Bola.com, Jakarta - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan data mengejutkan mengenai kasus COVID-19 yang terjadi terhadap anak Indonesia. Data menunjukkan Indonesia menjadi negara dengan tingkat kematian anak paling tinggi di dunia karena COVID-19.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP, menyebut kasus kematian anak di Indonesia karena COVID-19 mencapai 3 hingga 5 persen. Artinya, 1 dari 8 kasus kematian karena COVID-19 itu anak-anak.
Baca Juga
Kepada Media Italia, Erick Thohir Berjanji Akan Terus Menaturalisasi Pemain Sambil Pembinaan Pemain Muda
Menuju Piala AFF 2024, Timnas Indonesia TC di Bali pada 26 November hingga 5 Desember 2024: 4 Hari Jelang Laga Pertama Tandang ke Myanmar
Update 25 Pemain Timnas Indonesia Menuju Piala AFF 2024: Justin Hubner, Rafael Struick, Ivar Jenner, Marselino Ferdinan, Asnawi Mangkualam
Advertisement
"Data IDAI menunjukkan case fatality rate (kematian) itu adalah 3-5 persen. Jadi, kita ini jumlah kematian yang paling banyak di dunia. Jadi bisa dibayangkan, 1 dari 8 kasus itu adalah anak dan angka meninggal 3 sampai 5 persen," kata dr Aman.
Kasus pandemi COVID-19 di Indonesia saat ini kembali meninggi. Dr Aman memprediksi pandemi akan terjadi paling cepat berakhir 5 tahun ke depan sehingga meminta pemerintah untuk menarik rem darurat.
Upaya itu dilakukan untuk memerangi kasus positif COVID-19. Rem darurat diperlukan di daerah-daerah yang angka penularannya tinggi dan cepat.
"Pandemi ini akan berlangsung selama 3 atau 4 sampai 5 tahun mungkin. Kita dan pemerintah harus tegas. Saya setuju, kalau perlu tarik rem darurat sekarang. Paling tidak untuk Jawa," tegas dr Aman.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kemungkinan Ditunda
Kembali melonjaknya angka positif COVID-19 di Indonesia membuat pemerintah kembali akan melakukan pengetatan terhadap kegiatan masyarakat. Satu di antara yang mungkin terdampak adalah rencana kegiatan tatap muka di sekolah.
Hal ini dilakukan agar pemerintah bisa fokus menekan angka penyebaran COVID-19. Selain kegiatan tatap buka di sekolah, sejumlah kegiatan masyarakat di luar ruang kembali akan dibatasi.
"Rencana sekolah tatap muka kemungkinan akan tertunda di wilayah zona merah," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, dr. Reisa Kartikasari Broto Asmoro.
Advertisement