Bola.com, Jakarta - OCD (Obsessive Compulsive Disorder) adalah penyakit mental yang menyebabkan pengidapnya merasa harus melakukan suatu tindakan yang tidak diinginkan secara berulang-ulang.
Bila tidak dilakukan, pengidap OCD akan merasa cemas atau ketakutan, bahkan hingga tidak sadarkan diri. Jadi, apa yang dilakukan tersebut hanya dapat menghentikan perasaan cemas sementara.
Baca Juga
Advertisement
Siklus OCD ini dapat menyita waktu pengidapnya sampai berjam-jam sehingga akan mengganggu aktivitas normalnya. Ada sebagain pengidap OCD biasanya menyadari bahwa pikiran dan tindakannya tersebut berlebihan, tetapi tidak dapat menghindarinya.
Meski sering terjadi saat awal usia dewasa, OCD juga bisa terjadi pada anak-anak atau remaja. Perlu diketahui, ada beberapa penyebab seseorang mengidap OCD.
Berikut ini rangkuman tentang penyebab OCD, gejala, dan cara mengobatinya yang perlu diketahui, seperti disadur dari Klikdokter, Jumat (28/1/2022).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Penyebab OCD
Penyebab Obsessive Compulsive Disorder (OCD) belum diketahui dengan pasti. Namun, beberapa faktor risiko berikut sudah diketahui hubungannya:
- Genetik
Faktor risiko OCD akan makin meningkat jika keluarga lingkar pertama seperti orang tua, saudara atau anak mengalami gangguan ini. Risiko bahkan lebih tinggi ketika OCD dialami sejak anak-anak atau remaja.
- Struktur dan fungsi otak
Pasien OCD menunjukkan adanya perbedaan struktur pada bagian korteks frontal (bagian otak di belakang dahi) yang bertugas untuk berpikir, merencanakan, memutuskan, mengontrol emosi dan tubuh, memahami diri sendiri, dan berempati.
Terjadi juga perbedaan struktur subkortikal otak pada pemeriksaan dengan alat pencitraan otak. Namun, hubungan antara gejala OCD dan kelainan pada bagian otak tertentu tersebut masih terus diteliti.
- Lingkungan
Mereka yang mengalami riwayat kekerasan baik fisik, psikis, maupun seksual saat anak-anak atau trauma kekerasan lainnya, berisiko lebih besar mengalami OCD.
Dalam beberapa kasus, seorang anak juga dapat menderita OCD setelah mengalami infeksi streptokokus. Sindrom ini disebut Pediatric Autoimmune Neuropsychiatric Disorders Associated with Streptococcal Infections (PANDAS).
Advertisement
Gejala OCD
Pengidap OCDÂ dapat memiliki gejala obsesif dan kompulsif, bahkan bisa keduanya. Semua gejala tersebut dapat mengganggu hampir segala aspek kehidupan pengidap OCD, mulai pekerjaan, sekolah, hingga hubungan personal.
Obsesif adalah pikiran, dorongan, atau gambaran mental yang berulang-ulang sehingga menyebabkan kecemasan. Gejalanya biasanya berupa:
- Takut kuman.
- Takut melakukan kesalahan.
- Takut akan dipermalukan atau berperilaku yang tidak diterima secara sosial.
- Pikiran tabu atau larangan yang tidak diinginkan meliputi seks, agama, dan bahaya.
- Pikiran agresif tentang diri sendiri atau orang lain.
- Memerlukan hal-hal simetris atau dalam urutan sempurna atau tepat.
- Pikiran ragu-ragu yang berlebihan dan keperluan untuk memastikan berulang-ulang.
Kompulsif adalah perilaku berulang yang dilakukan oleh pengidap OCD karena merasakan dorongan untuk melakukan dalam menanggapi pemikiran obsesif.
Gejala yang terjadi umumnya meliputi:
- Mandi atau bersih-bersih atau mencuci tangan berlebihan dan berulang-ulang.
- Menolak untuk berjabat tangan atau memegang pegangan pintu.
- Mengurutkan dan menata barang dengan cara yang tepat dan khusus.
- Memeriksa sesuatu berulang-ulang, seperti berulang kali memeriksa pintu yang terkunci.
- Berhitung secara kompulsif.
- Makan dengan urutan spesifik.
- Terjebak pada kata-kata, gambar atau pikiran yang biasanya mengganggu dan tidak akan hilang dan bahkan mengganggu ketika tidur.
- Mengulangi kata-kata atau kalimat atau doa tertentu.
- Perlu melakukan tugas dalam beberapa kali.
- Mengumpulkan atau menimbun barang tanpa nilai jelas.
Gejala OCD
Seseorang yang memeriksa ulang suatu hal untuk memastikan segalanya aman merupakan hal normal. Tetapi, berbeda halnya dengan yang terjadi pada pengidap OCD.
Mereka bisa melakukan berulang-ulang, dan biasanya ada perilaku khusus terkait hal ini, seperti:
- Tidak dapat mengendalikan pikiran atau tingkah lakunya, bahkan bila pikiran atau perilaku tersebut dikenali sebagai sesuatu yang berlebihan.
- Menghabiskan setidaknya satu jam sehari pada pemikiran atau perilaku ini.
- Tidak senang saat melakukan perilaku atau ritual, tetapi mungkin merasa lega sejenak dari kegelisahan yang dipikirkan oleh pikiran.
- Mengalami masalah signifikan dalam kehidupan sehari-hari karena pemikiran atau perilaku ini.
Beberapa pengidap OCD juga mengalami gangguan tic secara motorik maupun vokal. Tic motorik adalah gerakan yang mendadak, sebentar, dan berulang seperti mata berkedip, wajah meringis, bahu naik, kepala atau bahu menyentak.
Tic vokalis adalah suara yang berulang-ulang seperti suara membersihkan tenggorokan, atau mengendus.
Advertisement
Pengobatan dan Pencegahannya
Pengobatan OCD
Pengobatan pada pengidap Obsessive Compulsive Disorder (OCD) meliputi dua terapi, yaitu obat-obatan, psikoterapi atau bisa juga kombinasi dari keduanya. Beberapa dari pengidap tetap akan mengalami gejala, walaupun sudah dalam pengobatan.
Obat-obatan yang digunakan adalah golongan serotonin reuptake inhibitors (SRIs) dan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). Penggunaan obat tersebut harus dipantau oleh dokter karena merupakan golongan obat anti depresi.
Psikoterapi merupakan terapi yang efektif untuk penderita OCD baik dewasa maupun anak-anak. Satu di antara terapi yang cocok untuk pengidap OCD adalah terapi perilaku kognitif (cognitive behaviour therapy/ CBT).
Studi menunjukkan penurunan gejala kompulsif pada penderita OCD dengan terapi pencegahan eksposur dan respons (salah satu tipe CBT) bahkan pada penderita OCD yang tidak merespons pada obat SRI.
Pencegahan OCD
Penyakit OCD ini tidak dapat dicegah. Diagnosis dini dan terapi yang sesuai dapat mengurangi waktu yang pasien habiskan karena penyakit ini dan bisa meningkatkan kualitas hidup pengidap OCD.
Â
Disadur dari: Klikdokter.com
Dapatkan artikel cara dari berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.