Bola.com, Jakarta - Berbagai cara dilakukan Kontingen Indonesia untuk terhindar dari COVID-19 selama berlaga di Olimpiade 2020. Satu di antaranya adalah meminimalisir interaksi dengan atlet negara lain saat berlatih.
Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Ferry Kono, menyebut pihaknya sudah berkoordinasi dengan federasi cabang olahraga yang tampil di Olimpiade 2020 terkait perubahan jadwal latihan. Langkah ini dilakukan agar atlet Indonesia tidak berinteraksi atau latihan bersama dengan atlet negara lain.
Advertisement
Perubahan jadwal latihan lantas membuat tim Indonesia mendapatkan waktu yang tidak ideal. Namun, Ferry Kono menyebut para atlet tak masalah dengan perubahan itu karena demi keamanan bersama.
"Jam latihan sudah diatur sedemikian rupa. Sehingga setiap tim Indonesia latihan itu jauh atau tidak bersamaan dengan jadwal negara lain. Walaupun konsekuensinya kita baru dapat jadwal latihan malam hari," kata Ferry Kono kepada Bola.com, Kamis (22/7/2021).
"Untuk kepentingan keamanan dan keselamatan itu kita lakukan dan tidak ada masalah bagi para atlet. Daripada berlatih pada jam-jam yang kita inginkan dan bertemu dengan atlet negara lain, sejauh ini hal itu yang lebih baik," tegas Ferry Kono
Indonesia mengirimkan 28 atlet untuk berlaga di Olimpiade 2020. Mereka berasal dari cabang olahraga bulutangkis, angkat besi, panahan, atletik, dayung, renang, menembak, dan selancar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Alat Medis Mandiri
Tak hanya perubahan jadwal latihan, KOI juga mendirikan klinik sendiri untuk para atlet di Olimpiade 2020. Langkah ini dilakukan agar para atlet mendapatkan perawatan cepat bila ada sesuatu yang terjadi.
Selain itu, KOI juga membawa alat medis sendiri dari Indonesia. Contohnya adalah alat PCR hingga perlengkapan medis lainnya yang memungkinkan atlet Indonesia bisa mendapatkan perawatan maksimal.
"Kita ada klinik sendiri, membawa PCR sendiri, alat-alat seperti alkohol bahkan sempat tertahan di bandara karena kita yang membawa dalam jumlah besar. Kami khawatir kalau menunggu pembagian dari panitia jumlahnya tidak sesuai yang diinginkan," ucap Sekjen KOI, Ferry Kono.
Advertisement