Bola.com, Jakarta - Pemerintah Republik Indonesia diminta mengambil tindakan tegas terhadap masyarakat anti-vaksin COVID-19. Meskipun jumlah tak signifikan, namun kelompok-kelompok seperti ini membuat kacau program pemerintah.
Usulan itu diungkapkan langsung oleh Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Aman Pulungan. Menurut Aman, perlu ketegasan kepada masyarakat yang anti-vaksin COVID-19 dengan cara memberikan informasi dan edukasi.
Advertisement
"Menghadapi orang-orang yang anti-vaksin dan anti-COVID-19, pemerintah harus turun tangan. Kecil jumlahnya, tapi membuat kacau. Walau jumlah mereka kecil, tapi menyebar di grup Whatsapp dan media sosial. Jadi akan sulit kalau anti-vaksin," kata dr Aman.
Pemerintah juga diminta untuk menarik rem darurat, khususnya di Jawa. Hal itu berkaca terhadap ledakan kasus positif COVID-19 yang mengkhawatirkan di Jawa.
"Kalau perlu, tarik rem darurat sekarang. Saatnya sekarang, Jawa khususnya," tegas Dr Aman.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19 sampai Jumat (18/6/2021) mencatat adanya penambahan 12.990 kasus baru di Indonesia. Hal itu membuat sampai saat ini telah terjadi 1.963.266 orang terkonfirmasi COVID-19.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Rekor Kematian pada Anak
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga mengeluarkan data mengejutkan mengenai kasus COVID-19 yang terjadi pada anak Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia menjadi negara dengan tingkat kematian anak paling tinggi di dunia karena COVID-19.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP, menyebut kasus kematian anak di Indonesia karena COVID-19 mencapai 3 hingga 5 persen. Artinya, 1 dari 8 kasus kematian karena COVID-19 itu anak-anak.
"Data IDAI menunjukkan case fatality rate (kematian) itu adalah 3 sampai 5 persen. Jadi, Indonesia ini jumlah kematian yang paling banyak di dunia. Jadi bisa dibayangkan, 1 dari 8 kasus itu menimpa anak dan meninggal dengan angka 3 sampai 5 persen," kata Dr Aman.
Advertisement