Sukses


Contoh Teks Sejarah Fiksi yang Bisa Dipahami

Bola.com, Jakarta - Teks sejarah fiksi pada dasarnya adalah kisah fiksi atau rekaan pengarang, tetapi yang diinspirasi dari sejarah.

Contoh teks sejarah fiksi mengandung plot, dialog, penokohan yang bukan berasal dari kisah nyata, tetapi terinspirasi dari cerita sejarah. 

Teks sejarah fiksi dapat ditemukan pada novel, legenda, serta roman.

Struktur teks sejarah fiksi memiliki tiga bagian, yaitu orientasi yang menjadi bagian pembuka atau pengenalan karakter pada suatu teks sejarah fiksi.

Lalu dilanjutkan dengan urutan peristiwa yang nantinya menjelaskan peristiwa sejarah dan umumnya ditulis secara kronologis.

Kemudian di bagian terakhir yang boleh ada ataupun tidak, ada reorientasi yang menjadi komentar dari peristiwa sejarah yang diceritakan pada teks tersebut.

Agar lebih bisa memahaminya, kamu bisa membaca contoh-contoh teks sejarah fiksi pada artikel ini.

Berikut ini beberapa contoh teks sejarah fiksi yang bisa dipahami, dikutip dari laman Sekolahnesia dan Deckarenas, Rabu (7/9/2022).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Kenangan Berharga yang Tidak Terlupakan

- Orientasi

Nama saya Minarti Atikah Dewi, biasa dipanggil Tika, anak keempat dari lima bersaudara. Saya lahir di Malang, 11 Januari 1998, dan kini tinggal dan bekerja di Surabaya.

- Urutan Peristiwa

Masa kecil saya cukup menyenangkan, saya masuk ke taman kanak-kanak pada 2003, dan selalu diantar setiap pagi oleh ayah dan siang harinya giliran ibu yang menjemput saya pulang sekolah. Ayah saya adalah seorang petani yang sehari-hari pergi ke sawah untuk bercocok tanam, sedangkan ibu adalah seorang ibu rumah tangga, tapi juga membuka warung kecil-kecilan di rumah.

Saat libur tiba, saya biasanya akan ikut ayah ke sawah, bukan untuk membantu, tetapi hanya bermain-main di sekitar sawah, setelah itu biasanya ayah juga akan mengajak saya untuk mandi dan main air di sungai. Setelah saya lulus TK, saya melanjutkan pendidikan di sebuah SD Negeri yang letaknya cukup dekat dari rumah.

Setelah saya masuk SD, saya sudah tidak pernah lagi diantar jemput oleh ayah dan ibu karena saya selalu berangkat dan pulang bersama dengan Sari, tetangga yang juga menjadi sahabat saya hingga saat ini. Bersama Sari, saya juga duduk satu meja dengannya, mulai kelas 1 hingga kelas 6 SD. Sayangnya, setelah lulus SD, saya dan Sari harus berpisah sekolah.

Saya melanjutkan pendidikan, di SMP Negeri 3 Malang, sedangkan Sari melanjutkan pendidikannya ke MTS Muhammadiyah Malang. Di SMP saya mendapatkan banyak teman baru dan tentunya kenangan-kenangan bersama teman-teman itu tidak mudah untuk terlupakan. Satu di antara kenangan yang sulit dilupakan itu adalah ketika masa orientasi siswa dan saya cukup sering dikerjain oleh kakak kelas.

Setelah saya lulus SMP, ayah memutuskan untuk menyekolahkan saya di Surabaya sehingga saya harus lebih mandiri walau sebenarnya di Surabaya saya masih tinggal dengan saudara, yaitu dengan keluarga kakak pertama saya.

Satu hal yang paling menyenangkan adalah ternyata Sari juga akan bersekolah di Surabaya, sebab ayah Sari dipindah tugaskan ke Surabaya sehingga mau tidak mau Sari harus ikut juga ke Surabaya. Nah, di SMA 9 Surabaya inilah saya dan Sari akhirnya melanjutkan pendidikan di sekolah yang sama. Masa-masa SMA juga cukup menyenangkan dan sulit dilupakan.

- Re-Orientasi

Masa-masa sekolah mulai TK, SD, SMP hingga SMA cukup banyak kenangan yang tercipta. Suka duka bersama teman-teman memang begitu berharga, apalagi hingga saat ini saya juga masih sering berkomunikasi dengan teman-teman sekolah khususnya Sari yang masih menjadi sahabat saya sampai detik ini.

3 dari 4 halaman

Legenda Batu Menangis

- Orientasi

Di suatu wilayah di Kalimantan, hidup seorang janda miskin. Rumah janda miskin tersebut berlokasi di sebuah bukit yang terletak cukup jauh dari desa. Janda miskin tersebut tak tinggal sendiri di rumah itu karena ia mempunyai seorang anak gadis yang cantik jelita. Namun, sayangnya perilaku anak gadis tersebut sangat buruk karena tak hanya malas, setiap hari anak gadis tersebut hanya bersolek ria.

Anak gadis yang cantik jelita tersebut juga tak tahu diri karena sikapnya sangat manja di mana semua permintaannya harus segera dipenuhi. Anak gadis tersebut seperti tak mau tahu setiap hari ibunya harus bekerja keras banting tulang, di mana penghasilannya hanya mencukupi untuk kebutuhan makan sehari-hari.

- Urutan Peristiwa

Pada suatu hari, janda miskin mengajak anak gadisnya untuk berbelanja dengan pergi ke desa. Lokasi rumah janda miskin yang ada di atas bukit tersebut bisa dibilang cukup jauh dari pasar yang lokasinya ada di desa. Tentunya perjalanan dari rumah ke pasar itu sangat melelahkan. Dengan santai si anak gadis melenggang menggunakan pakaian bagus, keinginannya adalah orang-orang mengagumi kemolekan dan kecantikan tubuhnya.

Sementara ibunya yang menggunakan pakaian sangat dekil dibiarkan berjalan di belakang. Tempat tinggal yang jauh dari desa membuat para penduduk desa tak mengetahui bahwa dua perempuan yang tengah berjalan ke arah pasar itu merupakan ibu dan anak. Para penduduk desa terpesona akan kecantikan si anak gadis, terutama para pemuda di desa.

Akan tetapi, saat melihat ibu tua menggunakan pakaian dekil yang berjalan di belakang si gadis itu membuat para penduduk desa yang melihatnya bertanya-tanya. Pada akhirnya ada seorang pemuda yang mendekati gadis itu dan menanyakannya, “Hai gadis cantik, siapakah yang berjalan di belakang? Apakah ia ibumu?”

Mendapat pertanyaan tersebut, si gadis pun menjawabnya dengan angkuh dan ketus. "Bukan, ia pembantuku". Sesudah menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh satu di antara pemuda di desa, ibu dan anak itu pun melanjutkan perjalanan. Tak jauh dari lokasi itu, pemuda lainnya juga menanyakan hal serupa dan lagi-lagi si gadis itu tak mengakui ibunya yang malang tersebut.

Berkali-kali mendapat pertanyaan yang sama dalam perjalanan menuju pasar, gadis itu tetap menyangkal bahwa perempuan tua yang ada di belakangnya adalah ibu kandungnya. Pada awalnya janda miskin yang mendengar jawaban anak gadisnya tersebut masih bisa menahan diri dan tak terlalu mempedulikannya. Akan tetapi, setelah mendengar jawaban anak gadisnya itu berulang kali, pada akhirnya ibu tua itu pun mengeluh dalam hati.

Di dalam hatinya, janda miskin tersebut berdoa, "Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan dari anak kandung hamba sendiri. Mengapa ia sangat tega memperlakukan hamba seperti ini. Tuhan, hukumlah anak durhaka ini". Sesudah doa janda miskin itu selesai, tiba-tiba terjadi suatu keajaiban.

Tubuh si anak gadis perlahan-lahan berubah menjadi batu, mulai bagian kaki dan perlahan-lahan ke setengah badan. Karena perubahan tubuhnya, si anak gadis menangis dan meminta ampun pada ibunya yang telah berulang kali dihina. Anak gadis itu menangis terus menerus sambil meratap dan meminta ampun.

Akan tetapi semua sudah terlambat, pada akhirnya seluruh tubuh gadis tak tahu diri dan angkuh itu berubah menjadi batu. Sekali pun telah menjadi batu, ada banyak orang bisa melihat kedua matanya masih menitikkan air mata seperti orang yang menangis. Oleh karena itu, pada akhirnya disebut sebagai batu menangis.

- Re-Orientasi

Demikian legenda batu menangis yang diyakini masyarakat sekitar sebagai suatu peristiwa yang nyata dan benar-benar pernah terjadi. Oleh karena itu, jangan durhaka pada ibu karena perbuatan laknat tersebut pantas mendapatkan hukuman dari Tuhan.

4 dari 4 halaman

Indonesia Merdeka

- Orientasi

Namaku Sanusi, saat itu umurku masih sekitar 14 tahun. Tepat di tanggal 17 Agustus 1945, saat itu juga bertepatan dengan bulan Ramadan sehingga aku, ayah, dan adikku keluar rumah tidak sarapan karena kami sedang menjalankan ibadah puasa. Kami keluar rumah pukul 09.00 pagi, tapi tidak seperti biasanya jalan-jalan di sekitar rumahku sepi dari lalu lalang warga.

- Urutan Peristiwa

Sebenarnya aku merasa heran, tapi aku diam saja dan terus berjalan mengikuti ayahku dan ternyata ayahku membawa aku dan adikku ke sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56. Dari jauh saja sudah terlihat bahwa di sekeliling rumah bercat putih dengan sebuah tiang bendera dari bambu itu sudah ramai dipenuhi banyak orang.

Melihat banyak orang berkumpul seperti itu tentu saja makin menambah rasa penasaran dalam diriku. Ada banyak pemuda yang berbaris rapi, serta banyak pula tampaknya tamu undangan yang duduk dengan rapi di deretan kursi yang telah disediakan. Sementara itu, pada bagian luar rumah sudah berkumpul masyarakat dari berbagai kalangan.

Hampir semua masyarakat yang berkumpul di sekitar rumah tersebut membawa bambu runcing, batu, sekop, parang, golok, dan berbagai barang yang bisa dijadikan sebagai senjata. Segala benda yang dibawa oleh mereka seakan menggambarkan tekad mereka untuk berani mati demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Saat aku, ayah dan adikku semakin berjalan mendekat ke area rumah itu, makin terdengar seruan masyarakat yang berteriak-teriak, "Sekarang, Bung, Sekarang!, Segera nyatakan sekarang". Masyarakat tampaknya memang sudah tidak sabar menunggu dan tentu saja seruan itu juga menunjukkan kekhawatiran mereka terhadap tentara Jepang yang akan menghalangi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Tak seberapa lama kami menunggu, akhirnya dari dalam rumah tersebut keluar dua orang berkemeja putih. Satu di antara orang yang keluar itu membawa selembar kertas dan dengan tegas, beliau membacakan isi dari kertas yang berisi pernyataan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

- Re-Orientasi

Mendengar teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu aku sangat terharu. Aku tidak menyangka di usiaku yang baru 14 tahun waktu itu, aku menyaksikan sebuah peristiwa besar dalam perjalanan Indonesia. Aku sangat bangga dapat menjadi bagian dari kemerdekaan bangsaku yang tercinta ini.

Aku berharap semoga rakyat Indonesia bisa terus bersatu seperti saat masa-masa perjuangan Indonesia melawan penjajah. Semoga satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia akan terus bertahan selamanya. Setelah Proklamasi dibacakan itu, aku, ayah, dan adikku pulang dengan rasa bahagia dan bangga sebab Indonesia sudah merdeka.

 

Sumber: Sekolahnesia, Deckarenas

Dapatkan kumpulan artikel contoh lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Video Populer

Foto Populer