Sukses

Masomah Ali Zada merupakan pembalap berhijab yang mewakili Tim Pengungsi pada cabang olahraga balap sepeda jalan raya di Olimpiade Tokyo 2020. Perjuangan wanita 24 tahun ini sangat panjang hingga dapat berkompetisi di ajang olah raga paling bergengsi di dunia ini. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
1/10

Masomah Ali Zada merupakan pembalap putri berhijab yang mewakili Tim Pengungsi pada cabang olahraga balap sepeda jalan raya di Olimpiade Tokyo 2020. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)

Selengkapnya
Ali Zada berasal dari komunitas minoritas Hazara dan mulai bersepeda ketika di pengasingannya, Iran. Dirinya lalu bergabung dengan tim nasional pada usia 16 tahun setelah keluarganya pindah ke Kabul. Ia tak menyangka jika bersepeda akan memicu masalah di Afganistan. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
1/10

Perjuangan wanita 24 tahun ini sangat panjang hingga dapat berkompetisi di ajang olah raga paling bergengsi di dunia. Ali Zada tak menyangka jika bersepeda akan memicu masalah bagi dirinya di Afganistan. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)

Selengkapnya
Ali Zada merupakan seorang wanita yang tumbuh di masyarakat represif. Di tanah kelahirannya, dirinya pernah dilempari batu dan diserang secara fisik karena berani mengenakan pakaian olah raga dan mengayuh sepeda di depan umum. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
1/10

Di tanah kelahirannya, dirinya pernah dilempari batu dan diserang secara fisik karena berani mengenakan pakaian olah raga dan mengayuh sepeda di depan umum. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)

Selengkapnya
"Tahun pertama ketika saya mulai bersepeda, ada orang yang memukul saya. Dia berada dalam mobil. Dia memukul saya dari belakang" kata Ali Zada dikutip dari AFP. Para atlet di Afganistan juga mengalami hal yang sama, terlebih atlet putri yang diperlakukan lebih mengerikan. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
1/10

Tahun pertama ketika mulai bersepeda, ada orang yang memukul dirinya dari dalam mobil. Begitu juga dengan atlet di Afghanistan lainnya yang mendapatkan perlakuan mengerikan, terutama atlet putri. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)

Selengkapnya
Akhirnya dirinya terpaksa meninggalkan tempat kelahirannya pada tahun 2017 silam akibat banyaknya tekanan yang menyerang dirinya. Tekanan yang ia alami tak hanya dari masyarakat sekitar, namun hingga keluarganya. Pamannya meminta untuk menghentikan aktivitas Ali Zada. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
1/10

Akhirnya dirinya terpaksa meninggalkan Afghanistan pada tahun 2017 akibat banyaknya tekanan dari masyarakat sekitar hingga keluarganya. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)

Selengkapnya
Ali Zada akhirnya mencari suaka di Prancis dan berhasil menyabet gelar sarjana teknik sipil selama berkuliah dua tahun di Lille. Dirinya juga tetap bersepeda selama berkuliah disana. Pengalaman telah membawanya menjadi pribadi yang lebih percaya diri. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
1/10

Ali Zada akhirnya mencari suaka di Prancis dan berhasil menyabet gelar sarjana teknik sipil selama berkuliah dua tahun di Lille. Dirinya juga tetap bersepeda selama berkuliah disana. Pengalaman telah membawanya menjadi pribadi yang lebih percaya diri. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)

Selengkapnya
Dia terpilih menjadi penerima beasiswa solidaritas dari Komite Olimpiade Nasional (IOC) dan terpilih untuk mengikuti perlombaan Olimpiade Tokyo 2020. Ali Zada saat ini sedang menjalani latihan di UCI World Cycling Center di Aigle, Swiss Barat sebelum terbang ke Jepang. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
1/10

Dia terpilih menjadi penerima beasiswa solidaritas dari Komite Olimpiade Nasional (IOC) dan dipercaya untuk mengikuti perlombaan Olimpiade Tokyo 2020. Ali Zada saat ini sedang menjalani latihan di UCI World Cycling Center di Aigle, Swiss Barat sebelum terbang ke Jepang. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)

Selengkapnya
Pelatihnya, Jean-Jacques Henry (kanan) menyebut bahwa Ali Zada adalah pembalap sepeda jalan raya putri terbaik yang pernah dihasilkan Afganistan. Dirinya juga terkesan dengan kemajuan pesat sang atlet. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
1/10

Pelatihnya, Jean-Jacques Henry (kanan) menyebut bahwa Ali Zada adalah pembalap sepeda jalan raya putri terbaik yang pernah dihasilkan Afghanistan. Dirinya juga terkesan dengan kemajuan pesat sang atlet. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)

Selengkapnya
Ali Zada akan menghadapi 25 peserta time trial jalan raya putri pada 28 Juli nanti. Dia akan menempuh jalur sejauh 22,1 km dan itu merupakan pengalaman pertamanya berlomba dalam nomor time trial di Olimpiade Tokyo 2020. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
1/10

Ali Zada akan menghadapi 25 peserta time trial jalan raya putri pada 28 Juli nanti. Dia akan menempuh jalur sejauh 22,1 km dan itu merupakan pengalaman pertamanya berlomba dalam nomor time trial di Olimpiade Tokyo 2020. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)

Selengkapnya
Ali Zada berkata "Ini bukan hanya demi saya. Ini lebih demi semua wanita di Afganistan dan negara seperti Afganistan yang tidak memiliki hak bersepeda." Dirinya juga menegaskan "Saya akan mewakili kemanusiaan." (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
1/10

Membawa misi kemanusiaan, Ali Zada ingin semua wanita di Afghanistan agar memiliki hak bersepeda. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)

Selengkapnya
Masomah Ali Zada merupakan pembalap berhijab yang mewakili Tim Pengungsi pada cabang olahraga balap sepeda jalan raya di Olimpiade Tokyo 2020. Perjuangan wanita 24 tahun ini sangat panjang hingga dapat berkompetisi di ajang olah raga paling bergengsi di dunia ini. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
Ali Zada berasal dari komunitas minoritas Hazara dan mulai bersepeda ketika di pengasingannya, Iran. Dirinya lalu bergabung dengan tim nasional pada usia 16 tahun setelah keluarganya pindah ke Kabul. Ia tak menyangka jika bersepeda akan memicu masalah di Afganistan. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
Ali Zada merupakan seorang wanita yang tumbuh di masyarakat represif. Di tanah kelahirannya, dirinya pernah dilempari batu dan diserang secara fisik karena berani mengenakan pakaian olah raga dan mengayuh sepeda di depan umum. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
"Tahun pertama ketika saya mulai bersepeda, ada orang yang memukul saya. Dia berada dalam mobil. Dia memukul saya dari belakang" kata Ali Zada dikutip dari AFP. Para atlet di Afganistan juga mengalami hal yang sama, terlebih atlet putri yang diperlakukan lebih mengerikan. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
Akhirnya dirinya terpaksa meninggalkan tempat kelahirannya pada tahun 2017 silam akibat banyaknya tekanan yang menyerang dirinya. Tekanan yang ia alami tak hanya dari masyarakat sekitar, namun hingga keluarganya. Pamannya meminta untuk menghentikan aktivitas Ali Zada. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
Ali Zada akhirnya mencari suaka di Prancis dan berhasil menyabet gelar sarjana teknik sipil selama berkuliah dua tahun di Lille. Dirinya juga tetap bersepeda selama berkuliah disana. Pengalaman telah membawanya menjadi pribadi yang lebih percaya diri. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
Dia terpilih menjadi penerima beasiswa solidaritas dari Komite Olimpiade Nasional (IOC) dan terpilih untuk mengikuti perlombaan Olimpiade Tokyo 2020. Ali Zada saat ini sedang menjalani latihan di UCI World Cycling Center di Aigle, Swiss Barat sebelum terbang ke Jepang. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
Pelatihnya, Jean-Jacques Henry (kanan) menyebut bahwa Ali Zada adalah pembalap sepeda jalan raya putri terbaik yang pernah dihasilkan Afganistan. Dirinya juga terkesan dengan kemajuan pesat sang atlet. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
Ali Zada akan menghadapi 25 peserta time trial jalan raya putri pada 28 Juli nanti. Dia akan menempuh jalur sejauh 22,1 km dan itu merupakan pengalaman pertamanya berlomba dalam nomor time trial di Olimpiade Tokyo 2020. (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)
Ali Zada berkata "Ini bukan hanya demi saya. Ini lebih demi semua wanita di Afganistan dan negara seperti Afganistan yang tidak memiliki hak bersepeda." Dirinya juga menegaskan "Saya akan mewakili kemanusiaan." (Foto: AFP/Fabrice Cofrini)

Foto: Kisah Perjuangan Masomah Ali Zada, Pengungsi Afghanistan yang Akan Balapan di Olimpiade Tokyo 2020 Demi Kemanusiaan

Masomah Ali Zada merupakan atlet pembalap sepeda yang mewakili Tim Pengungsi di Olimpiade Tokyo 2020. Ia merupakan seorang pengungsi Afganistan yang meninggalkan tanah kelahirannya akibat tindakan represif yang dialaminya. Berikut kisahnya.
Editor:
Ikhwan Yanuar Harun
Photographer:
Bagaskara Lazuardi

Foto Terkini

Pemain-pemain dari Korea-Korea Selecao tengah berlatih dengan bola di akademi Sporting CP, Lisbon, Portugal, Jumat (22/11/2024). Ini merupakan akademi di mana Cristiano Ronaldo ditempa ketika masih muda. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)6
Dunia
Foto: Sensasi Berlatih di Tempat Cristiano Ronaldo Muda Menimba Ilmu
Pada hari kedua bergulirnya program pemusatan latihan, pemain Korea-Korea Selecao mendapat kesempatan berlatih di tempat Cristiano Ronaldo muda menimba ilmu yakni di akademi Sporting CP, Portugal, Jumat (22/11/2024). Berikut potret keseruan para pesepak bola muda dari Indonesia ini berlatih di tempat tersebut.

Copyright © 2024 bola.com KLY KapanLagi Youniverse All Rights Reserved