Sukses


Jenis-Jenis Kain Tradisional Khas Indonesia yang Perlu Diketahui

Bola.com, Jakarta - Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai budaya yang menjadi ciri khas di setiap daerahnya. Satu di antara keragaman budaya di Indonesia yang cukup populer ialah kain tradisional.

Ada banyak kain tradisional khas dari berbagai daerah di Indonesia. Satu di antara jenis kain yang terkenal dan khas dari Indonesia ialah batik.

Perlu diketahui, batik sudah memperoleh pengakuan dunia dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada 2009. UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya tak benda atau intingible cultural hetitage.

Selain batik, masih banyak jenis kain tradisional khas dari Indonesia lainnya yang memiliki kekhasan dan filosofi daerah asalnya. Apa saja jenis-jenis kain tradisional khas Indonesia?

Berikut ini rangkuman tentang jenis-jenis kain tradisional khas Indonesia yang perlu diketahui, seperti disadur dari Merdeka, Rabu (5/1/2022). 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 6 halaman

Jenis Kain Tradisional Khas Indonesia

1. Songket Palembang (Sumatra Selatan)

Songket Palembang merupakan satu di antara jenis kain terbaik di Indonesia. Jenis kain ini ditenun dari berbagai macam benang, satu di antaranya benang emas, hasil perdagangan dengan bangsa China dan India. Kemampuan membuat songket Palembang diwariskan secara turun-temurun.

Dalam upacara adat atau selebrasi pernikahan pengantin Palembang, biasanya mengenakan songket lengkap dengan Aesan Gede (kebesaran), Aesan Pengganggon (peksangko), Selendang Mantri, Aesan Gandek, dan lainnya.

2. Tenun Siak (Riau)

Tenun Siak merupakan kerajinan tangan yang sangat terkenal dari Siak sejak dahulu. Tenun Siak adalah jenis kain tenunan yang dibuat dengan menggunakan benang katun atau benang sutra yang diberi motif benang emas seperti pucuk rebung, siku keluang, tampuk manggis, dan lain-lain.

Kerajinan Tenun Siak dapat dinikmati sebagai barang bawaan atau cendera mata khas Siak. Pada saat ini, tenun Siak makin diminati para kolektor, masyarakat pemakai, dan para pelancong yang datang ke Kabupaten Siak.

3 dari 6 halaman

Jenis Kain Tradisional Khas Indonesia

3. Songket Sambas (Kalimantan Barat)

Masyarakat Melayu Sambas mulai mengenal dan melakukan praktik menenun secara tradisional (baik teknik ikat maupun teknik songket) pada masa pemerintahan Raden Bima, yang bergelar Sultan Muhammad Tajudin.

Sampai saat ini kerajinan tenun Songket Sambas masih banyak digeluti oleh masyarakat di sekitar daerah keraton dan di sepanjang aliran sungai. Jenis kain tenun Sambas memiliki beragam motif dan corak.

Satu di antara ciri khasnya adalah motif pucuk. Motif pucuk rebung berbentuk segitiga, memanjang, dan lancip. Disebut pucuk rebung karena merupakan gambaran dari tunas bambu muda.

4. Ulap Doyo (Kalimantan Timur)

Tenun Ulap Doyo merupakan seni menenun kain dari Suku Dayak Benuaq di Tanjung Isuy, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. Alasan disebut Doyo karena bahan utamanya adalah serat Daun Doyo.

Dulu, motif tenun Ulap Doyo bisa dijadikan petanda/ciri atau identitas sosial seseorang. Jenis kain tradisional tenun Ulap Doyo dapat digunakan oleh laki-laki maupun perempuan.

Tenun Ulap Doyo yang dikenakan sehari-hari berwarna hitam, sedangkan Tenun Ulap Doyo yang berwarna-warni dan bermotif digunakan dalam upacara-upacara adat.

4 dari 6 halaman

Jenis Kain Tradisional Khas Indonesia

5. Gringsing Tenganan (Bali)

Kain Gringsing diketahui sebagai ciri khas Desa Tenganan yang berbentuk kain tenun ikat. Tidak diketahui secara pasti kapan jenis kain Gringsing mulai muncul di Tenganan Pegringsingan.

Jenis kain Gringsing mengandung makna sebagai semacam penolak terhadap bala. Kain Gringsing bisa dikatakan unik, otentik, dan kini amat langka. Bila dilihat dari proses pewarnaan, mengikat benang dan menenun, untuk sehelai kain bisa memakan waktu sekitar 1 hingga 10 tahun.

Waktu terlama dihabiskan untuk proses pewarnaan yang bisa memakan waktu bertahun-tahun demi mendapat warna yang matang.

Masyarakat Bali Aga dan orang di luar Tenganan percaya bahwa kain Gringsing memiliki kekuatan magis yang dapat melindungi mereka dari sakit dan kekuatan jahat.

6. Maduaro (Lampung)

Maduaro adalah jenis kain sulam dari Provinsi Lampung berupa selendang penutup kepala masyarakat Menggala. Selain sebagai tutup kepala, Maduaro juga dibuat sebagai Kawai Rajo (pakaian kebesaran para Penyimbang) pada upacara adat dan Sesan untuk dibawa pada saat pernikahan.

Kain Maduaro Lampung ini awalnya dibawa oleh nenek moyang masyarakat Menggala yang menunaikan ibadah haji di Mekkah pada abad ke-18.

Para pedagang Gujarat India juga menjual kain sejenis pada masyarakat Menggala sehingga motif yang berkembang lalu dipengaruhi motif Hindustan. Selanjutnya, masyarakat mengembangkan kain Maduaro.

5 dari 6 halaman

Jenis Kain Tradisional Khas Indonesia

7. Tenun Ikat Sumba (Nusa Tenggara Timur)

Kain tenun ikat adalah jenis kain yang teknik pembuatan motifnya dilakukan dengan cara diikat. Teknik ikat dilakukan dengan bagian tertentu dari benang, dengan maksud agar bagian yang terikat itu tidak terwarna dan membentuk motif-motif yang diinginkan.

Berdasarkan bagian yang diikat, tenun ikat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu tenun ikat lungsin, tenun ikat pakan, dan tenun ikat ganda. Tenun ikat hanya dikenal oleh komunitas Sasak di Pulau Lombok.

8. Karawo (Gorontalo)

Karawo adalah kerajinan menghias berbagai jenis kain dengan motif sulaman yang menggunakan benang polos dan berwarna.

Proses pembuatan sulaman Karawo yaitu dengan cara mengiris dan mencabut benang dari serat kain, yang kemudian disulam dengan beraneka ragam benang sesuai rancangan motif yang diinginkan.

Proses penyulaman berlangsung satu minggu hingga satu bulan, tergantung motif dan jenis kain. Sulaman Karawo makin populer karena jenis kain yang digunakan makin beragam. Warna dan desain motif juga lebih menarik, dibuat sesuai selera konsumen.

6 dari 6 halaman

Jenis Kain Tradisional Khas Indonesia

9. Kain Cual (Bangka Belitung)

Tenun Cual awalnya adalah jenis kain adat Muntok yang berarti celupan awal pada benang yang akan diwarnai. Tenun Cual merupakan perpaduan antara teknik sungkit dan ikat.

Jenis motif kain tenun Cual antara lain susunan motif bercorak penuh (Pengantek Bekecak) dan motif ruang kosong (Jande Bekecak).

Tenun Cual sangat terkenal karena tekstur kainnya yang sangat halus, warna celupan benangnya tidak berubah, dan ragam motifnya seakan timbul jika dipandang dari kejauhan.

10. Kain Tenun Donggala (Sulawesi Tengah)

Kain tenun Donggala memiliki keunikan dalam motif yang dipakai. Ada enam jenis kain tenun Donggala. Pertama, kain Pelekat Garusu yang bercorak kotak-kotak dengan kombinasi warna merah tua.

Kedua, kain Buya Sura yang mendapat pengaruh dari Samarinda, ditinjau dari warnanya yang didominasi ungu. Ketiga adalah Buya Bomba, tenun ikat yang bercorak bunga. Keempat, Buya Subi, tenun yang dibuat dengan teknik songket.

Selanjutnya Bomba Kota, jenis kain ini dibentuk dengan hiasan motif kotak-kotak. Terakhir, Buya Awi, jenis kain polos dengan satu warna tanpa ragam hias dan tidak digunakan sebagai bahan pakaian, melainkan sebagai selimut atau alas tempat tidur.

 

Disadur dari: Merdeka.com (Reporter: Edelweis Lararenjana. Published: 24/3/2020)

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer