Bola.com, Jakarta - Teks anekdot adalah jenis teks yang digunakan untuk menyampaikan kritik melalui sindiran terhadap kejadian yang menyangkut orang banyak. Dengan begitu, kritik yang disampaikan tidak menyakiti atau kasar.
Biasanya cerita yang diangkat dalam teks anekdot tentang orang terkenal atau penting (tokoh masyarakat) berdasarkan apa yang terjadi. Kejadian tersebut yang menjadi dasar dalam cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan.
Baca Juga
Advertisement
Jadi, teks anekdot dibuat sebagai satu di antara bentuk kritik yang menyampaikan realitas sosial dengan cara yang unik dan lucu.
Itulah sedikit penjelasan mengenai teks anekdot. Di sisi lain, ada berbagai tema penulisan teks anekdot, satu di antaranya tentang kesehatan.
Agar kamu mudah memahaminya, kamu bisa menyimak beberapa contoh teks anekdot bertema kesehatan yang menarik untuk dipelajari, lengkap beserta strukturnya.
Berikut ini beberapa contoh teks anekdot bertema kesehatan, dikutip dari laman Deckarenas, Rabu (14/9/2022).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kakek dan Obat Sakit Kepala
- Abstraksi
Suatu sore di bulan Ramadan, kakek dan cucu-cucunya sedang asik menonton televisi. Mereka menonton satu di antara program favorit cucu kakek, yaitu kartun.
- Orientasi
Setiap 15-20 menit sekali, muncul iklan pada tayangan televisi tersebut. Satu di antaranya yakni obat sakit kepala yang mengklaim bahwa obat tersebut dapat diminum kapan saja tanpa menyebabkan kantuk.
- Krisis
Ketika kakek dan cucu-cucunya sedang asik menonton televisi, tiba-tiba kakek merasa kepalanya sakit dan pusing. Kakek pun langsung memanggil salah seorang cucunya untuk membeli obat sakit kepala di warung.
- Reaksi
Sesampainya di rumah, sang Kakek segera meminum obat tersebut. Cucunya yang melihat kejadian tersebut pun kaget dan langsung bertanya, "Kan lagi puasa, kok kakek minum obat?"
- Koda
Tanpa ragu dan dengan raut wajah yang tampak tidak berdosa, sang Kakek lantas menjawab, "Itulah hebatnya obat bodrex. Bisa diminum kapan saja, cu!"
Advertisement
Sebuah Rokok
- Abstraksi
Suatu hari, seorang anak berusia 10 tahun sedang duduk-duduk di depan tv bersama ibunya. Ia menonton berita seputar kesehatan yang dibacakan seorang reporter sambil membaca buku pelajarannya.
- Orientasi
Tiba-tiba, anak tersebut bertanya kepada ibunya, "Kanker itu berbahaya, ya Bu?". "Benar, Nak, sangat berbahaya. Bahkan termasuk satu di antara penyakit yang paling banyak membunuh," jawab sang ibu dengan tidak memalingkan wajahnya dari layar televisi.
- Krisis
Anak tersebut kemudian keluar dari ruang televisi dan menemukan bungkus rokok yang tidak sengaja jatuh di dekat tempat sampah. Ia membaca bungkus tersebut dan melihat ayahnya sedang menghisap sebatang rokok sambil membaca koran dan minum kopi kesukaannya.
- Reaksi
Tiba-tiba, anak tersebut berlari ke luar rumah dan berteriak, "Toloooong, tolooongg!!" teriak anak tersebut. "Ada apa Nak, ada apa?" tanya warga di sekitar rumahnya. "Ayahku, mau bunuh diri!", sahut anak tersebut. Warga pun berlarian dengan cepat menuju rumah si anak.
Sang ayah dan ibu yang ada di rumah pun panik melihat kerumunan orang datang ke rumah. Suasana menjadi ramai ketika ayah anak tersebut bertanya siapa yang akan bunuh diri. Begitu pula pada suara riuh warga yang saling menenangkan ayah agar tidak jadi bunuh diri.
Kemudian sang anak berkata kepada ayah dan para warga, "Hentikan, Ayah. Jangan merokok lagi!" sambil menunjuk gambar penyakit kanker pada bungkus rokok tersebut dan tulisan bahwa merokok dapat membunuh.
- Koda
Warga dan orang tua anak tersebut terhenyak dan terdiam, lalu satu-persatu membubarkan diri.
Periksa ke Dokter
- Abstraksi
Di sebuah pos ronda, suatu malam. Ada dua warga, yakni Budi dan Tarjo yang sedang bercengkerama.
- Orientasi
Budi: "Jo, kamu udah pucat dan kayanya sakit begitu tidak mau periksa aja ke dokter?"
Tarjo: "Kapok saya, Bud!"
Budi: "Kenapa? Kan biar cepat sembuh juga Jo."
- Krisis
Tarjo: "Iya kapok banget saya. Dioper-oper saja, Bud."
Budi: "Dioper gimana maksudnya? Saya enggak paham, Jo."
- Reaksi
Tarjo: "Dulu saya pernah sakit kepala terus periksa ke dokter umum. Dari dokter umum diperiksa sebentar terus disuruh ke dokter saraf. Dari dokter saraf saya harus ke bagian ronsen-lah, laboratorium-lah, cek darah, banyaak Bud. Gak mau, saya trus pulang. Sampai rumah, kerokan sama pijit saja besoknya sudah sembuh. Masuk angin saja."
- Koda
Budi terdiam dengan jawaban Tarjo, dan memilih untuk memindah acara tv di pos ronda tersebut.
Â
Sumber: Deckarenas
Dapatkan artikel contoh berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement