Bola.com, Jakarta - Kurang dari dua bulan Olimpiade Tokyo 2020, tim bulutangkis Indonesia terus berlatih untuk meningkatkan konsistensi. Tim bulutangkis Indonesia meloloskan tujuh wakil untuk pesta olahraga empat tahunan tersebut.
Olimpiade Tokyo, Jepang akan digelar pada 23 Juli-8 Agustus 2020. Persiapan untuk perhelatan itu terus dikebut, baik secara teknis yang berkaitan dengan pelatihan atlet maupun non-teknis yang bersifat administratif.
Baca Juga
Hasil Lengkap Semifinal BWF World Tour Finals 2024 Hari Ini: 3 Wakil Indonesia Semua Kandas, Termasuk Jonatan Christie
Link Live Streaming Semifinal BWF World Tour Finals 2024: Yuk, Dukung Perjuangan 3 Wakil Indonesia
3 Wakil Indonesia Melaju ke Semifinal BWF World Tour Finals 2024, 3 Wakil Tersingkir
Advertisement
Tak terkecuali sektor tunggal putra yang mengirimkan dua wakil di Olimpiade 2020, yaitu Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie. Kepala pelatih tunggal putra Pelatnas PBSI, Hendry Saputra Ho, mengungkapkan program persiapan sudah berjalan sejak dua bulan lalu.
"Sejak dua bulan lalu hingga hari ini, kami sudah coba fokus untuk peningkatan fisik, stamina, power, strength, dan kecepatan. Semua sudah kita jalankan dan akan terus berjalan sampai kira-kira dua minggu sebelum keberangkatan nanti," ujar Hendry dalam rilis yang diterima Bola.com, Sabtu (5/6/2021).
"Sejauh ini saya lihat hasilnya cukup bagus dan harusnya on target dengan kondisi yang kita mau. Nanti ketika hari berangkat dan tiba di sana juga sudah dalam keadaan baik, hasil latihan juga sudah baik," jelasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Fokus Meningkatkan Teknik dan Mental
Hendry mengatakan bahwa ia tidak melihat terlalu banyak kekurangan yang ada pada anak asuhannya jelang Olimpiade 2020. Dia hanya fokus untuk meningkatkan teknik dan mental di program latihannya ini.
"Sebenarnya kalau kekurangan tidak banyak. Mereka ini sudah berada di level yang sekarang kan sudah lama. Dan saya tahu standar kualitasnya. Hanya ada tingkat yang tidak maksimal, mungkin dari pikiran dan mental dengan kondisi seperti ini akibat jarang bertanding," Hendry menuturkan.Â
"Jadi kalau saya lihat bagaimana membuat tekniknya bisa lebih aman, lebih konsisten, dan lebih fokus untuk menerapkan pola main yang benar. Kami ingin meningkatkan di teknik dengan cara mainnya, strateginya, pola pikir, dan juga mentalnya."Â
"Untuk mental saya kira itu yang paling penting karena mereka sudah cukup lama tidak bertanding. Makanya nanti seperti rencana PBSI yang akan menggelar simulasi, itu sebuah harapan supaya kita bisa tahu dimana kondisi keadaan mental mereka," tutupnya.Â
Advertisement
Absen Bertanding Pengaruhi Kondisi Pebulutangkis
Tidak bertanding dalam waktu relatif lama diakui Hendry cukup memengaruhi keadaan. Meski begitu, pelatih berusia 57 tahun itu berusaha menyiasatinya.
"Kalau untuk masalah sudah lama tidak bertanding, memang akhirnya kami menyiasati dengan konteks pola latihannya saja. Kami coba disamakan seperti pertandingan nanti. Juga di simulasi jadi kami bisa lihat kondisi mereka dan dampaknya apa nanti," tutur Hendry.
"Batalnya Malaysia Terbuka dan Singapura Terbuka itu cukup berpengaruh. Bagaimana kondisi fisik dan mental anak-anak sebenarnya sudah siap tempur, tapi akhirnya mau tidak mau harus batal. Itu yang kami cermati untuk persiapan ke Olimpiade 2020. Ada dua bulan ke depan, kita harus siap dengan keadaan apapun. Jadi bagaimana kita merancang dan mengatur agar nanti bila sudah tiba di sana kondisinya sudah maksimal," katanya lagi.
PBSI sudah menyiapkan pertandingan simulasi sebagai ajang pemanasan para atlet yang akan berlaga di Olimpiade 2020 pada 18-19 Juni 2021 di Pelatnas Cipayung. Untuk format simulasi akan segera diumumkan.