Bola.com, Jakarta - Kata atau istilah hilal merupakan sesuatu yang kerap didengar ketika bulan Ramadn menjelang Syawal atau pada malam penentuan Hari Raya Idulfitri. Peneropongan hilal ramai diberitakan oleh berbagai stasiun televisi pada saat-saat tersebut, dan masyarakat pun menanti-nantikan hasilnya.
Perkara tentang apakah hilal sudah tampak atau belum, sudah bisa dilihat atau belum, menggunakan metode hisab atau ru'yah, menggunakan mathla' global atau nasional (wilayat al-hukmi), sudah diitsbatkan (ditetapkan) oleh pemerintah atau hanya cukup diumumkan (diikhbarkan) oleh pimpinan ormas Islam, dan lain-lain.
Baca Juga
Advertisement
Lantaran masalah penentuan awal bulan dan kalender Islam hingga saat ini masih belum disepakati secara bulat oleh seluruh umat Islam di dunia. Semuanya berpusat pada sistem waktu, konsep, dan kriteria hilal atau bulan sabit atau tanggal satu.
Hilal dalam bahasa Arab adalah kata "isim", yang terbentuk dari tiga huruf asal, yaitu ha-lam-lam ( ھـ -ل - ل ), sama dengan asal terbentuknya fi'il (kata kerja) dan tashrif-nya.
Hilal (jamaknya ahillah) artinya bulan sabit, suatu nama bagi cahaya bulan yang tampak seperti sabit.
Dalam Kamus Ilmu Falak disebutkan, hilal atau bulan sabit yang dalam astronomi disebut crescent adalah bagian Bulan yang tampak terang dari Bumi sebagai akibat cahaya matahari yang dipantulkan olehnya pada hari terjadinya ijtima' sesaat setelah matahari terbenam.
Apabila setelah Matahari terbenam, hilal tampak maka malam itu dan keesokan harinya merupakan tanggal satu bulan berikutnya.
Agar lebih paham lagi, berikut rangkuman tentang hilal, disadur dari Merdeka, Kamis (15/9/2022).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Hilal dalam Ilmu Astronomi
Kalender Islam ditentukan dengan fenomena hilal (bulan sabit pertama) yang terjadi sesaat matahari terbenam. Hal ini karena hilal merupakan alasan paling mudah serta fenomena yang mudah dikenali dalam mengawali tanggal dari perubahan bantuk bulan.
Penentuan berbagai ibadah dimulai dengan dilihatnya hilal.
Kemajuan ilmu astronomi dan pengetahuan astronomi terhadap pergerakan dan posisi bulan, menjadikan kriteria posisi hilal untuk bisa dilihat, kendati bentuknya kecil, terlebih sudah ditemukan alat bantu observasi, seperti teleskop, menjadikan posisi hilal menjadi lebih kecil lagi.
Dalam Fiqh al-Islamiy disebutkan bahwa dalam memulai puasa Ramadan, harus dimulai setelah melihat hilal. Kejadian itu bisa terjadi dan bisa dilihat jika langit sedang cerah. Bila mendung maka harus menggenapkan bilangan bulan sya'ban menjadi 30 hari.
Cahaya hilal dan cahaya senja berasal dari matahari, jadi panjang gelombangnya sama dan tidak bisa difilter. Tidak ada teknologi yang mampu melihat hilal (bulan sabit) di bawah 4 derajat, dan secara teori pun tidak ada teknologi yang bisa mengatur tingkat kekontrasan agar hilal bisa lebih tampak dibanding cahaya senja, kecuali ada teknologi yang bisa mematahkan teori tersebut.
Agar bulan bisa dilihat, jarak bulan dan matahari minimal 6,4 derajat dan beda antara tinggi bulan dan matahari dari ufuk minimal 4 derajat. Jadi, hilal baru bisa teramati jika melebihi kriteria tersebut.
Advertisement
Hilal dalam Penentuan Awal Bulan
Hilal adalah sabit bulan baru yang menandai masuknya bulan baru pada sistem kalender Kamariah atau Hijriah. Hilal merupakan fenomena penampakan Bulan yang dilihat dari Bumi setelah ijtima' atau konjungsi.
Perbedaan tempat dan waktu di Bumi memengaruhi tampakan hilal. Hilal sangat redup dibandingkan dengan cahaya matahari atau mega senja karena merupakan cahaya yang didapat dari pantulan sinar matahari. Dengan demikian hilal ini baru dapat diamati sesaat setelah matahari terbenam.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penampakan hilal. Hal ini juga berkaitan dengan kriteria visibilitas hilal. Kedudukan Bumi, Bulan, dan matahari, kemungkinan tinggi dan azimut Bulan dapat dihitung saat matahari terbenam.
Demikian juga dengan beda tinggi dan jarak sudut antara Bulan dan matahari. Tidak kalah pentingnya adalah faktor atmosfer dan kondisi pengamat yang ikut menentukan kualitas penampakan hilal.
Hilal tanggal satu adalah hilal yang terlihat pertama sekali setelah menghilang dari langit pada malam sebelumnya. Ketika terlihat pertama sekali, hilal sangat redup (kuat cahayanya adalah satu persen dari kuat cahaya purnama), dan hilal sangat tipis (hanya sekitar satu persen dari luas bulan purnama) serta hilal tidak terlalu tinggi di atas ufuk mar'i (sekitar kurang dari 10 derajat).
Keesokan petangnya, hilal sudah lebih tebal sekitar empat kali lebih terang dengan ketinggian yang bisa mencapai sekitar 20 derajat. Ketentuan kepastian wujud hilal tanggal satu kamariah dengan tanggal lainnya adalah berdasarkan hasil perhitungan hisab.
Disadur dari: Merdeka.com (Penulis: Edelweis Lararenjana. Published: 15/12/2020)
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.