Sukses


Contoh Cerpen Pendidikan yang Menarik Dibaca

Bola.com, Jakarta - Cerpen (cerita pendek) merupakan satu di antara jenis karya sastra yang sudah diperkenalkan saat duduk di bangku sekolah.

Cerpen adalah jenis karya sasta berbentuk prosa naratif fiktif/fiksi, yang menguraikan atau mendeskripsikan suatu objek maupun tokoh, sekaligus konflik dan penyelesaiannya, dalam gaya bahasa santai, singkat, dan padat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerpen merupakan sebuah tulisan tentang kisah pendek yang isinya tak lebih dari 10 ribu kata, dan berisi tentang seorang tokoh.

Untuk tema cerpen, sangat bervariasi. Pendidikan merupakan satu di antara tema yang sering diangkat.

Cerpen bertema pendidikan mengandung nilai-nilai budi pekerti, baik-buruk, dan nasihat.

Berikut ini beberapa contoh cerpen pendidikan, yang menarik dibaca, dikutip dari laman Dosenpintar dan Lezgetreal, Jumat (26/5/2022).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Belajar dari yang Tak Pernah Diajar

Pagi itu aku sedang sarapan dengan sangat tenang, tiba-tiba tersendak karena aku melihat jam sekarang pukul 7. Aku menggowes sepedaku. Sialnya gerbang sekolahku sudah ditutup, dan dengan wajah kesal pak satpam berkata kepadaku di balik pintu gerbang.

Lalu dibukakannya pintu gerbang ini, tapi aku bersama murid lain dihukum berdiri di lapangan basket hingga jam pertama selesai. Aku melirik pos satpam, tempat di mana laki-laki itu setiap pagi datang dan juga bekerja sampai suatu sore hari tiba.

Namanya Pak Asep, tapi anak-anak sering memanggilnya dengan "Mang Oray", aku tak tahu dari siapa orang pertama pencetus panggilan tersebut pada Pak Asep. Dia memang sangat popular di SMA Negeri 1 karena dekat dan ramah dengan murid-murid, khususnya kepada murid laki-laki.

Lama setelah itu, aku makin akrab dengan satpam yang tersebut, kawan-kawanku selalu memanggilnya Mang Oray. Pernah suatu saat dia bercerita kepadaku dan juga kawan-kawanku tentang dia sewaktu seusia kami.

"Dulu, Mamang juga pernah sekolah seperti kalian. Tapi, mamang tidak dapat melanjutkannya hingga selesai, karena orang tua mamang yang tidak bisa membiayainya," imbuh dia dengan senyum untuk menutupi.

"Kalian harus bisa memanfaatkan kesempatan mengais ilmu di sini, makanya mamang suka sangat marah pada kalian yang suka terlambat masuk," sambungnya.

Dia kemudian masih melanjutkan ceritanya. Ternyata di dalam rumahnya dia menyediakan perpustakaan mini untuk para tetangganya yang ingin sekolah, tapi terkendala ekonomi keluarga. Aku pun menjadi sangat kagum dengan berbagai perjuangan Pak Asep. Di tengah biaya hidup yang kini makin susah, kulit kian menjadi keriput serta rambut kian memutih, dia masih bisa selalu membantu orang-orang di sekitarnya. Terima kasih, Pak.

3 dari 4 halaman

Meminta Lebih Baik dari Mencuri

Hari ini, aku pulang kuliah lebih cepat dari biasanya, dikarenakan dosen mata kuliah di jam terakhir berhalangan masuk. Aku pun bergegas pulang, sekitar pukul 15.00 aku tiba di rumah. Namun, aku melihat ibu seperti orang kebingungan yang sedang mencari sesuatu. Ternyata ibu kehilangan uang kembalian belanjaannya.

Aku pun membantunya, tapi hasilnya pun nihil. Ibu pun pasrah dan aku keluar rumah karena lupa ada yang harus dibeli. Di jalan dekat warnet, aku bertemu dengan adikku.

"De, kamu main di sini emang ibu kasih uang ke kamu? Kan kamu lagi dihukum ga dikasih uang jajan hari ini?" tanyaku dengan muka yakin kalo dia pasti mengambil uang ibu. "Oh, kaka tau kamu ambil uang ibu yang di atas meja, ya!?" sambungku.

"I..ii..iya kak, aku ambil uang ibu, tapi cuma aku pakai 5 ribu doang kok, kak," Jawab dia dengan ketakutan.

"Ayo naik ke atas motor, nanti jelasin sama ibu," ucapku sembari membawanya pulang.

Sesampainya di rumah, dia langsung jujur dan menceritakan semuanya kepada ibu. Aku dan ibu langsung menasihatinya sebaik mungkin.

"De, ibu lebih menghargai kamu meminta ke ibu, sekalipun kamu sedang dihukum. Dari pada mencuri seperti ini kan tidak baik," kata ibu sambil mengelus rambut adikku.

Dia hanya tertunduk malu dengan rasa bersalahnya yang terpampang jelas dari wajahnya. Setalah dinasihati, adikku mengakui kesalahannya, meminta maaf kepada ibu dan aku, serta benar-benar berjanji untuk tidak mengulanginya lagi di kemudian hari.

4 dari 4 halaman

Jangan Malu menjadi Orang Miskin

Aku anak seorang pemulung dan pekerja buruh. Ayahku buruh pabrik dan ibuku sering bekerja mengumpulkan barang bekas, untuk menambah biaya sekolah dan kehidupan aku dan adik-adikku. Namun, aku bahagia dan selalu bersyukur. Aku memiliki kedua orang tua yang baik dan penyayang.

Banyak anak yang belum tentu seberuntung aku. Tidak punya ayah maupun ibu. Walau aku selalu tidak percaya diri dengan keadaan kami, aku tetap berjuang dan belajar sebaik mungkin agar menjadi anak yang membanggakan orang tua.

Dan aku menjual kue di sekolah. Kue apa saja yang dibuat ibu aku jual di kelas ke teman-temanku. Walau tidak banyak, cukup buat ditabung membayar uang sekolah. Kadang pisang goreng, bakwan, dan lapis.

Aku tidak malu, aku membawanya dengan plastik besar, setiap istirahat aku menawarkannya ke kawan-kawan. Aku heran melihat teman-teman yang hidup berkecukupan, tapi tidak rajin belajar dan bersyukur. Ternyata benar kesungguhan dan pantang menyerah membuat siapa saja menjadi bahagia.

Kini aku duduk di bangku mahasiswa untuk meneruskan beasiswa aku ke jenjang magister. Penggalan kisah diriku tadi adalah kisah waktu aku duduk di SD. Walau kini ayahku telah tiada, tapi semua pengorbanan ayahku tidak akan aku sia-siakan. Kini aku telah bekerja di sebuah perusahaan.

Gajiku cukup untuk membiayai ibu dan adik-adikku sekolah. Aku sangat bersyukur karena selama ini banyak kemudahan yang Allah berikan padaku. Sekali lagi, aku ingin katakan jangan malu menjadi orang miskin. Tapi, malu apabila diri kita tidak mampu menjadi orang yang tidak berguna.

Walau aku telah sukses, aku tetap meyakini kalau aku adalah anak miskin seorang pemulung yang tetap bersyukur dan belajar terus-menerus agar menjadi orang yang sukses.

 

Sumber: Dosenpintar, Lezgetreal

Dapatkan kumpulan artikel contoh lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer