Bola.com, Banjarnegara - Virus corona penyebab COVID-19 menjadi pandemi di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Adanya pandemi virus corona benar-benar memengaruhi kehidupan banyak orang.
Semua sisi kehidupan penduduk dunia berubah secara signifikan. Berbagai sendi kehidupan terkena dampak virus yang berasal dari Wuhan, China itu.
Baca Juga
Maarten Paes Bawa Level Berbeda di Bawah Mistar Timnas Indonesia: Perlu Pesaing yang Lebih Kuat?
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Rapor Pemain Lokal pada Dua Laga Home Timnas Indonesia di Kualifiaksi Piala Dunia 2026: Ridho Tak Tergantikan, Marselino Jadi Pahlawan
Advertisement
Momen paling menyedihkan saat pandemi ini, ketika kita mendengar cerita-cerita sedih dari orang terdekat seperti sahabat, keluarga, atau teman yang kehilangan orang tercinta karena virus corona.
Selama kurun waktu lebih dari satu tahun adanya pandemi virus corona pastinya menjadi momen menyedihkan bagi seluruh penduduk dunia, tak terkecuali Indonesia.
Seperti telah disebutkan di atas, pandemi memukul berbagai sendi kehidupan. Pandemi virus corona penyebab COVID-19 membuat banyak bisnis bergejolak. Mulai industri hingga pariwisata dan masih banyak lainnya.
Sektor perekonomian turut terimbas pandemi COVID-19 yang telah terjadi selama satu tahun lebih di Indonesia. Tidak hanya pada sektor ekonomi makro, tetapi juga berdampak pada sektor ekonomi mikro.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Permintaan Berkurang saat Pandemi
Banyak peternak dan petani mengalami kesulitan menjual produk mereka akibat pandemi COVID-19. Sementara itu, agar tetap bertahan dan mendapat untung, tak sedikit dari mereka yang beralih ke cara berdagang baru.
Satu di antaranya ialah seorang peternak ayam petelur bernama Guntur Yugo, warga desa Panggisari, kecamatan Mandiraja, Banjarnegara. Adanya pandemi COVID-19 membuat ia mengubah perilaku dalam berwirausaha agar bisa sekadar bertahan.
"Saya sudah cukup lama menggeluti usaha ini. Namun, saat pendemi ini imbasnya cukup besar," kata Guntur, Minggu (30/5/2021).
"Saat awal pandemi, permintaan telur sempat merosot. Pasar banyak yang tutup, warung-warung juga tidak buka karena masyarakat ke mana-mana sudah tidak boleh."
"Tapi, ya mau bagaimana lagi, demi keluarga dan anak sebisa mungkin tetap bertahan agar tetap cuan," tambahnya.
Tak bisa dimungkiri, pandemi virus corona menjadi masalah bagi banyak orang. Namun, kondisi tersebut tidak menyurutkan semangat Guntur untuk terus melakukan inovasi dalam usaha yang ditekuninya.
"Saat kondisi normal ada yang datang langsung beli telur. Tapi, adanya pandemi dan pembatasan sosial, saya biasanya antar langsung," ujar pria yang juga berprofesi sebagai guru itu.
"Saya juga harus menjaga kebersihan telur, apalagi saat pandemi seperti ini," lanjutnya.
Namun, cerita Guntur bertahan selama pandemi tak hanya sampai di situ. Selama pandemi COVID-19, harga telur ayam diketahui naik turun.
Advertisement
Harga Naik Turun
Naik turunnya harga telur tersebut tidak diimbangi dengan harga pakan. Saat harga telur turun, harga pakan justru tetap stabil dan cenderung naik.
Harga telur yang fluktuatif tersebut membuat pria yang hobi bermain sepak bola itu harus putar otak agar dapat bertahan dan meraup untung di masa pandemi COVID-19.
"Selama pandemi ini, tak hanya permintaan yang sempat turun. Tapi, harga telur dan pakan yang tak sesuai. Kalau pakan naik, setidaknya harga telur tidak turun," ungkapnya.
"Sebelum pandemi COVID-19, harga telur ayam bisa mencapai Rp24 ribu hingga Rp25 ribu per kilogramn. Tapi, pas pandemi, harganya pernah turun hingga Rp18 ribu per kilogramnya," ucapnya.
Menyikapi situasi tersebut, pria berusia 29 tahun itu melakukan berbagai upaya. Satu di antaranya melakukan budidaya lele. Ia bersyukur bisa belajar budidaya lele.
"Ya, Alhamdulillah saat pandemi ini malah jadi belajar budidaya lele. Pada bagian bawah kandang saya buat kolam buat lele," ucapnya.
"Kotoran ayam petelur bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan lele, yang ada di bawah kandang ayam bertelur tersebut," imbuh Guntur.
Di akhir pembicaraan, bapak satu anak ini berharap virus corona bisa segera hilang atau situasi kembali normal dan harga telur bisa sebanding dengan harga pakan.
"Mungkin tidak hanya saya, semua orang tentu ingin pandemi ini cepat berahir, dan semoga harga telur tidak terlalu jomplang dengan harga pakan," pungkasnya mengakhiri pembicaraan.