Sukses


Apa Itu Emotional Eating, Ketahui Pengertian dan Cara Mengatasinya

Bola.com, Jakarta - Apa Anda suka makan makanan favorit dalam porsi besar saat sedang stres atau tertekan? Bisa jadi Anda mengalami emotional eating.

Emotional eating ialah saat seseorang memilih mengonsumsi makanan kesukaan dalam jumlah banyak saat sedang menghadapi situasi sulit.

Seperti diketahui, setiap orang memiliki cara masing-masing untuk mengatasi tekanan atau stres yang dialaminya. Tidak jarang, makanan menjadi "pelarian" mereka sebagai pelampiasan situasi tersebut.

Menurut studi, kondisi emotional eating lebih sering terjadi pada wanita. Kemudian, jenis makanan yang identik dengan kondisi stress eating ini umumnya tergolong tidak sehat. Misalnya, makanan tinggi gula dan lemak, terlalu gurih, dan lain-lain.

Studi juga melaporkan stres akibat pekerjaan dan masalah lain berhubungan dengan peningkatan berat badan. Itulah mengapa, apabila Anda menghadapi situasi semacam ini, perlu ditangani dan jangan disepelekan. Jangan biarkan berlarut-larut.

Pasalnya, Anda berisiko mengalami kenaikan berat badan hingga obesitas, termasuk penyakit lain yang erat kaitannya dengan berat badan berlebih.

Namun, Anda jangan khawatir. Ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mengatasinya. 

Berikut penjelasannya, pengertian emotional eating dan cara mengatasinya, disadur dari Klikdokter, Jumat (9/9/2022).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Pengertian dan Cara Mengatasi Emotional Eating

Pengertian Emotional Eating

Emotional eating adalah kebiasaan mengonsumsi makanan kesukaan secara berlebihan saat stres meski sedang tidak lapar. 

Kondisi tertekan dapat menyebabkan pelepasan beberapa hormon stres pada tubuh. 

Dalam jangka pendek, stres dapat menurunkan nafsu makan akibat pelepasan hormon epinefrin oleh kelenjar adrenal tubuh.  Namun, bila terus berlangsung, stres menyebabkan pelepasan hormon kortisol yang dapat meningkatkan nafsu makan.

Ciri utama kondisi ini adalah munculnya perubahan pola makan berkaitan dengan emosi yang dirasakan. Ketika mengalami kondisi psikologis seperti tertekan, sedih, stres, atau depresi, penderita akan mencari pelarian pada makanan. 

Cara Mengatasi Emotional Eating

1. Sadari Kondisi Itu dan Cari Pengalihan Lain

Hal pertama untuk mengatasi kondisi emotional eating adalah dengan menyadari kondisi ini pada diri sendiri. Tanpa mengenali kondisi yang terjadi, Anda akan sulit untuk mengubahnya.

Setelah itu, ketika Anda merasakan dorongan untuk makan saat stres, sadari hal itu dan bertekad untuk menahannya. Percayalah bahwa Anda mampu. 

Bila stress eating masih menghantui, coba mengalihkannya dengan membawa diri berjalan-jalan lima menit, duduk di luar, mendengarkan lagu favorit, atau ngobrol dengan teman.

2. Hanya Sediakan Makanan Sehat di Rumah

Untuk mengatasi keinginan ngemil saat galau, pilah jenis makanan yang disediakan di rumah. Hindari menyimpan makanan yang kurang sehat. 

Jangan banyak menyimpan makanan yang terlalu manis dan berlemak, serta kaya karbohidrat simpleks, seperti kue, biskuit, gorengan, minuman manis, soda, dan lain-lain. Jika hanya tersedia makanan sehat, otomatis tidak ada pilihan lain untuk Anda.

3 dari 3 halaman

Cara Mengatasi Emotional Eating

 

3. Rutin Berolahraga

Meski kadar kortisol dapat bervariasi dan bergantung pada intensitas dan durasi olahraga, aktivitas fisik dapat menghambat efek negatif yang timbul akibat stres.

Yoga dan tai chi adalah jenis-jenis olahraga yang cocok untuk meredakan stres dan menekan keinginan emotional eating karena keduanya merupakan gabungan dari aktivitas fisik dan meditasi. 

Meditasi akan membantu Anda merasa lebih tenang dalam menghadapi tekanan yang dialami.

4. Dukungan sosial dari Orang Sekitar

Dukungan keluarga, sahabat, dan rekan kerja secara umum memiliki dampak baik bagi situasi stres yang dialami seseorang. 

Penelitian menunjukkan, orang-orang yang bekerja dalam situasi penuh tekanan (seperti ruang gawat darurat rumah sakit) memiliki kesehatan mental yang lebih baik bila mereka mendapat dukungan sosial yang baik.

5. Kelola Stres Lebih Baik

Apabila Anda kesulitan mengatur emosi, Anda bisa minta tolong kepada ahli untuk membantu menentukan cara menghadapi stres dengan lebih baik. 

Jangan ragu berkonsultasi kepada psikolog atau psikiater untuk memperoleh terapi dan penyembuhan yang mungkin Anda butuhkan.

 

Disadur dari: Klikdokter.com (Published: 20/10/2020)

Silakan klik tautan ini untuk artikel cara dari berbagai tema lain. 

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer