Bola.com, Jakarta - Ganda putra nomor satu dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, menutup simulasi Olimpiade Tokyo 2020 dengan sebuah kemenangan. Mereka berhasil menyudahi perlawanan juara Spain Masters 2021, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan.
Laga simulasi Olimpiade yang berlangsung di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (17/6/2021) petang, itu dituntaskan The Minions lewat rubber-game, 18-21, 21-14, dan 21-16.
Baca Juga
Cerita Para Raksasa yang Tenggelam di Pegadaian Liga 2 2024/2025: Berjuang Lolos dari Ancaman Degradasi
5 Master Hattrick Dunia: Cristiano Ronaldo Enggak Ada Obat!
Tangan Kanan Shin Tae-yong Ungkap Timnas Indonesia Akan Evaluasi, Minta Pemain Rasakan Kekurangan di Piala AFF 2024: Harus Bisa Memperbaiki
Advertisement
"Hari ini lawan bermain cukup bagus ya. Gim pertama kami kalah start dan mereka lebih nothing to lose saat bermain. Kami juga masih mencari-cari pola permainan, sedangkan mereka bisa langsung in," ujar Kevin Sanjaya Sukamuljo.
"Kami kaget, tidak menyangka mereka main cepat sejak awal. Tapi, beruntung kami bisa menyesuaikan. Memang kami tidak bertanding cukup lama, tapi saat latihan selalu konsisten dan selalu maksimal. Jadi soal kecepatan masih bisa mengikuti," sambung Marcus Fernaldi Gideon.
Marcus dan Kevin mengatakan mereka ingin terus mematangkan pola permainan yang belum mencapai level maksimal demi bisa tampil maksimal di Olimpiade Tokyo.
"Kalau puas 100 persen belum, masih banyak yang harus diperbaiki dan dievaluasi. Pola permainan juga belum ditemukan. Jadi lebih kepada teknis," ujar Kevin.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bicara soal Target
Mendapatkan target meraih medali emas Olimpiade menjadi beban tersendiri bagi Marcus/Kevin. Namun, mereka memiliki cara sendiri untuk meredamnya. Ketimbang terlalu terbebani dengan target tinggi di Olimpiade, Marcus memilih untuk menjaga mentalitasnya.
"Faktor paling penting adalah menjaga mental dan tekanan, harus bisa kontrol emosinya. Kami ditargetkan medali emas, tapi tidak ada yang bisa menjamin bisa mendapatkannya kan? Jadi sebisa mungkin dijaga hatinya agar tidak menggebu-gebu, takut malah jadi beban pikiran dan kalah," ujar Marcus.
Dengan berakhirnya simulasi untuk Olimpiade Tokyo itu, maka tim bulutangkis Indonesia akan segera merampungkan program latihan selama kurang lebih dua minggu sebelum bertolak ke Kumamoto, Jepang, pada 8 hingga 18 Juli sebagai bentuk aklimatisasi.
Advertisement