Bola.com, Jakarta - Nifak merupakan satu di antara sifat orang munafif. Secara bahasa, nifak berarti ketaksamaan antara lahir dan batin.
Jika ketaksamaan itu dalam hal keyakinan, hatinya kafir, tetapi mulutnya mengatakan beriman maka ia termasuk nifak i'tiqadi.
Baca Juga
Advertisement
Kata nifak berasal dari bahasa arab, "An-Nifaq". Kata tersebut berakar dari kata nȃfaqa-yunȃfiqu-nifȃqan.
Kata nifak diambil dari kata nafiqȃ, yang berarti satu di antara lubang tikus, jika dicari melalui satu lubang maka tikus itu akan lari dan keluar melalui lubang yang lain.
Kata nifak termasuk suatu ketentuan baru yang diperkenalkan Al-Qur’an. Oleh karena itu, masyarakat Arab tidak mengetahui makna lain selain makna yang dimaksud oleh Al-Qur’an itu sendiri.
Agar lebih paham lagi, berikut rangkuman terkait nifaK, disadur dari Merdeka, Jumat (19/8/2022).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jenis-Jenis Nifaq
Ada dua jenis nifak (kemunafikan), yakni nifak akbar yang disebut juga nifak i'tiqadi (keyakinan) dan nifak amali (perbuatan).
1. Nifak I'tiqadi (Keyakinan)
Nifak I'tiqadi adalah nifak besar, di mana pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran. Jenis nifak ini menjadikan keluar dari agama dan pelakunya berada dalam kerak neraka.
Allah menyifati para pelaku nifak ini dengan berbagai kejahatan seperti kekufuran, ketiadaan iman, mengolok-olok agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam.
Dalam keadaan seperti itu, mereka masuk agama Islam untuk melakukan tipu daya terhadap agama dan pemeluknya secara sembunyi-sembunyi juga agar mereka bisa hidup bersama umat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda mereka.
Nifak jenis ini ada empat macam:
- Mendustakan Rasulullah saw. atau mendustakan sebagian dari pada apa yang beliau bawa.
- Membenci Rasulullah saw. atau membenci sebagian apa yang beliau bawa.
- Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam.
- Tidak senang dengan kemenangan Islam.
2. Nifak Amali (Perbuatan)
Nifak amali adalah melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafik, tetapi masih tetap ada iman di dalam hatinya.
Pelakunya berada dalam iman dan nifaq. Lalu, jika perbuatan nifaqnya banyak maka bisa menjadi sebab terjerumusnya dia ke dalam nifaq yang sesungguhnya.
Berdasarkan sabda Nabi saw., "Dari Abdullah ibn 'Amr bahwa Nabi saw. bersabda: "Empat sifat yang barang siapa mengerjakannya maka ia menjadi munafik tulen, dan barang siapa yang melakukan salah satu dari empat sifat itu maka dalam dirinya terdapat sifat nifak sehingga ia meninggalkannya, yaitu: (1) apabila dipercaya, ia berkhianat, (2) apabila berbicara, ia dusta, (3) apabila berjanji, ia tidak menepati, dan (4) apabila bertengkar, ia curang (mau menang sendiri)." (H.R. Bukhari, Muslim)
Advertisement
Sejarah Kemunculan Nifak
Pada dasarnya nifak muncul bersamaan dengan kehadiran Rasulullah saat menyebarkan dakwah Islam di Makkah. Menurut Ibnu Al Qayyim al-Jauzi, nifak sudah muncul ketika nabi masih berada di Makkah.
Fenomena murtad pada sebagian kaum muslimin akibat dari penindasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh kafir Quraisy. Hal ini terjadi karena lemahnya iman orang-orang yang menyatakan masuk Islam kala itu.
Meski sudah ada gejala nifak di Makkah, belum begitu kuat dan nyata, sebab jumlah umat Islam saat itu masih sedikit. Demikian juga dakwah Islam masih dalam kondisi lemah dan terbatas.
Setelah nabi hijrah ke Madinah, dakwah Islam mengalami kemajuan dan perkembangan signifikan. Dengan makin kuatnya fondasi Islam, makin kuat pula tantangan yang dihadapi dalam menyebarkan dakwah.
Di Madinah, umat Islam tidak hanya berhadapan dengan orang-orang kafir Quraisy Mekah dan ahli kitab, tetapi juga dengan orang-orang yang menyatakan masuk Islam dan menyimpan sifat nifak yang akan merongrong dakwah Islam dari dalam.
Sifat-Sifat Munafik
- Berbuat kerusakan di muka bumi. Allah Swt. berfirman: "Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar". (QS. Al-Baqarah [2]: 12).
- Membuat waswas (bimbang) dan selalu manis dalam bertutur kata. Allah Swt. berfirman: "Sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (QS. AlAn‟am [6]:112
- Menipu dan mengecoh. Allah Swt. berfirman: "Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar". (QS. Al-Baqarah [2]: 9)
- Mengejek dan tidak punya pendirian. Allah Swt. berfirman: "Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok". (QS. Al-Baqarah [2]: 14)
- Malas, Riya dalam ibadah dan lalai berzikir kepada Allah Swt. Hal ini menunjukkan lemahnya tekad dan cita-cita. Allah Swt. berfirman: "Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali". (QS. An-Nisa‟ [4]: 142).
- Tidak mensyukuri atas karunia pancaindra. Allah Swt. berfirman: "Mereka tuli, bisu ,dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)". (QS. Al Baqarah [2]: 18)
- Meraka selalu mengawasi dan mengintai orang-orang beriman dan bersekongkol untuk menghantam mereka setiap kali ada kesempatan. Allah Swt berfirman: "(Yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah Kami (turut berperang) beserta kamu ?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah Kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman". (QS. An Nisa‟ [4]: 141)
- Menghalangi dan menyimpang hukum Allah Swt. dan Rasul-Nya dan tidak mau tunduk kepada syariat Islam. Allah Swt. berfirman: "Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan". (QS. Al-Mujȃdalah [58]:16).
- Membenarkan perbuatannya yang keji, ketika terungkap dalam sumpah palsunya. Mereka menyembunyikan niat buruknya dengan sumpahnya itu sebagai tameng. Perhatikanlah Firman Allah Swt.: "Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna". (QS. An- Nisa‟ [4]: 62)
- Memperhatikan penampilan luar dan mengabaikan isi. Mereka memperindah kata-kata tapi tidak membaguskan amal. Keadaan mereka seperti akar yang kering di bumi yang tidak bermanfaat lalu roboh dan disandarkan ke dinding kemudian dilalaikan dan diluapkan. Allah Swt. berfirman: "Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya). Maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?" (QS. Al-Munȃfiqȗn [63]: 4)
- Meraka gembira dan senang ketika orang-orang mukmin tertimpa musibah dan sedih ketika orang-orang mukmin mendapatkan kemenangan atau kebaikan. Allah Swt. berfirman: "Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan urusan Kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira". (QS. At-Taubah [9]: 50)
- Mencari rida manusia sekalipun dibenci oleh Allah Swt. Sebagaimana dalam Firman Allah Swt.: "Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu rida kepada mereka. tetapi jika sekiranya kamu rida kepada mereka, sesungguhnya Allah tidak rida kepada orang-orang yang fasik itu". (QS. At-Taubah [9]: 96)
- Mengejek orang beriman dengan mata dan isyarat serta mengolok-olok mereka. Firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an: "(orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekadar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih". (QS. At-Taubah [9]: 79).
- Melemahkan semangat orang beriman untuk perang, menyebar fitnah dan membuat kerusakan sehingga Allah Swt. tidak menyukai langkah mereka dan Allah Swt. menetapkan kepada mereka untuk duduk bertopang dagu bersama kaum wanita dan anak-anak. Allah Swt berfirman: "Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu". Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang Amat suka mendengarkan Perkataan mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim". (QS. At-Taubah [9]: 46-47).
- Mengutamakan dunia atas akhirat dan mementingkan kesenangan yang fana daripada kenikmatan abadi. Mereka bersegera mengambil ghanimah (harta rampasan perang) kalau sedang dibagi, padahal mereka tidak ikut berjuang menghadapi musuh Allah Swt. Allah Swt berfirman: "Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau Kami sanggup tentulah Kami berangkat bersama-samamu". Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benarbenar orang-orang yang berdusta". (QS. At-Taubah [9]: 42)
Disadur dari: Merdeka.com (Penulis: Edelweis Lararenjana. Published: 9/9/2020)
Yuk, baca artikel Islami lainnya dengan mengikuti tautan ini.
Advertisement