Sukses


Omzet Menurun Akibat COVID-19, Pengrajin Kulit di Garut Banting Setir Menjual Masker

Bola.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 menghantam berbagai sendi kehidupan perekonomian di Indonesia, termasuk pengrajin kulit di Garut, Jawa Barat. Akibatnya, usaha kerajinan kulit di Garut yang telah merambah hingga ke luar negeri mengalami penurunan omzet.

Situasi tersebut dialami Sanjay yang merupakan satu di antara pengrajin kulit di Sentra Industri Kulit Sukaregang, Garut. Sanjay Mulai menekuni usaha kerajinan kulit sejak 2011 lalu.

Dia pun menjual berbagai produk yang berasal dari kulit, mulai dari tas, gantungan kunci, dompet, serta souvenir. Berkat usaha tersebut, Sanjay dalam sebulan memperoleh omzet hingga mencapai Rp 8 juta.

Namun, ketika badai pandemi COVID-19 menghantam Indonesia pada Maret 2020, usaha kerajinan kulit milik Sanjay dan pengrajin kulit di Sukaregang ikut terkena imbasnya. Alhasil, pemasukan Sanjay dari menjual kerajinan kulit turun drastis.

"Kalau sebelum pandemi, omzet sekitar sebulan itu sampai Rp 8 juta. Pendapatan jelas berkurang," ujar Sanjay.

"Ketika pandemi sangat susah. Soalnya pas waktu COVID-19 itu perekonomian di Sukaregang, teman-teman saya sangat berpengaruh. Karena pendapatan berkurang, lalu orderan sepi," lanjutnya.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Banting Setir Menjual Masker

Situasi sulit yang dialami tak membuat Sanjay patah arang. Dia akhirnya banting setir menjual masker yang terbuat dari kulit.

Ide Sanjay untuk membuat masker berbahan kulit berawal dari coba-coba. Pasalnya, ketika virus corona pertama kali melanda Indonesia, kebutuhan akan masker melonjak drastis bahkan hingga menjadi langka.

"Waktu itu saya coba-coba bikin masker. Nah kan waktu itu masker agak sulit didapat. Saya awalnya itu membuat masker untuk pakai sendiri," jelas Sanjay.

Sanjay kemudian mengunggah masker yang dibuatnya di media sosial. Tak disangka masker kulit bikinan Sanjay mendapat respons positif dari teman-teman dan para pelanggannya.

Permintaan akan masker kulit melonjak drastis, dan dalam sehari bisa menjual hingga 20 potong. Berkat inovasi tersebut, roda perekonomian di keluarga Sanjay yang sempat tersendat, kini kembali berputar.

"Saya kemudian iseng-iseng saya foto dan posting, ternyata teman-teman itu banyak yang suka. Alhamdulillah setelah itu banyak yang pesan masker dari kulit. Setelah itu, lumayan lah buat dapur ngebul. Soalnya kan kemarin-kemarin agak sepi jobnya," tambahnya.

"Saya membuat masker itu sejak April 2020, dan sampai sekarang juga masih. Alhamdulillah untuk pembuatan masker lancar lah, enggak ada kesusahan. Untuk satu hari saya bisa menjual 20 pcs masker kulit," kata Sanjay.

 

3 dari 3 halaman

Beralih ke Dunia Maya

Kondisi serupa juga dialami pengrajin kulit lainnya, Lutfi. Menekuni usaha kerajinan kulit sejak 1993, Lutfi mampu membuka lapangan pekerjaan untuk warga sekitar.

Akan tetapi, pendapatan Lutfi dari hasil menjual produk berbahan kulit menurun drastis akibat dampak dari badai pandemi COVID-19. Alhasil, demi menjaga usaha kerajinan kulitnya tetap berjalan, dia terpaksa merumahkan puluhan karyawan.

"Dari sebelum pandemi ada 45 karyawan, setelah ada pandemi kita rumahkan dulu akibat situasi sulit," jelas Lutfi.

Enggan meratapi situasi sulit yang dialami, Lutfi kemudian memutar otak agar barang-barang yang sudah di stok bisa terjual. Hingga akhirnya, Lutfi mengalihkan penjualan ke dunia maya.

Dia kemudian menjual kerajinan kulit miliknya di sejumlah marketplace online di Indonesia. Hasilnya, barang dagangan Lutfi laris manis. Dia akhirnya kembali memanggil karyawan yang dirumahkan untuk kembali bekerja.

"Sekarang sudah mulai ada lagi pemesanan dari luar, terus juga Alhamdulillah karyawan yang sebelumnya di rumahkan kita panggil kembali untuk bekerja di sini," ujar Lutfi.

"Cara survive saya itu memutar otak bagaimana (menjual) barang yang tersendat gitu ya, yang sudah ready stock itu ya. Cara-caranya saya membuka penjualan di online shop," ucap Lutfi.

"Alhamdullilah respons dari pembeli di online Alhamdullilah mulai ada peningkatan gitu. Jadi salah satu cara survive-nya seperti itu penjualan dari online," jelas Lutfi.

Video Populer

Foto Populer