Bola.com, Jakarta - Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat lampau, yang kerap diperkenalkan kepada generasi berikutnya. Cerita rakyat bisa dikatakan sebagai warisan yang harus tetap dilestarikan hingga sekarang.
Cerita ini disampaikan dengan cara lisan, yaitu dari mulut ke mulut, sehingga biasanya pengarangnya sulit untuk diketahui.
Baca Juga
Advertisement
Dalam cerita rakyat biasanya menceritakan suatu tempat dan asal muasal tokoh-tokoh yang dimunculkan pada cerita rakyat tersebut. Tokoh cerita rakyat yang disampaikan tersebut bisa dalam bentuk manusia, binatang, dan sesuatu yang gaib lainnya.
Isi dari cerita rakyat yang beredar tersebut sudah berkembang di tengah masyarakat. Cerita ini juga sudah ada semenjak zaman dahulu.
Jadi, cerita rakyat ini sudah diwariskan atau disebarluaskan secara lisan, melalui mulut ke mulut, dan secara turun-menurun.
Berikut ini beberapa contoh cerita rakyat yang populer di Indonesia, seperti dilansir dari laman rumus.co.id dan thegorbalsla.com, Kamis (9/9/2021).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Lutung Kasarung
Pada zaman dahulu, hiduplah dua orang putri yang tinggal di Kerajaan Pasundan. Mereka berdua bernama Purbararang dan Purbasari. Keduanya memiliki wajah yang sangat cantik serta memiliki warna kulit yang sangat putih.
Setelah sang raja atau ayah mereka meninggal, Purbasari diperintahkan untuk menggantikan ayahnya menduduki takhtanya. Mendengar hal itu, Purbararang merasa sangat iri dan memiliki keinginan untuk mencelakai Purbasari.
Kemudian, ia memutuskan untuk menemui seorang nenek sihir agar dapat mengutuk adiknya, Purbasari. Oleh karena itu, wajah dan tubuh dari Putri Purbasari berubah menjadi bertotol-totol hitam.
Hal ini kemudian dijadikan satu di antara alasan oleh Putri Purbararang untuk mengusirnya ke sebuah hutan sehingga takhtanya berhasil pindah ke tangan Putri Purbararang.
Selama Putri Purbasari tinggal di hutan, ia berteman dengan seekor kera yang memiliki bulu berwarna hitam. Kera tersebut diberi nama Lutung Kasarung oleh Putri Purbasari. Kera tersebut sangat perhatian dan juga menyayangi Putri Purbasari.
Untuk membantu menyembuhkan kulit wajah dan tubuh Purbasari, Lutung tersebut bersemedi di tempat yang sepi saat bulan purnama tiba. Tak lama kemudian, terbentuklah sebuah telaga kecil yang airnya sangat jernih.
Lutung pun bergegas untuk menemui Purbasari dan memintanya mandi di telaga tersebut. Hebatnya, air telaga tersebut dengan sekejap mampu mengembalikan kecantikan Purbasari.
Wajah dan kulit tubuh Purbasari pun akhirnya bisa kembali seperti semula, yaitu putih dan juga cantik. Mendengar bahwa adiknya sudah kembali cantik, Purbararang pun merasa cemas.
Ia sangat khawatir jika adiknya akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik dia. Kemudian, ia memutuskan untuk menemui adiknya dan mengajaknya beradu ketampanan dari tunangan masing-masing untuk memperebutkan kursi raja tersebut.
Sekarang giliran Purbasari yang menunjukkan Lutung Kasarung sebagai tunanganya. Lantas, kakaknya pun menertawakannya dan merasa tunanganya itu lah yang lebih tampan dari seekor kera.
Saat itu juga, Lutung Kasarung langsung berubah ke wujud aslinya yang sangat tampan dan gagah, ternyata ia adalah seorang pangeran. Purbararang pun akhirnya mengakui kekalahannya dan menyerahkan takhta tersebut kepada adiknya.
Advertisement
Naga Rawa Pening
Zaman dahulu, di sebuah desa yang bernama desa Ngasem, hiduplah seorang wanita yang bernama Endang. Wanita tersebut sedang hamil, namun ia sangat sedih karena bukan seorang bayi yang ia lahirkan melainkan seekor naga.
Naga itu kemudian diberi nama Baru Klinting. Ia dapat berbicara layaknya seperti manusia biasa. Suatu hari, Baru bertanya kepada ibunya mengenai ayahnya.
Sang ibu pun akhirnya menceritakan kejadian yang sebenarnya dan memberikan klinting milik ayahnya sebagai bukti bahwa ia mempunyai ayah. Lantas, ia pun bergegas untuk menemui ayahnya yang sedang bertapa di dalam goa.
Setelah bertemu dengan ayahnya, malah ayahya tidak percaya bahwa naga tersebut adalah anaknya. Lalu ia menunjukkan kelinting yang diberikan oleh ibunya. Tetapi, ayahnya masih menginginkan dia untuk melakukan sesuatu.
Ia kemudian diminta untuk melingkari gunung tersebut, akhirnya Baru klinting melakukan apa yang ayahnya katakan. Akhirnya sang ayah pun percaya bahwa dia adalah anaknya.
Suatu hari, ada warga desa yang sedang mencari hewan untuk dijadaikan santapan saat pestanya. Namun, warga desa tak kunjung menemukannya. Akhirnya mereka memutuskan untuk menangkap Baru Kliting yang sedang bertapa untuk diajdikan sebagai santapan mereka.
Arwah Baru menjelma menjadi seorang anak kecil yang sangat dekil. Kemudian ia mencoba untuk mendatangi pesta tersebut dan meminta makanan, namun mereka malah mengusirnya.
Lalu, ia bertemu dengan seorang nenek tua yang sangat baik hati. Nenek tersebut langsung memberinya makanan. Ia berpesan kepada nenek tersebut apabila mendengar suara gemuruh, nenek harus menyiapkan lesung.
Setelah itu, ia kembali lagi ke tacara pesta tersebut dan Ia menantang para warga untuk mencabut pedang yang sudah ia tancapkan. Namun, tak seorang pun yang bisa mencabut pedang tersebut.
Akhirnya, ia cabut sendiri pedang itu dan muncullah air yang semakin lama menggenangi desa tersebut. Semua warga ikut tenggelam, namun tidak dengan nenek yang telah menolongnya. Itulah asal mula dari munculnya Rawa Pening.
Danau Toba
Alkisah, ada seorang petani yang sangat rajin dan ulet dalam bekerja. Ia hidup sebatang kara tanpa keluarga yang menemaninya. Pekerjaannya sehari–hari adalah menggarap ladang dan mencari ikan untuk membantu memenuhi kebutuhan.
Suatu hari, petani tersebut memancing ikan di sungai. Berbekal peralatan pancing, umpan, dan tempat ikan, ia mulai melangkah menuju ke sungai. Sesampainya di sana ia langsung melempar kail yang telah dipasangi umpan. Lalu ia berdoa kepada Tuhan agar ia bisa mendapatkan banyak ikan.
Ia sangat senang saat ikan yang didapatkannya besar. Namun, petani tersebut kaget karena ikan itu dapat berbicara dan meminta petani itu agar ikannya tidak dimakan. Seketika itu juga petani melepaskan ikan tersebut. Betapa kagetnya petani itu saat ikan tadi berubah menjadi seorang wanita yang cantik.
Ikan tersebut ternyata adalah seorang putri yang dikutuk menjadi ikan. Dia mengucapkan terima kasih karena telah membebaskannya dari kutukan. Sebagai imbalannya ia mau dijadikan istri petani tersebut.
Satu di antara syarat yang harus dipenuhi adalah tidak boleh menceritakan dan menyebutkan asal-usul putri dari seekor ikan. Apabila dialnggar maka akan terjadi mala etaka yang sangat dahsyat. Petai pun menyetujuinya.
Setelah menikah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki. Mereka hidup bahagia bersama anaknya yang tampan. Namun, anaknya itu memiliki sifat yang membuat orang lain heran, yaitu ia tak pernah merasa kenyang sehingga ia sering menghabiskan makanan.
Suatu hari sang anak diminta ibunya untuk mengantarkan makanan untuk bapaknya yang sedang bekerja di sawah. Namun, sayangnya sang anak melahap sendiri makanan tersebut dan tidur di gubuk.
Bapaknya menunggu makanan datang, sudah tidak kuat menahan haus dan lapar maka petani itu pulang. Di tengah jalan ia menjumpai anaknya yang telah tidur.
Saat itu juga petani marah kepada anaknya karena makanan yang menjadi jatahnya dimakan. Dan tanpa disengaja petani itu melanggar janjinya. Ia mengucapkan 'dasar anak ikan', saat itu juga anak dan istrinya menghilang. Setelah itu muncul air dari bekas jejak kaki sehingga membentuk sebuah telaga yang kini dikenal dengan Danau Toba.
Advertisement
Telaga Bidadari
Di sebuah telaga di sana terdapat penghuni, yaitu seorang laki–laki tampan yang bernama Awang Sukma. Ia hidup sebatang kara dan pandai meniup suling.
Dia juga senang mencari burung. Namun, kali ini suasananya sepi sehingga tidak ada satu pun burung yang hinggap sehingga ia tidak memanen burung. Ia pun sangat heran.
Suatu hari saat ia tidur, ia mendengar suara gemuruh orang bercakap-cakap. Ternyata ada tujuh bidadari yang sedang bermain air di telaga. Ia pun ingin melihatnya dengan jarak dekat. Akhirnya Awang menuju ke telaga.
Ia bersembunyi dan mencoba untuk mengambil satu di antara pakaian dari putri tersebut. Saat mereka akan pulang, sang putri gelisah tak menemukan baju dan alat terbangnya sehingga ia menerima tawaran dari Awang untuk tinggal di rumahnya dan akhirnya menikah.
Mereka kemudian dikaruniai seorang anak bernama Kumalasari. Suatu saat putri tersebut mengetahui bahwa suaminyalah yang telah menyembunyikan pakaiannya. Ia lalu kembali ke kayangan menyusul kakak-kakaknya.
Sumber: Rumus, Thegorbalsla