Bola.com, Jakarta - Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau. Cerita rakyat diwariskan atau disebarluaskan secara lisan, dari mulut ke mulut dan secara turun menurun.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, cerita rakyat adalah cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat dan diwariskan secara lisan.
Baca Juga
Advertisement
Seperti diketahui, Indonesia dikenal memiliki kekayaan budaya yang sangat banyak. Suku bangsa, bahasa, dan adat istiadat Indonesia adalah kekayaan yang harus kita lestarikan. Satu di antara budaya Indonesia adalah cerita rakyat
Hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai cerita rakyat yang berbeda dan menarik. Kondisi tersebut yang mendasari mengapa cerita rakyat selalu dikenalkan sejak dini pada anak-anak.
Itulah mengapa, penting sebagai generasi berikutnya untuk terus melestarikan budaya yang ada di Indonesia melalui cerita rakyat ini.
Pada umumnya, teks cerita rakyat menceritakan mengenai suatu kejadian pada suatu tempat atau asal-usul suatu tempat. Tokoh-tokoh yang berada dalam cerita rakyat biasanya diwujudkan dalam bentuk manusia, dewa, dan binatang.
Berikut ini rangkuman tentang ciri-ciri cerita rakyat, fungsi, manfaat membaca, dan contohnya, seperti dilansir dari emodul.kemdikbud.go.id, Selasa (26/10/2021).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ciri-Ciri Cerita Rakyat
Ciri-ciri cerita rakyat:
1. Disampaikan turun tumurun.
2. Tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya.
3. Memiliki kandungan nilai-nilai luhur.
4. Bersifat tradisional.
5. Mempunyai banyak versi dan variasi.
6. Memilih bentuk klise dalam susunan atau cara pengungkapannya.
7. Bersifat anonim artinya nama pengarang tidak dikenal.
8. Berkembang dari mulut ke mulut.
9. Cerita rakyat disampaikan secara lisan.
Advertisement
Fungsi Cerita Rakyat, Manfaat Membacanya dan Cara Menceritakan Kembali
Fungsi Cerita Rakyat
Teks cerita rakyat memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Sarana pendidikan untuk menyampaikan pesan yang bermanfaat bagi kepribadian atau perilaku pembacanya.
2. Sarana hiburan untuk memberikan suasana lain kepada pembacanya.
3. Memperkuat nilai-nilai sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat.
Â
Manfaat Membaca Cerita Rakyat
Membaca cerita rakyat memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Mendapatkan hiburan.
2. Menemukankan nilai kebenaran.
3. Mendapatkan contoh keteladanan.
4. Mengembangkan fantasi.
5. Mengasah kecerdasan.
6. Menumbuhkan minat baca.
Â
Langkah-Langkah Menceritakan Kembali Cerita Rakyat
1. Membaca secara keseluruhan isi cerita rakyat.
2. Mencatat gagasan pokok cerita rakyat.
3. Menggunakan bahasa sendiri ketika menceritakan kembali isi cerita rakyat.
Contoh Cerita Rakyat
                                         Rawa Pening
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak yang sakti. Kesaktiannya ini membuat seorang penyihir jahat iri. Penyihir jahat menyihir anak itu sehingga tubuhnya penuh luka dengan bau yang sangat menyengat. Luka-luka baru akan muncul begitu luka lama mulai kering. Dengan keadaan kondisi tubuhnya itu, tidak ada seorang pun yang mau berhubungan dengannya. Jangankan bertegur sapa, berdekatan saja orang tidak mau. Mereka takut tertular.
Suatu hari, anak ini bermimpi ada seorang perempuan tua yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Ia pun berkelana mencari perempuan tua dalam mimpinya tersebut. Di setiap kampung yang ia datangi, ia selalu ditolak oleh penduduk. Mereka merasa jijik dan mengusir anak ini.
Akhirnya, sampailah ia di sebuah kampung yang sebagian besar penduduknya adalah orang-orang yang sombong. Tidak banyak orang yang miskin di desa itu. Mereka akan diusir atau dibuat tidak nyaman kalau tinggal di sana. Pada sebuah pesta yang diselenggarakan di kampung itu, anak kecil ini berhasil masuk. Namun, orang-orang segera mengusirnya dan mencaci-makinya. Ia langsung diseret keluar. Pada saat terseret, ia berpesan kepada orang-orang itu supaya lebih memperhatikan orang tak punya.
Mendengar kata-kata anak itu, beberapa orang makin marah. Anak itu merasa terluka dengan perlakuan orang-orang tersebut. Lalu, ia menancapkan sebuah lidi di tanah dan berkata, "Tak ada satu pun yang bisa mencabut lidi ini dari tanah, hanya aku yang bisa melakukannya!"
Orang-orang meragukan ucapan anak tersebut. Mereka pun mencoba mencabut lidi tersebut. Namun, tak seorang pun dapat melakukannya. Dalam beberapa hari, lidi itu tak bisa tercabut. Suatu hari, secara diam-diam, anak itu datang dan mencabut lidi itu. Tanpa sepengetahuannya, ada seorang warga yang melihatnya dan melaporkannya kepada warga yang lain.
Dari tempat lidi itu dicabut, mengalirlah mata air. Makin lama, air itu makin deras. Air menenggelamkan daerah tersebut sehingga menjadi sebuah telaga yang kini bernama Telaga Rawa Pening. Tidak ada yang selamat dari musibah itu kecuali seorang perempuan tua yang berbaik hati memberinya tempat tinggal dan merawatnya. Secara ajaib penyakit kulit anak itu sembuh.
Namun, penyihir jahat yang telah menyihir si anak itu tidak terima dengan kesembuhan itu. Kemudian, ia menyihir anak itu menjadi seekor ular besar dengan sebuah kalung genta di lehernya. Konon, ular ini sering keluar dari sarangnya pada tengah malam. Setiap kali bergerak, dentingan kalung di lehernya selalu berbunyi klentang-klenting. Bunyi inilah yang kemudian membuat nya dinamakan Baru Klinting.
Kemunculan ular itu diyakini masyarakat sebagai tanda keberuntungan bagi nelayan nelayan yang tidak mendapat ikan. Kini, Telaga Rawa Pening adalah objek wisata yang sangat populer di Jawa Tengah. Tempat ini terletak di Desa Bukit Cinta, Kabupaten Ambarawa.
Â
Sumber: Kemdikbud
Advertisement