Bola.com, Jakarta - Ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, membuat kejutan indah dengan mempersembahkan medali emas di Olimpiade Tokyo 2020. Pencapaian mereka benar-benar di luar ekpektasi.
Tak banyak yang menyampirkan beban ke ganda putri untuk meneruskan tradisi emas bulutangkis Indonesia di ajang olimpiade. Harapan lebih terarah ke sektor ganda putra, yang menurunkan pasangan nomor 1 dan 2 dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Advertisement
Siapa sangka ganda putra malah terhenti lebih awal. Di saat bersamaan, pasangan Greysia/Apriyani di luar dugaan tampil ciamik, terus melaju, dan akhirnya mengalahkan ganda China, Chen Qingchen/Jia Yifan, di final.
Greysia Polii/Apriyani Rahayu dikenal sebagai pasangan yang sangat kompak di dalam dan luar lapangan. Apriyani dikenal bermain lebih agresif dan punya smes tajam, sedangkan Greysia lebih tenang.
Ada satu lagi keunikan Greysia yang jarang dimiliki pemain ganda putri lainnya, apakah itu? Jawabannya adalah servis forehand, yang kini langka dipakai pemain ganda putri.
Greysia Polii bahkan mengaku pernah merasa frustrasi dengan servisnya. Namun, ada satu titik yang akhirnya membuatnya menerima kenyataan harus mengubah servisnya dan malah akhirnya menjadi kekuatan baru bagi pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Bagi pemain ganda putri, servis backhand adalah sebuah kebanggaan. Namun, sejak mengalami cedera bahu pada 2011, Greysia kesulitan melakukan servis backhand.
"Itu kebanggaan saya. Saya berpikir, bagaimana bisa sebagai pemain profesional, saya tidak bisa melakukan servis?" kata Greysia Polii, dalam wawancara dengan BWF, seperti dikutip pada 20 Februari.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Keras Kepala
Pemain berdarah Manado tersebut keras kepala mempertahankan servis backhand, meskipun malah berujung kerap melakukan kesalahan.
"Saya begitu bodoh. Saya mengalami cedera patah bahu pada 2011 dan setelah itu saya tidak bisa melakukan servis backhand. Saya selalu frustrasi dengan kelemahan servis saya. Jadi, saya terus berusaha, tapi malah gugup. Saya tidak tahu kenapa," tutur Greysia.
Greysia akhirnya berdamai dengan kelemahannya itu setelah mendapat wejangan dari sang pelatih. Menurut sang pelatih, tak masalah memakai metode servis apa pun, asalkan hasilnya efektif.
"Setelah merenung, saya menerima kenyataan emoh mengganti gaya servis hanya karena gengsi. Saya bilang ke diri sendiri 'hey Greys, kamu pemain bulutangkis profesional, bagaimana bisa tidak bisa melakukan servis?' Saya selalu berpikir seperti itu dan tak mendapat jawabannya," tutur Greysia.
"Setelah merenung, selama beberapa tahun, saya menyadari harus menerima kelemahan itu. Demi bermain di level profesional, saya harus menerima kelemahan saya dan kemudian mengubah strategi."
"Pelatih saya bilang, yang penting adalah poin, bukan metode servisnya. Jadi, saya mengubahnya sejak bulan pertama tahun lalu, dari Malaysia Masters," imbuh Greysia Polii.
Advertisement
Langka di Ganda Putri
Kini, Greysia Polii lebih sering menggunakan servis forehand, termasuk saat melakoni final di Olimpiade Tokyo 2020 yang sangat prestisius. Servis itu sudah semakin langka dipakai di sektor ganda putri.
Jika ada yang memakai, biasanya bukan sejak awal, tapi di tengah-tengah perjalanan karier. Greysia menjadi satu dari segelintir pemain ganda putri yang memakai servis forehand.
Bahkan, servis forehand Greysia menjadi satu di antara elemen menonjol yang berkontribusi krusial pada performa mengesankan ganda putri terbaik Indonesia itu di Asian Leg, Januari 2021. Greysia/Apriyani merebut gelar juara di Yonex Thailand Open, semifinal Toyota Thailand Open, sebelum kehabisan tenaga di BWF World Tour Finals 2020.
Polii/Rahayu mampu bertahan melawan lawan yang tangguh seperti Kim Hye-rin, Lee So-hee dan Shin Seung-chan. Greysia mengandalkan servis forehand melawan Lee So-hee dan Shin Seung-chan.
“Servis tinggi tidak terlalu berisiko. Saya harus mempertajam servis saya, apakah rendah atau tinggi. Saya harus merasa nyaman dulu sebelum saya mengerti maksudnya. Jadi saya perlu melakukan apa pun yang saya suka, apa pun yang membuat saya nyaman," kata Greysia.
"Anda bisa melakukan variasi seperti flick serve. Dengan smes seperti yang dimiliki pasangan Korea, kami bisa bertahan dari smash returns. Itu akan menjadi masalah di ganda putra dan ganda campuran, karena mereka bisa melakukan smes dengan lebih keras."
"Pelatih saya bilang, saya tidak perlu memikirkan opini orang lain atau yang dikatakan lawan. Saya hanya berpikir tentang poin. Hal itu terbukti berulang kali," imbuh Greysia Polii.
Sumber: BWF