Bola.com, Jakarta Drama merupakan lakon yang diperankan oleh aktor untuk mengungkapkan dialog disertai gerak-gerik dan unsur artistik pertunjukan.
Nah, sebelum pelakon menampilkan sebuah drama mereka akan mempelajari dan membaca teks drama untuk dihafalkan.
Baca Juga
Advertisement
Adanya naskah drama sangat penting bagi para pelakon agar tidak memerankan cerita seenaknya sendiri atau di luar kehendaknya tanpa ada batasan cerita.
Selain itu, dengan adanya naskah tersebut, pelakon nantinya akan jauh lebih memahami jalan cerita dan tujuan mengapa drama tersebut harus dipentaskan.
Di sisi lain, ada banyak naskah drama yang memang cocok dipentaskan sehingga mampu menghibur para penonton. Satu di antaranya naskah drama bergenre komedi.
Berikut ini sejumlah contoh naskah drama komedi singkat, yang bisa dijadikan sebagai referensi, seperti dikutip dari laman Pastiguna dan Ruangseni, Jumat (4/3/2022).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Masih Muda
Daftar Pemain:
- Suami
- Istri
- Pak Ahmad
- Pak Anang
- Bu Indah
- Kia
Pada suatu sore, sepasang suami istri yang telah berusia lanjut dan berkulit keriput duduk santai di depan rumahnya. Mereka hanya berdua, karena semua anaknya telah meninggalkannya untuk bekerja di kota.
Suami : Mami, please bikin papi teh atau kopi dong, sekalian sama singkong rebusnya kalau masih ada ya.
Istri : Alah kamu ini, panggil mami segala. Tidak usahlah kebanyakan gaya. Kita sudah punya cucu dan menjadi kakek nenek. Malu.
Suami : Baiklah kalau begitu. Nek, bisa tolong buatkan kopi?
Istri : Astaga, sekarang kamu memanggil aku nenek. Memangnya aku sudah setua itu apa?
Suami : Bagaimana to? Tadi dipanggil mami tidak mau, sekarang dipanggil nenek malah marah. Terus maunya dipanggil apa?
Secara tidak sengaja, ada tetangga sebelah rumah yang bernama pak Ahmad mendengar perdebatan kecil kakek dan nenek tersebut. Pak Ahmad yang seusia dengan anak kakek dan nenek itu pun ikut menimpali.
Pak Ahmad : Pak Anang dan bu Anang selalu seperti ini ya. Bertengkar saja, bertingkah seperti anak muda yang masih pacaran saja.
Suami : Begitulah, nak Ahmad. Maunya memang seperti itu biar awet muda. Tetapi apa daya, kondisi kulit memang tidak bisa membohongi usia.
Istri : Memang kenapa kulitnya, Pak?
Suami : Lah, kamu tidak lihat apa. Ini kulitmu sudah kendur begitu (sambil menunjuk tangan istrinya)
Istri : Ih bapak ini, kenapa jadi tangan ibu yang dijadikan contoh.
Pak Ahmad : Kalau kulitnya sudah kendur begitu, sudah bisa disebut tua ya, pak Anang? (sambil menahan senyum)
Istri : Begitu memang tingkahnya, nak Ahmad. Berlagak muda saja. Padahal ya kalau mengangkat kursi kentutnya juga ikutan keluar.
Suami : Lah ibu ini, kok malah menjelekkan bapak di depan nak Ahmad.
Istri : Bapak duluan yang mulai.
Obrolan mereka berhenti karena tiba-tiba anak sepasang suami istri tersebut datang, yaitu pak Anang. Pak Anang datang bersama istrinya yang bernama bu Indah serta anaknya yang bernama Kia. Mereka datang sambil membawa oleh-oleh.
Pak Anang, Bu Indah dan Kia : Assalamualaikum
Suami, Istri dan Pak Ahmad : Waalaikumsalam
Istri : Ya Allah, cucuku datang. Sini, nak Kia sama nenek.
Pak Ahmad : Mengunjungi orang tua lagi kamu, Nang?
Pak Anang : Iya nih, Kia kangen sama kakek dan neneknya katanya.
Suami : Bagus ya, sudah berapa tahun kau tidak kemari menjenguk orang tuamu ini, Anang.
Kia : Kakek ini bagaimana. Baru tiga minggu yang lalu kami kemari. Kakek sudah pikun ya?
Istri : Biarkan saja, Kia, kakekmu memang sudah pikun. Bahkan, dia kadang lupa kalau sudah makan lima kali dalam sehari.
Pak Anang : Wah, kalau sebanyak itu makannya, bisa-bisa bapak berubah jadi gendut kayak pemain sumo.
Bu Indah : Ya, kalau badan bapak seperti itu kasihan ibu. Nanti ibu jatuh begitu disenggol sedikit saja.
Istri : Kamu ini. Jangan salah. Begini-begini ibu masih sanggup melawan badan bapakmu yang sudah kayak apa tadi? Pemain sumo? Tenaga ibu masih banyak kayak anak muda.
Pak Ahmad : (menggeleng-gelengkan kepala) Suami istri renta ini sebenarnya sama saja. Sama-sama tidak mau mengalah dan sama-sama merasa masih muda. Padahal lihat saja kulitnya.
Advertisement
Becak Dilarang Masuk!
Daftar Pemain:
- Tukang becak
- Polisi
- Penumpang 1
- Penumpang 2
Alkisah, ada seorang tukang becak asal Madura yang dipergoki seorang polisi saat memasuki kawasan ‘Becak Dilarang Masuk!’.
Dengan santainya si tukang becak itu melintas di depan polisi sampai polisi datang meniup peluit.
Polisi : Apakah kamu tidak melihat gambar di sana? Becak tidak boleh masuk ke jalan ini, dengan nada tinggi sambil menunjuk rambu-rambu.
Tukang becak : Oh, iya saya lihat Pak Polisi. Tapi itu kan gambar becaknya kosong, tidak ada orangnya. Sementara becak saya kan ada orangnya, berarti boleh masuk.
Polisi : Bodoh! Apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisannya becak dilarang masuk!
Tukang becak : Memang tidak bisa baca saya, Pak. Kalau saya bisa baca, pasti saya bisa jadi polisi seperti Bapak, bukan jadi tukang becak seperti sekarang.
Sepulang Sekolah
Daftar Pemain:
- Danu
- Dina
- Dita
- Didi
- Dadang
Siang itu lima sekawan yakni Danu, Dina, Dita, Didi, dan Dadang sepakat untuk mengerjakan tugas sepulang sekolah bersama.
Dita : Nanti kita kerjakan tugas di tempat biasa ya teman-teman.
Didi : Di balai desa atau di rumah Danu?
Dita : Di balai desa saja.
Dina : Baiklah teman-teman, kalau begitu saya pulang ganti baju dan makan dulu baru saya ke balai desa.
Setelah mereka semua pulang ke rumah masing-masing dan jam menunjukkan pukul empat sore, Dina, Dita, dan Didi segera berangkat menuju balai desa. Hanya Danu yang tidak berangkat karena sepulang sekolah ia tertidur pulas dan lupa jika sudah sepakat mengerjakan tugas.
*Sampai di balai desa*
Didi : Danu mana ya? Sudah hampir jam lima dia tak kunjung datang.
Dina : Jangan-jangan dia lupa jika sekarang kita akan mengerjakan tugas?
Dita :"Atau mungkin dia mengira kalau kita akan mengerjakan tugas di rumahnya. Sebaiknya kita ke rumahnya mungkin dia sudah menunggu kita.
Dadang : Mungkin dia ada urusan tetapi lupa memberitahu kita. Kita tunggu saja di sini sembari menyelesaikan separuh tugas.
Mereka berempat mengerjakan tugas bersama terlebih dahulu sembari menunggu kedatangan Danu. Setelah jam tangan Dadang menunjukkan angka pukul 5:30 sore, terlihat dari jauh anak laki-laki terengah-engah berlari membawa tas.
Didi : Tuh kan, Danu baru kemari.
Dina : Eh.. iya. Tetapi kenapa dia berlari seperti dikejar hantu dan memakai seragam sekolah?
Danu : Teman-teman? Sedang apa kalian sepagi ini di balai desa? Apa kalian tidak takut terlambat ke sekolah?
Seketika Dita, Dina, Didi dan Dadang tertawa terbahak-bahak.
Dita : Ini masih sore, Danu. Pasti kamu baru bangun tidur kan?
Dina : Makanya Dan, kita dilarang tidur sampai hampir petang.
Wajah Danu memerah disertai rasa malu dan menyesal.
Â
Sumber: Pastiguna, Ruangseni
Dapatkan artikel contoh dari berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement