Bola.com, Jakarta - Penggunaan plasma konvalesen belakangan dianggap sebagai cara ampuh sebagai terapi untuk pasien COVID-19. Namun, hal itu ternyata tidak efektif untuk penderita COVID-19 dengan gejala berat.
Efektivitas dari plasma konvalesen lebih bermanfaat untuk terapi COVID-19 untuk gejala ringan dan sedang. Terapi penggunaan plasma konvalesen untuk kasus COVID-19 berat tidak ada perbedaan dengan terapi kontrol biasa.
Baca Juga
Cedera Lutut Bareng Timnas Indonesia, Kevin Diks Kasih Update: Semakin Baik!
Kepada Media Italia, Erick Thohir Berjanji Akan Terus Menaturalisasi Pemain Sambil Pembinaan Pemain Muda
Menuju Piala AFF 2024, Timnas Indonesia TC di Bali pada 26 November hingga 5 Desember 2024: 4 Hari Jelang Laga Pertama Tandang ke Myanmar
Advertisement
"Efektivitas lebih baik terhadap penderita COVID-19 level ringan dan senang, dibandingkan dengan level berat. Tidak ada perbedaan manfaat bermakna kelompok terapi plasma konvalesen dibanding terapi kontrol penderita derajat berat," kata Deputi bidang penelitian Translasional Lembaga Eijkman, Profesor David Handojo Muljono.
Selain itu, regulator di berbagai negara dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejauh ini belum mengizinkan penggunaan plasma konvalesen sebagai standar terapi. Artinya, cara ini masih menanti uji klinis dengan nilai statistik kuat.
Penggunaan plasma konvalesen masih digunakan dengan izin penggunaan darurat alias emergency use authorization (EUA). David menilai masih dibutuhkan penelitian yang panjang untuk mengetahui manfaatnya.
"Semuanya masih dalam penelitian, belum dinyatakan baik untuk pengobatan COVID-19. Hasilnya pun masih bermacam-macam, ada yang bagus, ada yang tidak berbeda," ucap David.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tidak Mudah
Untuk melakukan donor plasma konvalesen dari penyintas COVID-19 dilakukan tidak sembarangan. Plasma konvalesen harus memiliki kadar antibodi netralisasi yang tinggi.
Kadar antibodi netralisasi alias neutralizing antibody (NAb) merupakan antibodi yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup sel dengan cara menetralkan efek biologis yang ditimbulkan oleh agen infeksius ataupun patogen.
"Tidak mudah mendapatkan neutralizing antibody, tergantung dari bagaimana terbentuknya saat terinfeksi. Ada yang bagus kualitasnya, ada yang tidak. Jadi, tidak semua memiliki netralisasi yang optimal," tegas Ahli imunologi, Profesor Iris Rengganis.
Advertisement