Bola.com, Jakarta - Ambigu merupakan kata yang umum dijumpai dan kerap digunakan dalam kalimat. Ambigu dapat diartikan sebagai kata, frasa, atau kalimat tidak pasti, maknanya bisa lebih dari satu.
Ketika ada pernyataan yang ambigu, kemungkinan akan membingungkan pembaca dan menghalangi makna teks. Namun, ambiguitas terkadang digunakan secara sengaja untuk menambahkan bumbu humor pada sebuah teks.
Baca Juga
Advertisement
Dalam konteks tertentu, kata kerja disambigu dan ambigu dapat digunakan sebagai kata sifat. Selain kata, menggunakan ekspresi ambigu, berbicara atau menulisnya acap kali dapat ditafsirkan secara beragam.
Pasalnya, arti ambigu biasanya muncul sebagai kalimat dengan makna ganda atau lebih. Arti ambigu ini berkaitan dengan perbedaan penafsiran teks, yang menyebabkan ketidakjelasan atau kebingungan.
Agar lebih jelas lagi, berikut uraian mengenai ambigu beserta jenis-jenisnya, disadur dari Merdeka, Senin (13/6/2022).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pengertian Ambigu
Ambigu bisa diartikan sebagai kata atau kalimat yang bermakna ganda atau lebih. Kata ambigu ini kadang membuat kalimat atau teksnya mengandung keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dan sejenisnya.
Maksud dari ambigu adalah konstruksi ketatabahasaan, yang memiliki lebih dari satu penafsiran.
Secara bahasa, ambigu berasal dari kata 'ambiguitas', yang diserap dari bahasa Inggris yakni ambiguity. Ambiguity adalah suatu konstruksi yang dapat ditafsirkan lebih dari satu arti.
Ambiguitas juga disebut juga ketaksaan, perihal taksa berupa kekaburan atau keraguan.
Arti ambigu adalah ide atau situasi yang bisa dipahami dengan lebih dari satu makna. Hal ini meluas dari kalimat yang ambigu (bisa berarti satu atau lain hal), hingga alur cerita yang ambigu serta argumen yang bermakna ganda atau lebih.
Advertisement
Penggunaan Ambigu
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, menggunakan kata, frase, atau kalimat yang sifatnya ambigu itu, jika memiliki lebih dari satu arti. Meski dengan adanya sifat ambigu dapat menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan isi atau maksud teks.
Ambigu biasa ditemukan, baik dalam bahasa yang disampaikan secara lisan maupun tertulis. Ambiguitas ini dinilai hal yang baik, terutama dalam karya seni puisi dan dongeng.
Kata atau kalimat ambigu ini bisa timbul dalam beragam variasi tulisan atau tuturan. Jenis-jenis ambigu, terbagi berdasarkan penggunaan variasi tersebut.
Jenis Ambigu dan Contohnya
1. Ambiguitas Fonetik
Ambiguitas fonetik lahir dari hasil berbaurnya bunyi-bunyi bahasa yang dilafalkan. Jenis ambigu ini terbentuk ketika suatu kata atau kalimat dilafalkan terlalu cepat lalu dapat mengakibatkan keraguan maknanya. Ambiguitas fonetik terjadi saat adanya persamaan bunyi kata ketika terucap.
Contoh kata dari jenis ambiguitas fonetik, bila disematkan dalam kalimat:
- Jarak: Jarak bisa diartikan rentang wilayah atau nama sejenis tumbuh-tumbuhan herbal.
- Beruang: Beruang bisa berarti mempunyai banyak uang atau nama binatang.
- Salam: Kata salam bisa berarti sapaan atau nama bumbu dapur.
- Hak: Hak mempunyai dua makna, yaitu yang menyatakan kepemilikan dan bagian sepatu wanita.
- Gelar: Gelar bisa bermakna pangkat atau membuka gulungan tikar.
- Bunga: Bunga bisa berarti tanaman atau imbalan yang digunakan pada penggunaan uang atau modal di bank.
- Batu: Kata batu bisa bermakna nama benda padat yang sangat keras atau nama kota di Jawa Timur.
2. Ambiguitas Gramatikal
Setelah jenis ambigu dari pelafalan, berikutnya ada ambiguitas gramatikal. Ambiguitas atau ketaksaan di tingkat gramatikal terjadi saat proses pembentukan di tingkat kebahasaan, yakni:
- Morfologi: morfem dan kata.
- Sintaksis: frasa, klausa, dan kalimat.
Pada tatanan morfologi, ambiguitas mengakibatkan perubahan makna. Contoh ambiguitas morfologi adalah:
Pemukul: kata 'pemukul' dapat bermakna ganda, seperti orang yang memukul atau alat untuk memukul.
Sedangkan di tataran sintaksis, ambiguitas muncul pada frasa, klausa, dan kalimat. Tiap kata yang membentuk frasa itu telah jelas. Namun, dalam mengombinasikannya dapat memiliki tafsiran lebih dari satu pengertian.
Contoh ambiguitas dalam sintaksis: frasa orang tua, dapat bermakna 'orang yang tua' atau 'ibu-bapak'.
3. Ambiguitas Leksikal
Jenis ambigu pada tingkat ambiguitas leksikal, meliputi polivalensi, ketidakjelasan batas makna suatu kata, dan penggunaan gaya bahasa.
Setiap kata atau frasa dalam bahasa, kadang memiliki makna lebih dari satu. Itulah mengapa pendengar atau pembaca kerap melakukan kesalahan dalam menafsirkan maknanya. Ambiguitas seperti ini menyebabkan makna dari teks utuh dapat saja berbeda tergantung pada konteks kalimat.
Ambiguitas leksikal acap kali digunakan sengaja untuk membuat permainan kata dan jenis permainan kata lainnya. Dalam tataran leksikal, ambiguitas bisa dilihat dari dua sisi, yakni polisemi dan homonim.
Contoh ambigu leksikal polisemi:
Sisi pertama adanya gejala polisemi, misalnya kata haram dalam bahasa Indonesia yang dapat bermakna:
- Dilarang, tidak halal.
- Suci, tidak boleh dibuat sembarangan.
- Sama sekali tidak, sungguh-sunguh tidak boleh.
- Terlarang oleh undang-undang, tidak sah.
Sisi kedua adalah homonim yaitu kata-kata yang sama bunyinya. Sisi kedua ini tidak menimbulkan ambiguitas jika dilihat penggunaannya dalam konteks. Contohnya:
- Dalam bahasa Indonesia, bisa berarti dapat atau racun.
- Pukul berarti jam atau ketuk.
Advertisement
Perbedaan Ambigu dengan Ketidakjelasan
Sekilas, ambiguitas tampak sama dengan ketidakjelasan. Letak perbedaannya, ambigu ini mengacu pada sesuatu yang memiliki banyak kemungkinan arti.
Sementara 'ketidakjelasan', mengacu pada kurangnya kejelasan. Teks atau sesuatu yang tidak memiliki arti secara jelas dan pasti.
Tampaknya ambiguitas dan ketidakjelasan hampir homonim karena ambigu tadi definisinya memungkinkan berpotensi lebih dari satu kesimpulan.
Sedangkan ketidakjelasan, di sisi lain mengacu pada situasi di mana tidak ada interpretasi sehingga sulit berhasil menarik kesimpulan karena informasi yang diberikan tidak cukup jelas.
Disadur dari: Merdeka.com (Penulis: Kurnia Azizah. Published: 4/9/2021)
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.