Bola.com, Jakarta - Pathological liar adalah perilaku berbohong karena gangguan kesehatan mental. Dalam bahasa Indonesia, pathological liar dikenal dengan pembohong patologis atau kebohongan patologis.
Kebohongan yang diciptakan tidak untuk mencari keuntungan dan menghindari situasi sosial.
Baca Juga
Advertisement
Kondisi ini berbeda dengan pembohong non patologis, yang berbohong untung mencari sebuah keuntungan atau menutupi rasa malunya.
Dalam sebuah penelitian berjudul The Brain Adapts to Dishonesty oleh Niel Garrett, Stepanie, dkk. yang dipublikasikan Nature, menemukan sesuatu yang terjadi di otak saat seseorang berbohong.
"Makin banyak ketakbenaran yang dikatakan seseorang, makin mudah dan makin sering berbohong. Hasilnya juga menunjukkan bahwa kepentingan pribadi tampaknya memicu ketidakjujuran," demikian termuat dalam peneltian tersebut.
Agar lebih paham lagi, berikut rangkuman tentang pathological liar, disadur dari Liputan6, Sabtu (24/9/2022).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Dampak Pathological Liar
Pelaku pathological liar sangat mungkin mengalami masalah secara interpersonal dengan orang-orang terdekatnya.
Pathological liar menjadikan momen bersosialisasi menjadi sulit. Kemudian memunculkan masalah interpersonal yang signifikan dengan orang yang dicintai dan rekan kerja.
Belum diketahui secara pasti apakah pathological liar adalah menjadi gejala dari gangguan mental atau kondisi tertentu. Apabila dihubungkan dengan gangguan yang memengaruhi pathological liar adalah bisa berhubungan dengan "factitious disorder" dan "personality disorders".
Para peneliti berpendapat sementara, kebohongan patologis atau pathological liar secara teori, terjadi pada orang dengan APD (Auditory Processing Disorder). Ini jenis gangguan pendengaran yang terjadi karena otak tidak dapat memproses suara secara normal.
Namun, mereka dengan kondisi APD ini sering berbohong untuk keuntungan atau kesenangan pribadi.
Selain itu, dalam sebuah studi kasus pada satu orang pasien, ada yang menunjukkan tanda-tanda kebohongan patologis atau pathological liar bahwa pola perilaku mereka mirip dengan yang dapat terjadi dengan pengidap demensia frontotemporal.
Demensia frontotemporal adalah bentuk demensia yang memengaruhi daerah otak frontal dan temporal dan menyebabkan perubahan perilaku dan bahasa.
Advertisement
Ciri-Ciri Pathological Liar
Seseorang yang mengidap pathological liar memiliki beberapa kecenderungan perilaku. Meski sebenarnya untuk memahami itu, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan.
Apabila biasanya seseorang berbohong untuk menguntungkan diri sendiri atau menghindari situasi sosial yang memalukan atau membuat stres, ciri-ciri pathological liar tidak demikian.
Kebohongan patologis atau pathological liar adalah terjadi tanpa alasan yang jelas dan tampaknya tidak menguntungkan individu tersebut.
Tidak jelas apakah seseorang yang berbohong secara patologis menyadari kebohongannya atau mampu berpikir rasional tentang kebohongannya.
Contoh Perilaku Pathological Liar
1. Contoh perilaku pathological liar tentang sejarah
Seseorang yang mengidap pathological liar memiliki kecenderungan perilaku seperti membuat sejarah palsu, seperti mengatakan mereka telah mencapai atau mengalami sesuatu yang belum mereka.
2. Contoh perilaku pathological liar tentang kondisi diri
Seseorang yang mengidap pathological liar memiliki kecenderungan perilaku seperti mengaku memiliki penyakit yang mengancam jiwa yang tidak mereka miliki.
3. Contoh perilaku pathological liar tentang kekerabatan
Seseorang yang menderita pathological liar memiliki kecenderungan perilaku seperti berbohong untuk mengesankan orang lain, misalnya mengatakan bahwa mereka berhubungan dengan orang terkenal.
Disadur dari: Liputan6.com (Penulis: Laudia Tysara, Editor: Fadila Adelin. Published: 26/2/2022)
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.
Advertisement