Sukses


Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi yang Penting untuk Diketahui

Bola.com, Jakarta - Teks eksplanasi merupakan satu di antara jenis teks yang dipelajari ketika belajar bahasa Indonesia. Teks eksplanasi berisi rangkaian proses terjadinya suatu fenomena, baik itu fenomena alam maupun fenomena sosial.

Sesuai namanya, teks ini akan menerangkan tentang sebuah proses. Proses tersebut ada yang merupakan fenomena alam, budaya, suatu kejadian, sosial, dan lain sebagainya, yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Suatu kejadian baik kejadian alam maupun kejadian sosial yang terjadi di sekitar, selalu memiliki hubungan sebab akibat dan memiliki proses.

Suatu kejadian yang terjadi tersebut, tidak hanya untuk diamati dan rasakan saja, tetapi juga untuk dipelajari. Mengapa dan bagaimana kejadian tersebut bisa terjadi.

Teks eksplanasi bertujuan untuk menyampaikan informasi secara akurat dan jelas kepada para pembaca terkait suatu fenomena. Seperti jenis teks lainnya, teks eksplanasi memiliki struktur bahasa penulisan tersendiri. Apa struktur dan kebahasaan teks eksplanasi?

Berikut ini rangkuman tentang struktur dan kebahasaan teks eksplanasi yang perlu diketahui, seperti dilansir dari laman repositori.kemdikbud.go.id, Senin (9/8/2021).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Struktur Teks Eksplanasi

Identifikasi Fenomena (phenomenon identification)

Berisi penjelasan umum tentang fenomena yang akan dibahas, bisa berupa pengenalan fenomena tersebut atau penjelasannya. Penjelasan umum yang dituliskan dalam teks ini berupa gambaran secara umum tentang apa, mengapa, dan bagaimana proses peristiwa alam tersebut bisa terjadi.

Penggambaran Rangkaian Kejadian (explanation sequence)

Berisi tentang penjelasan proses mengapa fenomena tersebut bisa terjadi atau tercipta. Rangkaian kejadian tersebut bisa terdiri lebih dari satu paragraf. Deretan penjelas mendeskripsikan dan merinci penyebab dan akibat dari fenomena yang terjadi.

Penggambaran rangkaian kejadian merinci proses kejadian yang relevan dengan fenomena yang diterangkan sebagai pertanyaan atas bagaimana atau mengapa.

  1. Perincian yang berpola atas pertanyaan "bagaimana" akan melahirkan uraian yang tersusun secara kronologis atau gradual. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan urutan waktu.
  2. Perincian yang berpola atas pertanyaan "mengapa" akan melahirkan uraian yang tersusun secara kausalitas. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan hubungan sebab akibat.

Ulasan (review)

Ulasan merupakan bagian penutup yang bersifat pilihan; bukan keharusan. Teks penutup yang dimaksud adalah, teks yang merupakan intisari atau kesimpulan dari pernyataan umum dan deretan penjelas.

Pilihannya dapat berupa tanggapan maupun mengambil kesimpulan atas pernyataan yang ada dalam teks tersebut. Ulasan berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang dipaparkan sebelumnya.

3 dari 5 halaman

Kebahasaan Teks Eksplanasi

1. Penggunaan Konjungsi

Sebagai teks yang berisi paparan proses, teks eksplanasi menggunakan banyak konjungsi kausalitas atau kronologis.

a. Konjungsi kausalitas, antara lain: sebab, karena, oleh sebab itu, oleh karena itu, sehingga.

Contoh:

Ada beberapa faktor yang paling mendasar yang menjadi penyebab terjadinya pengangguran. Pengangguran biasanya terjadi karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dan kesempatan kerja.

b. Konjungsi kronologis (hubungan waktu), seperti: kemudian, lalu, setelah itu, pada akhirnya. Teks eksplanasi yang berpola kronologis juga menggunakan banyak keterangan waktu pada kalimat-kalimatnya.

Contoh:

Pada bulan keempat, muka telah kian tampak seperti manusia. Dalam bulan kelima rambut-rambut mulai tumbuh pada kepala. Selama bulan keenam, alis dan bulu mata timbul.

Setelah tujuh bulan, fetus mirip kulit orang tua dengan kulit merah berkeriput. Selama bulan kedelapan dan kesembilan, lemak ditimbun di bawah kulit sehingga perlahan-lahan menghilangkan sebagian keriput pada kulit. Kaki membulat. Kuku keluar pada ujung-ujung jari. Rambut asli rontok dan terus menjadi sempurna dan siap dilahirkan.

4 dari 5 halaman

Kebahasaan Teks Eksplanasi

2. Penggunaan Kata Ganti

Berkenaan dengan kata ganti yang digunakan, teks eksplanasi langsung merujuk pada jenis fenomena yang dijelaskannya, yang bukan berupa persona. Kata ganti yang digunakan untuk fenomena itu berupa kata benda, baik konkret maupun abstrak, seperti demonstrasi, banjir, gerhana, embrio, kesenian daerah, dan bukan kata ganti orang, seperti ia, dia, mereka.

Lantaran objek yang dijelaskan berupa fenomena, tidak berbentuk personal (nonhuman participation), dalam teks eksplanasi ditemukan banyak kata kerja pasif. Seperti kata-kata berikut: terlihat, terbagi, terwujud, terakhir, dimulai, ditimbun, dan dilahirkan.

3. Penggunaan Kata Teknis

Di dalam teks eksplanasi dijumpai banyak kata teknis atau istilah, sesuai topik yang dibahas. Apabila topiknya tentang kelahiran, istilah biologi yang muncul. Demikian pula apabila topiknya tentang kesenian daerah, istilah budaya sering digunakan.

Apabila topiknya tentang fenomena kenaikan BBM, istilah ekonomi dan sosial akan sering muncul.

Pemaknaaan terhadap istilah-istilah seperti itu memerlukan bantuan kamus istilah, bukan lagi kamus umum. Dengan demikian, pemahamannya akan lebih tepat, sesuai bidang masing-masing.

5 dari 5 halaman

Kebahasaan Teks Eksplanasi

Selain ciri di atas, kaidah kebahasaan dapat menjadi ciri khas yang konkret dari teks eksplanasi. Kebahasaannya tergantung dari pola pengembangan dan tema umum dari judulnya.

Jika teks eksplanasi menggunakan pola pengembangan kronologis, akan banyak ditandai oleh konjungsi: lalu, kemudian, akhirnya, sekarang, sebelumnya, dan sebagainya.

Berikut ini  beberapa poin utama kaidah kebahasaan dari teks eksplanasi:

1. Pola pengembangan kronologis akan banyak menggunakan konjungsi kronologis, seperti: kemudian, akhirnya, selanjutnya, sekarang, sebelumnya, dan sejenisnya.

2. Pola pengembangan kausalitas (sebab-akibat) akan memiliki konjungsi kausalitas, seperti: sebab, karena, akibatnya, dan sejenisnya.

3. Menggunakan kata peristilahan atau teknis, seperti: industri pariwisata, otomotif, sektor pertanian, dan sebagainya.

4. Menggunakan kata benda fenomena, seperti: angin tornado, tata surya, gerhana matahari, kerajinan tangan, dan lain-lain.

5. Menggunakan kata kerja tindakan, jika berisi suatu tindakan yang objeknya berupa alam atau fenomena sosial/budaya, seperti: bepergian, berwisata, mengajak, berkunjung, berjalan-jalan.

6. Cenderung lebih banyak menggunakan kalimat pasif.

 

Sumber: Kemdikbud

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer