Bola.com, Jakarta - Gibah merupakan satu di antara perbuatan yang sangat tidak disukai oleh Allah dan Rasul. Dalam Islam, dosa gibah dikatakan lebih besar daripada zina.
Tanpa kita sadari, gibah menjadi perbuatan yang sering dilakukan. Dalam kehidupan bermasyarakat, perilaku tersebut disebut bergunjing atau bergosip.
Baca Juga
Advertisement
Gibah adalah segala perkataan yang menyebutkan aib badan, keturunan, akhlak, perbuatan, urusan agama, dan dunia seseorang.
Selain itu, agama Islam memandang bahwa bergibah menjadi satu di antara bentuk perbuatan yang tujuannya untuk menghancurkan orang lain.
Hal itu karena, akan ada yang tersakiti jika seseorang bergibah, itulah mengapa Allah Swt. sangat mengutuk orang yang bergibah membicarakan orang lain.
Selain perlu memahami pengertian gibah, umat muslim juga perlu memahami lebih lanjut cara menghindari perbuatan dosa ini.
Berikut ini pengertian gibah menurut Islam, dan kenali cara menghindarinya, seperti disadur dari Merdeka, Kamis (18/8/2022).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pengertian Gibah Menurut Islam
Gibah merupakan satu di antara perbuatan dosa yang dibenci oleh Allah Swt. dan harus dihindari oleh umat Islam. Secara etimologi, gibah berasal dari bahasa Arab, dari kata "ghaabaa yaghiibu ghaiban", yang artinya gaib, tidak hadir.
Berdasarkan etimologi tersebut, dapat dipahami bahwa gibah ialah bentuk 'ketakhadiran seseorang' dalam sebuah pembicaraan.
Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gibah yaitu kegiatan membicarakan keburukan (keaiban) orang lain atau bergunjing.
Gibah merupakan perbuatan membicarakan keburukan atau aib orang lain. Meski yang dibicarakan sesuai kenyataan, ghibah tetap suatu perbuatan yang zalim.
Dalam agama Islam, gibah dilarang karena berisiko menimbulkan fitnah. Perlu diketahui, seseorang yang bergibah bahkan diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Gibah juga merupakan perbuatan yang dekat dengan perbuatan buruk lainnya seperti iri, dengki, hingga fitnah.
Advertisement
Hukum dan Larangan Ghibah
Gibah merupakan perilaku zalim yang dilaknat oleh Allah Swt. Hal tersebut bahkan tercantum dalam Al-Qur'an dan hadis. Allah Swt. berfirman dalam Surat An-Nur Ayat 19:
"Siapa pun gemar menceritakan atau menyebarluaskan kejelekan saudara muslim kepada orang lain diancam dengan siksa yang pedih di dunia dan di akhirat."
Allah Swt. menggambarkan perilaku orang yang suka gibah atau menggunjing dan membicarakan orang lain dalam Surat Hujurat Ayat 12:
"Wahai orang-orang beriman jauhilah banyaknya prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, janganlah kalian mencari-cari kesalahan, jangan menggunjing sebagian terhadap sebagian, apakah engkau senang jika makan daging bangkai saudaranya? Maka kalian membencinya, dan takutlah kepada Allah sesungguhnya Allah menerima taubat dan Maha penyayang."
Rasulullah saw. juga melarang umatnya untuk bergibah. Diriwayatkan dalam hadis Tirmidzi, Rasulullah saw. bersabda:
"Orang Islam itu saudara bagi orang Islam lain, jangan saling mengkhianati, jangan saling membohongi, dan jangan saling merendahkan, setiap muslim atas muslim yang lain itu haram rahasianya, hartanya dan darahnya, taqwa itu ada di sini (dalam hati) cukup seseorang dikatakan jelek jika memandang rendah saudaranya muslim."
Dosa Gibah Lebih Berat dari Dosa Zina
Rasulullah saw. menyatakan bahwa dosa orang yang bergibah lebih berat dari dosa zina.
"Gibah itu lebih berat dari zina. Seorang sahabat bertanya, 'Bagaimana bisa?' Rasulullah saw. menjelaskan, 'Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun, pelaku gibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya." (HR At-Thabrani)
Selain itu, diriwayatkan bahwa Allah Swt. pernah berfirman kepada Nabi Musa a.s.:
"Siapa saja yang meninggal dunia dalam keadaan bertobat dari perbuatan gibah maka dia adalah orang terakhir masuk surga. Dan siapa saja yang meninggal dalam keadaan terbiasa berbuat gibah, dia adalah orang yang paling awal masuk neraka."
Di akhirat nanti, seseorang yang suka bergibah akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. oleh orang yang digibahinya. Amal kebaikannya pun dibayarkan kepada orang-orang yang pernah dizaliminya, termasuk kepada orang yang telah digibahinya.
Kemudian setelah amal kebaikannya habis, amal keburukan orang-orang yang dizaliminya ditimpakan pada dirinya.
Advertisement
Cara Menghindari Ghibah
Ada beberapa cara untuk menghindari gibah, di antaranya:
1. Memperbanyak ilmu agama, dengan mengikuti kajian, membaca Al-Qur'an dan tafsirnya, serta selalu berpikir positif agar dapat menjauhkan diri dari menggunjingkan orang lain.
2. Diam atau tidak menanggapi. Satu di antara cara menghindari bergibah yaitu diam. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam." (Muttafaq 'alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
3. Menasihati pelaku gibah untuk menyudahinya. Anda bisa mengatakan dan mengingatkan pelaku gibah bahwa perbuatan yang dilakukannya itu salah. Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, ubahlah dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu, ubahlah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman." (HR Muslim 70)
Disadur dari: Merdeka.com (Penulis: Addina Zulfa Fa'izah. Published: 16/9/2021)
Yuk, baca artikel Islami lainnya dengan mengeklik tautan ini.