Bola.com, Jakarta - Fabel dan legenda merupakan dua jenis karya sastra yang sering dipelajari. Namun, terkadang masih ada yang belum paham perbedaan antara keduanya.
Fabel adalah satu di antara bentuk cerita tradisional yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita, tetapi berperilaku menyerupai manusia.
Baca Juga
Beda Karakter Suporter di Indonesia dan Italia Menurut Bang Jay Idzes, Apa Tuh?
Mata Hansamu Yama Berkaca-kaca, 8 Bulan Melawan Cedera dan Kembali Jadi Starter di Persija: Gua Disuruh Pensiun...
Kekasih Kabarkan Hokky Caraka Dilarikan ke IGD Setelah Bela Timnas Indonesia Vs Filipina: Pipi Luka Dalam, Dijahit, Demam, Menggigil
Advertisement
Jadi, binatang-binatang yang ada dalam cerita fabel tersebut dapat berpikir dan berinteraksi layaknya perkumpulan manusia. Tak hanya itu, permasalahan hidup dalam cerita tersebut juga mirip dengan kehidupan manusia.
Dalam cerita fabel biasanya membawa pesan-pesan moral bagi manusia. Pesan-pesan moral tersebut antara lain tanggung jawab, kejujuran, disiplin, amanah, dan lain sebagainya.
Sementara, legenda adalah cerita rakyat yang ada di masyarakat dan berhubungan tentang suatu peristiwa. Biasanya, legenda mengisahkan asal-asul tempat, tumbuh-tumbuhan, dan dunia binatang.
Dalam legenda, ceritanya memiliki unsur sejarah, karena itu beberapa masyarakat menganggapnya benar-benar terjadi di masa lampau.
Seperti halnya fabel, legenda termasuk sastra lama. Meski sama-sama termasuk cerita lama, fabel dan legenda mempunyai ciri-ciri yang berbeda.
Penting untuk mengetahui ciri-ciri dari fabel dan legenda. Apa saja ciri-ciri fabel dan legenda?
Berikut ini rangkuman tentang ciri-ciri fabel dan legenda lengkap beserta contohnya, seperti dikutip dari laman Dosenbahasa, Kamis (22/4/2021).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ciri-Ciri Fabel
Adapun ciri-ciri fabel adalah sebagai berikut:
- Fabel mengambil tokoh para binatang.
- Tokoh-tokoh dalam fabel adalah para binatang, seperti semut, beruang, kancil, kera, dan lain sebagainya.
- Tokoh-tokoh dalam fabel digambarkan memiliki watak yang mirip dengan watak manusia, yaitu tokoh yang baik dan tokoh yang buruk.
- Tokoh-tokoh binatang dalam fabel dapat berbicara seperti manusia.
- Alur cerita fabel memiliki rangkaian peristiwa yang menunjukkan kejadian sebab akibat. Rangkaian peristiwa ini diurutkan dari awal sampai akhir.
- Latar yang digunakan dalam fabel adalah latar alam, seperti hutan, sungai, kolam, dan lain-lain.
- Karakteristik kebahasaaan dalam fabel, di antaranya banyak menggunakan kalimat naratif, kalimat langsung atau dialog yang terjadi antara para tokoh, dan menggunakan bahasa percakapan.
Advertisement
Contoh Cerita Fabel
Berikut ini contoh cerita fabel yang dikutip dari laman Thegorbalsla.com:
Rusa dan Kura-Kura
Pada zaman dahulu, hidup seekor rusa yang amat pemarah dan juga sombong. Ia bahkan kerap meremehkan kemampuan hewan yang lain. Suatu ketika, sang rusa berjalan di pinggir danau. Ia tidak senjaga berjumpa dengan kura-kura yang tampak mondar-mandir saja. Melihat hal itu, sang rusa bertanya, "Kura kura, apa yang tengah engkau lakukan?"
Kemudian kura-kura pun menjawab, "Aku sedang mencari sumber penghidupan". Mendengar itu, sang rusa tiba-tiba marah, "Kau jangan berlagak. Kau hanya mondar-mandir dan berlagak mencari sumber kehidupan".
Kura-kura pun berupaya untuk menjelaskan, akan tetapi rusa tetap saja marah. Rusa juga mengancam akan menginjak tubuh kura-kura. Akhirnya, kura kura merasa jengkel dan menantang rusa untuk adu kekuatan dari betis kaki mereka.
Mendengar tantangan tersebut, tentu saja rusa amat marah. Akhirnya, ia minta kepada kura-kura untuk menendang betisnya terlebih dahulu. Namun, kura-kura tidak mau dan menjawab, "Apabila aku yang menendang betismu lebih dulu, tentu saja engkau akan jatuh dan tidak sanggup membalasku".
Akhirnya, rusa makin marah dan melakukan ancang-ancang untuk menendang kura kura. Namun, kura-kura segera memasukkan kaki-kakinya ke dalam tempurung. Akhirnya, rusa menginjak tempurung dengan kuat dan itu menyebabkan kura-kura tertimbun di tanah.
Kura-kura berusaha keluar. Dan sesudah seminggu berlalu, ia berhasil keluar dari tanah dan mencari rusa. "Bersiaplah rusa, kini aku yang saatnya menendang". Mendengar itu, rusa hanya memandang remeh kemampuan yang dimiliki oleh kura-kura. "Kerahkan saja semua kemampuan yang engkau miliki untuk menendang betisku. Ayolah jangan ragu".
Kura-kura pun bersiap dan mengambil ancang-ancang tempat tinggi. Kemudian, ia pun menggelindingkan tubuhnya. Dan ketika sudah hampir mendekati tubuh rusa, ia menaikkan tubuhnya sampai melayang. Ternyata kura-kura mengincar hidung sang rusa. Dengan sangat keras, akhirnya tempurung kura-kura berhasil menyebabkan hidung sang rusa putus. Dan akhirnya ia pun mati.
Ciri-Ciri Legenda
Legenda kerap disamakan dengan dongeng, namun sejatinya legenda memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan karya sastra lainnya. Berikut ini ciri-cirinya:
- Legenda merupakan cerita rakyat atau cerita tradisional yang dimiliki oleh masyarakat sejak dahulu.
- Ceritanya biasa dihubungkan dengan peristiwa dan benda yang berasal dari masa lalu, seperti peristiwa penyebaran agama dan benda-benda peninggalan seperti masjid, kuburan, patung, dan lain-lain.
- Para pelaku dalam legenda dibayangkan sebagai pelaku yang betul-betul pernah hidup pada masyarakat lalu.
- Hubungan tiap peristiwa dalam legenda menunjukkan hubungan yang logis.
- Pelaku dan perbuatan yang dibayangkan benar-benar terjadi menjadikan legenda seolah-olah terjadi dalam ruang waktu yang sesungguhnya.
Advertisement
Contoh Legenda
Berikut ini contoh legenda yang dikutip dari buku Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII, Kemendiknas 2011:
Si Pitung
Si Pitung adalah seorang pemuda yang saleh dari Rawa Belong. Ia rajin belajar mengaji pada Haji Naipin. Selesai belajar mengaji, Si Pitung berlatih silat. Setelah bertahun-tahun, kemampuannya menguasai ilmu agama dan bela diri makin meningkat.
Pada waktu itu, Belanda sedang menjajah Indonesia. Si Pitung merasa iba menyaksikan penderitaan yang dialami oleh rakyat kecil. Sementara itu, Kumpeni (sebutan untuk Belanda), sekelompok Tauke, dan para tuan tanah hidup bergelimang kemewahan. Rumah dan ladang mereka dijaga oleh para centeng yang galak.
Dengan dibantu oleh teman-temananya, Si Rais dan Jii, Si pitung mulai merencanakan perampokan terhadap rumah para Tauke dan tuan tanah kaya. Hasil rampokannya dibagi-bagikan pada rakyat miskin. Di depan rumah keluarga yang kelaparan diletakannya sepikul beras. Keluarga yang dibelit utang rentenir diberinya santunan dan anak yatim piatu dikiriminya bingkisan baju dan hadiah lainnya.
Kesuksesan Si pitung dan kawan-kawannya dikarenakan dua hal. Pertama, ia memiliki ilmu silat yang tinggi serta dikabarkan tubuhnya kebal akan peluru. Kedua, orang-orang tidak mau menceritakan di mana Si Pitung berada. Namun demikian, orang kaya korban perampokan Si Pitung bersama Kumpeni selalu berusaha membujuk orang-orang untuk membuka mulut.
Kumpeni juga menggunakan kekerasan untuk memaksa penduduk memberi keterangan. Pada suatu hari, Kumpeni dan tuan-tuan tanah kaya berhasil mendapat informasi tentang keluarga Si Pitung. Maka, mereka pun menyandera kedua orang tuanya dan Haji Naipin. Dengan siksaan yang berat, akhirnya mereka mendapatkan informasi tentang di mana Si Pitung berada dan rahasia kekebalan tubuhnya.
Berbekal semua informasi itu, polisi Kumpeni menyergap Si Pitung. Tentu saja Si Pitung dan kawan-kawannya melawan. Namun, malangnya, informasi tentang rahasia kekebalan tubuh Si Pitung sudah terbuka. Ia dilempari telur-telur busuk dan ditembak. Ia pun tewas seketika. Meski demikian, untuk Jakarta, Si Pitung tetap dianggap sebagai pembela rakyat kecil.
Sumber: Dosenbahasa, Thegorbalsla, Buku Bahasa Indonesia