Bola.com, Jakarta - Sean Gelael melakukan inspeksi menyeluruh terkait kecelakan yang menimpa dirinya dan Ketua IMI, Bambang Soesatyo (Bamsoet) pada Kejurnas Rally di Meikarta, Bekasi, Sabtu (27/11/2021). Ia membongkar habis mobilnya, lalu membuka data telemetri, plus memutar ulang semua video yang ada untuk menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi.
Mobil yang diisi Sean Gelael dan Bambang Soesatyo ringsek parah usai mengalami kecelakaan. Menariknya, kondisi mesin dan beberapa bagian di dalamnya tidak rusak.
Advertisement
Ricardo Gelael, ayah Sean, menemukan bahwa kerusakan terjadi akibat dampak dari tabrakan, bukan sebelum tabrakan. "Tapi kerusakan yang ada adalah karena dampak dari tabrakan, bukan sebelum tabrakan. Artinya, sebelum insiden mobil dalam kondisi fine, baik-baik saja."
Sean juga menyelidi lewat telematri. Ia menemukan bahwa laju mobil yang dikendarainya saat kecelakaan tak signifikan.
"Jujur, sebelum buka telemetri saya menyangka saya melaju lebih cepat dari sebelumnya, tapi ternyata tidak. Pada saat shakedown hari Jumat yang kering saya melaju 110 km/jam di tempat kecelakaan," jelas Sean.
"Lalu pada SS1 karena becek setelah semalaman hujan saya mengurangi kecepatan dengan melaju 107 km/j. Dan pada SS2 yang mulai mengering kecepatan saya 109 km/j. Kesimpulannya, kecepatan saya kurang lebih sama," kata Sean Gelael.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Penyebab Mobil Terpental
Penyelidikan juga dilakukan melalui video. Didapati bahwa ada gundugan dengan level yang berbeda. Jarak antara gundugan juga dirasa terlalu dekat sehingga mobil mengalami crash hebat.
"Nah, gundukan tambahan itulah yang saya tidak mendapat laporan keberadaannya. Karena selama SS1 dari video yang kami buka ulang terlihat tidak ada," ujar Sean.
Gundukan tanah tambahan itu bisa jadi karena proses alamiah, misalnya karena tanah yang mengering. "Tapi semestinya ada yang memberitahu ke semua peserta bahwa lintasan telah berubah," ujar Sean, sambil menjelaskan dia sama sekali tak mendapat pemberitahuan dimaksud.
Ricardo juga menjelaskan bahwa apa yang dia dan Team Jagonya Ayam lakukan adalah apa yang biasanya dilakukan oleh FIA setelah kecelakaan terjadi. Dalam skala dan ruang lingkup kecil, mereka melakukan tiga hal: mengecek data mobil, mengecek apakah ada driver error, dan mengecek lintasan.
"Kami dibantu engineer dari Citroen Eropa yang memang kami hadirkan untuk Reli Meikarta. Makanya, kami bisa dengan cepat mengetahui penyebab kecelakaan," ujar Ricardo.
Advertisement
Mobil Dalam Kondisi Baik
Nuno Pinto, driving coach Sean, yang juga mantan pebalap reli dan ikut Reli Meikarta, menjelaskan bahwa dari sisi mobil semua tidak ada yang salah.
"Di Meikarta panjang lintasan 5,3 km di mana 5 km adalah tarmac (aspal) dan sisanya gravel. Jadi wajar kalau setelan mobilnya adalah untuk tarmac. Dan dengan setelan seperti itu jika ada perubahan lintasan di area gravel tentu bisa memengaruhi apa pun, termasuk kecelakaan. Dan pada pagi hari sebelum SS1 kami keliling naik motor melihat lintasan dan semua normal," ujarnya.
Daniel Silva, engineer Citroen, menyatakan bahwa mobil yang dikendarai Sean sudah memenuhi standar reli dunia. "Sean sebenarnya tidak melaju terlalu kencang, dalam taraf wajar karena statusnya eksibisi. Pembelajarannya adalah, lintasan memang harus dipastikan aman dan layak," ujarnya.
Di ajang reli dunia, unsur safety memang jadi prioritas FIA menyusul kecelakaan hebat Robert Kubica saat mengendarai Skoda pada Reli Andora 2011. Mobil, pebalap, dan lintasan harus benar-benar dipastikan layak.
"Menjadi pebalap itu besar risikonya. Saya berkali-kali mengalami tabrakan dan saya bahkan kehilangan teman baik akibat sebuah insiden di trek. Semoga dengan kejadian ini kita di Indonesia bisa belajar banyak tentang bagaimana menciptakan kondisi yang aman, apakah saat balapan atau berkendara biasa di jalan raya," ungkap Sean.