Bola.com, Jakarta - Indonesia dikenal sebagai salah satu negara di Asia yang memproduksi talenta-talenta terbaik bulutangkis. Atlet bulutangkis punya tradisi kuat menyumbang medali emas di Olimpiade sejak 1992.
Namun, kontribusi Indonesia untuk dunia bulutangkis bukan hanya pemain-pemain hebat, tetapi juga barisan pelatih andal.
Baca Juga
Advertisement
Baru-baru pelatih asal Indonesia yang mencuat namanya adalah Muamar Qadafi. Dia pelatih pemain Guatemala, Kevin Cordon, yang tampil luar biasa di Olimpiade Tokyo 2020, hingga menembus semifinal, tapi gagal dalam perebutan medali perunggu kontra tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting.
Pencapaian Cordon itu tidak datang dengan mudah. Ia akhirnya sampai pada titik tersebut pada usia 35 tahun, di olimpiadenya yang keempat. Yang jelas, Indonesia punya peran pada pencapaian bersejarahnya.
Muamar Qadafi adalah pelatih Indonesia asal Solo, Jawa Tengah. Baginya, Guatemala bukan negara yang asing. Dia sudah periode melatih di sana. "Periode pertama dari 2009 hingga 2010. Periode kedua dari 2017 sampai sekarang," kata Qadafi, seperti dikutip dari Badminton Asia.
Cerita bermula ketika dua rekannya di PB Djarum, Roy Purnomo dan Agustinus Sartono, menjadi sparring partner di Peru.
''Saat itu, pelatih Peru asal China ingin mengundurkan diri. Sang pelatih memberi tahu kedua temannya bahwa ia membutuhkan seseorang untuk melanjutkan tugasnya,'' kenang pria kelahiran 30 Oktober 1981 itu.
Akhirnya pada 2005 Qadafi memutuskan keluar dari PB Djarum dan terbang ke Peru. Pada awalnya, namanya tidak diketahui.
''Setelah saya membawa Peru ke Kejuaraan PanAm Junior 2006, kompetisi seperti Kejuaraan Junior Asia di Asia, orang-orang perlahan mulai mengenali saya,'' kata Qadafi, yang kini tinggal di Yogyakarta saat kembali ke Indonesia.
Saat menjadi lebih terkenal, ia menerima tawaran untuk melatih di Guatemala. Namun, dia hanya di sana selama satu musim.
Pada periode pertama, Qadafi melakukan perjalanan ke berbagai negara. Hingga akhirnya tawaran kedua kembali datang kepadanya pada 2017.
“Saya kembali ke Peru dan juga melatih di Meksiko,” lanjutnya. Dengan pengalaman yang lebih matang, Qadafi membuat Guatemala menjadi kekuatan bulutangkis di Amerika Latin.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tangan Dingin Flandy Limpele
Tangan dingin pelatih Indonesia juga ada di Malaysia. Kehadiran Flandy Limpele mengantarkan negara itu meraih perunggu di nomor ganda putra Olimpiade Tokyo 2020 melalui pasangan Aaron Chia/Soh Wooi Yik yang mengalahkan ganda senior Indonesia Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan pada rubber game 17-21, 21-17, 21-14.
Flandy baru bergabung dengan tim Malaysia baru-baru ini. Namun, bahkan dalam waktu yang relatif singkat, sentuhannya membuahkan hasil.
Flandy dulunya adalah pemain bulutangkis ganda. Dia memenangkan medali perunggu di ganda putra di Olimpiade Athena 2004 ketika dipasangkan dengan Eng Hian. Di Tokyo 2020, Eng Hian melatih ganda putri Indonesia dan membawa timnya, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, meraih medali emas.
Sebelum menangani Malaysia, Flandy adalah pelatih India. Dia membawa Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty ke posisi 10 besar dunia. Pencapaian itu sudah lama tidak dibukukan pasangan ganda India.
Advertisement
Daftar Pelatih Indonesia di Luar Negeri
Saat ini, setidaknya ada 12 pelatih Indonesia di sembilan negara berbeda di berbagai penjuru dia.
1. Hendrawan - Malaysia
2. Flandy Limpele - Malaysia
3. Paulus Firman - Malaysia
4. Indra Wijaya - Malaysia
5. Mulyo Handoyo - Singapura
6. Rexy Mainaky - Thailand
7. Namrih Suroto - India.
8. Imam Teguh - Finladia
9. Davis Efraim - Irlandia
10. Didi Purwanto - Hungaria
11. Indra Bagus - Belgia
12. Muamar Qadafi - Guatemala.
Sumber: Badminton Asia