terpapar virus corona.
Baca Juga
Media Negeri Jiran Panaskan Rumor Pelatih Karismatik Malaysia Jadi Arsitek Gres Persis di BRI Liga 1
Cerita Legenda Chelsea Temukan Bakat Hokky Caraka: Dulunya Bek dan Diubah Jadi Striker, Bangga Masuk Timnas Indonesia
Vietnam Mau Mainkan Pemain Naturalisasi Brasil Rafaelson aka Nguyen Xuan Son di Piala AFF 2024 Vs Timnas Indonesia, Masih Tunggu Izin FIFA
Advertisement
Namun demikian, aplikasi ini mengharuskan penggunannya untuk rajin menyetor informasi kesehatan secara berkala ke dalam sistem aplikasi tersebut di gawainya. Hal ini dikritik oleh Kanako Otsuji, anggota parlemen Jepang.
"Olimpiade Tokyo kemungkinan besar tanpa penonton. Apakah ini saatnya merancang aplikasi untuk penonton? Pemerintah Jepang sudah berulang kali gagal dalam inovasi digital, tetapi apakah akan berhasil dengan aplikasi baru ini?" kata Otsuji dalam saluran YouTube-nya bulan lalu.
Perlu diketahui, biaya yang dikeluarkan panitia Olimpiade Tokyo melalui sumbangan sponsor mencapai Rp50 triliun. Angka ini tiga kali lebih besar dari Olimpiade sebelumnya.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tetap Digelar
Meski terus menerus mendapat suara-suara miring terkait penundaan Olimpiade Tokyo 2020, panitia penyelenggara ngotot bahwa pentas olahraga multinasional tertinggi di dunia itu akan tetap berjalan sesuai rencana.
CEO Tokyo 2020, Toshiro Muto menegaskan, opsi menunda Olimpiade sampai Jepang mencatatkan penurunan kasus positif COVID-19 tidak bisa dilakukan. Pihaknya kekeh Olimpiade Tokyo 2020 harus tetap terlaksana pada Juli 2021.
Toshiro Muto menuturkan, Olimpiade sudah mengalami penundaan, dan menunda lagi untuk kali ke sekian bakal mengganggu kalender olahraga dunia.
"Ada orang yang mengatakan Olimpiade harus ditunda, tetapi menurut saya, tidak mungkin jika harus diundur lagi. Menyelenggarakan Olimpiade pada Juli adalah opsi saat ini," ujar Muto.
Olimpiade Tokyo 2020 disarankan untuk ditunda lagi, minimal satu tahun. Namun, Muto menjelaskan bahwa wacana tersebut sudah pasti akan ditolak oleh komunitas olahraga dunia.
Advertisement
Tanpa Penonton
Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyuarakan kekecewaan karena penggemar olahraga dari luar negeri bakal dilarang datang dan menyaksikan secara langsung Olimpiade Tokyo tahun ini, namun pihaknya "sepenuhnya menghormati dan menerima" keputusan tuan rumah.
IOC dan Komite Paralimpiade Internasional (IPC) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa, "demi keselamatan setiap peserta Olimpiade dan rakyat Jepang, kesimpulan mereka sepenuhnya dihormati dan diterima."
"Kami berbagi kekecewaan dengan semua penggemar Olimpiade yang antusias di seluruh dunia, dan tentu saja keluarga dan teman-teman para atlet, yang berencana datang ke Olimpiade," kata Presiden IOC Thomas Bach dalam pernyataannya seperti dikutip AFP.
"Untuk ini, saya benar-benar minta maaf. Kami tahu ini adalah pengorbanan yang besar untuk semua orang," tambahnya.
Sumber: AFP, First Post, Antara