Bola.com, Jakarta - Tanah adalah lapisan teratas dari litosfer yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan anorganik, sisa-sisa organisme, air, dan udara.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) daring, pengertian tanah adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali.
Baca Juga
Advertisement
Perlu diketahui, proses terbentuknya tanah di bumi membutuhkan waktu yang bisa dibilang sangat lama, tidak hanya jutaan tahun, melainkan sekitar miliaran tahun yang lalu.
Adanya tanah sangat penting bagi kehidupan, terutama untuk makhluk hidup yang hidup di atasnya. Maka itu, penting untuk senantiasa merawat dan memanfaatkannya secara bijaksana.
Sebagian besar tanah di Indonesia merupakan tanah vulkanis. Meski demikian, jika lebih dikhususkan lagi jenis-jenis tanah di Indonesia sangat beraneka ragam.
Berikut ini rangkuman tentang jenis-jenis tanah di Indonesia yang perlu diketahui, seperti dilansir dari emodul.kemdikbud.go.id, Jumat (10/12/2021).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tanah Gambut atau Tanah Organosol
Tanah gambut berasal dari bahan induk organik seperti hutan rawa atau rumput rawa. Tanah gambut mempunyai ciri dan sifat, yaitu tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas.
Adapun ketebalan tanah gambut lebih dari 0,5 meter, kemudian mempunyai warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, kandungan organik lebih dari 30 persen.
Secara umum, tanah gambut bersifat sangat asam dan kandungan unsur hara rendah. Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Gambut ombrogen
Gambut ombrogen terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0,5 –1,5 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir selalu tergenang air, bersifat sangat asam.
2. Gambut topogen
Gambut topogen terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa-rawa di daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa, ketebalan 0,5-1 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih tinggi.
3. Gambut pegunungan
Gambut pegunungan terbentuk di daerah topografi pegunungan. Jenis tanah gambut ini berasal dari sisa tumbuhan yang hidup di daerah pegunungan.
Advertisement
Aluvial
Jenis tanah ini sering disebut masih muda dan belum mengalami perkembangan. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai, dan daerah cekungan (depresi).
Ciri-ciri tanah aluvial antara lain berasal dari bahan induk aluvium yang diendapkan, teksturnya beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
Regosol
Seperti halnya tanah aluvial, jenis tanah ini masih muda dan belum mengalami diferensiasi horizon. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.
Adapun ciri-ciri tanah regosol, antara lain memiliki tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai.
Advertisement
Litosol
Tanah litosol merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan dan merupakan tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya perubahan iklim, topografi, dan adanya vulkanisme.
Tanah litosol pada umumnya berpasir serta tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil, dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
Latosol
Jenis tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf. Penyebarannya di daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 300-1000 cm. Batuan induk berasal dari tuf, dan material vulkanik.
Ciri-ciri dari tanah latosol adalah warnanya yang merah hingga kuning, teksturnya lempung, dan memiliki solum horizon. Tanah latosol tidak terlalu subur karena mengandung zat besi dan alumunium.
Advertisement
Grumusol
Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik. Kandungan organik di dalamnya rendah karena dari batuan kapur, jadi dapat disimpulkan tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman.
Penyebaran tanah grumusol di daerah iklim subhumid atau subarid, curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.
Podsol
Tanah podsol merupakan tanah yang banyak mengandung A2 atau abu-abu yang berwarna pucat. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2.000 mm/tahun tanpa bulan kering, topografi pegunungan.
Ciri-ciri tanah podsol ialah strukturnya gumpal, konsistensi lekat, kandungan pasir kuarsanya tinggi, sangat masam, kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah.
Adapun ciri-ciri lain dari tanah podsol, yaitu peka terhadap erosi, batuan induk berupa batuan pasir dengan kandungan kuarsanya tinggi, batuan lempung, dan tuf vulkan masam.
Advertisement
Andosol
Tanah andosol merupakan satu di antara jenis tanah vulkanik di mana terbentuk karena adanya proses vulkanisme pada gunung berapi. Tanah ini sangat subur dan baik untuk tanaman.
Ciri-ciri tanah andosil antara lain solum agak tebal, warna agak cokelat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, strukturnya remah.
Ciri lain dari tanah andosol ialah konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembapan tinggi, permeabilitas sedang, dan peka terhadap erosi.
Sumber: Kemdikbud