Bola.com, Jakarta - Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Puisi rakyat dikenal juga sebagai puisi lama atau puisi tradisional.
Puisi rakyat mempunyai struktur yang sudah ditentukan mulai deretan kalimatnya, ejaan lafalnya, suku kata, penekanan suara, hingga irama.
Baca Juga
Advertisement
Puisi rakyat ditandai oleh bentuknya yang tetap, terikat oleh jumlah larik per bait, jumlah kata per baris, dan rima akhir.
Ada beberapa macam puisi rakyat yang ada di Indonesia sejak masa sastra Melayu lama, yakni mantra, pantun, peribahasa, bidal, pepatah, perumpamaan, gurindam, seloka, syair, serta puisi saduran dari Arab parsi.
Namun, jenis puisi rakyat yang sering dipelajari ialah pantun, gurindam, dan syair. Ketiga jenis puisi ini mempunyai nilai-nilai kesusastraan yang begitu kaya. Ada banyak muatan nilai yang bisa dipelajari di dalamnya seperti moral, sikap dan agama.
Berikut ini rangkuman tentang ciri-ciri puisi rakyat, cara menyimpulkan, dan unsur kebahasaannya, dilansir dari laman sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id, Rabu (18/8/2021).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ciri Puisi Rakyat
Ciri Puisi Rakyat
Pantun
Pantun adalah puisi rakyat yang paling popular dalam sastra Melayu. Pantun berasal dari kata 'patuntun', dalam bahasa Minangkabau yang berarti petuntun.
Ciri umum pantun:
- Pantun terdiri atas empat larik atau empat baris.
- Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata.
- Bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a).
- Ada sampiran dan isi.
Ciri lain dari sebuah pantun adalah tidak terdapat nama penulis. Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian, yakni sampiran dan isi.
Sampiran adalah dua baris pertama dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Gurindam
Gurindam adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari dua baris kalimat dengan rima yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh.
Gurindam berasal dari bahasa Tamil (India) yaitu 'kirindam', yang berarti mula-mula amsal, perumpamaan. Gurindam ini dibawa oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu.
Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian, dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Ciri-ciri gurindam:
- Gurindam terdiri atas dua baris tiap baitnya.
- Tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata.
- Tiap baris memiliki hubungan sebab akibat.
- Tiap baris memiliki rima atau bersajak A-A, B-B, C-C, dan seterusnya.
- Isi atau maksud dari gurindam ada pada baris kedua.
- Isi gurindam biasanya berupa nasihat-nasihat, filosofi hidup, atau kata-kata mutiara.
Syair
Syair merupakan bentuk puisi lama yang tiap baitnya terdiri atas empat larik. Akan tetapi, syair bersajak rata atau a-a-a-a. Pada umumnya syair merupakan rangkaian kisah yang panjang.
Semua baris merupakan isi dan biasanya tidak selesai dalam satu bait karena digunakan untuk menceritakan sesuatu.
Ciri-ciri syair:
- Setiap bait terdiri atas empat baris.
- Setiap baris terdiri dari 8 - 14 suku kata.
- Bersajak a-a-a-a.
- Semua baris adalah isi
- Bahasanya adalah kiasan.
- Isi syair berupa nasihat, petuah, dongeng atau cerita.
- Setiap baris dalam syair mempunyai makna yang berkaitan dengan baris-baris terdahulu.
- Semua baris merupakan isi.
Advertisement
Cara Menyimpulkan Isi Puisi Rakyat
Cara Menyimpulkan Isi Puisi Rakyat
Memahami isi puisi rakyat, yaitu pantun, gurindam, dan syair tentu sangat berbeda dengan memahami prosa. Dalam menyimpulkan isi puisi rakyat, perlu memahami beberapa unsur. Unsur-unsur yang perlu kamu pahami, yaitu makna, tema, dan pesan dalam puisi rakyat.
1. Arti atau makna puisi rakyat
Makna atau isi puisi rakyat dapat dipahami dengan baik jika mengerti kata-kata yang terkandung dalam puisi tersebut, baik dalam pantun, gurindam, maupun syair. Pembaca harus menafsirkan arti setiap kata dalam puisi tersebut. Kata-kata dalam puisi sering bermakna konotasi.
Berikut ini beberapa langkah untuk memahami makna puisi rakyat:
- Menemukan kata kunci dalam setiap baris atau larik karena kata-kata tersebut merupakan inti baris tersebut.
- Menguraikan bait puisi ke dalam bentuk prosa atau parafrase.
- Menafsirkan makna kata.
- Mengaitkan isi puisi dengan kehidupan nyata.
2. Tema puisi rakyat
Pada dasarnya tema atau topik puisi merupakan pokok permasalahan dalam puisi. Tema merupakan wujud permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Tema puisi ada bermacam-macam, misalnya tema keagamaan, kehidupan alam, kemanusiaan, perjuangan, persahabatan.
3. Pesan puisi rakyat
Pesan atau amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi rakyat. Cara menyampaikan amanat puisi berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal.
Meski ditentukan dengan cara pandang pembaca, amanat tidak lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.
Unsur Kebahasaan
Unsur kebahasaan puisi rakyat terdiri dari beberapa jenis kalimat, yakni perintah, saran, ajakan, larangan, dan pernyataan sopan.
Kalimat perintah
Kalimat perintah merupakan kalimat yang mengandung makna memerintah atau meminta seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai apa yang diinginkan oleh penutur atau penulisnya.
Contoh:
- Tutup pintu itu!
- Ambilkan aku air minum!
Saran
Kalimat ini bermakna menyuruh atau meminta seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara memberikan saran. Kalimat ini ditandai dengan kata-kata seperti: seharusnya, sebaiknya.
Contoh:
- Sebaiknya kamu datang tepat waktu esok hari!
- Sebaiknya kamu jangan pernah mengganggunya!
Ajakan
Kalimat yang mengandung kata ajakan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Biasanya ditandai dengan kata-kata 'ayo' atau 'marilah'.
Contoh:
- Ayo belajar dengan giat!
- Marilah berbuat baik satu sama lain!
Larangan
Kalimat bermakna meminta atau memerintah seseorang untuk tidak melakukan atau melarang orang lain berbuat sesuatu. Biasanya kalimat ini ditandai dengan kata-kata larangan, seperti 'jangan'.
Contoh:
- Jangan bangun kesiangan!
- Jangan berjalan di atas rumput!
Pernyataan sopan
Kalimat ini seperti kalimat perintah biasa, namun terdengar lebih sopan. Agar menjadi kalimat yang sopan, kalimat tersebut perlu ditambah dengan menggunakan kata-kata permohonan seperti, 'mohon' atau 'tolong'.
Contoh:
- Mohon jangan berisik di ruangan ini!
- Tolong berbicara dengan jujur padaku!
Sumber: Kemdikbud
Advertisement