Bola.com, Jakarta - Depresi adalah gangguan yang berkaitan dengan suasana hati dan terkadang membuat pengidapnya merasakan sedih yang berlebih dan tidak memiliki semangat.
Depresi juga bisa diartikan sebagai gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan perasaan yang merosot (seperti muram, sedih, perasaan tertekan).
Baca Juga
Advertisement
Mengalami depresi bisa mengganggu aktivitas sehari-hari karena dapat menyebabkan badan mudah lelah dan menganggu proses berpikir si pengidap.
Depresi bisa dialami oleh siapa saja, orang muda maupun tua, laki-laki atau perempuan.
Perlu diketahui, depresi termasuk gangguan mental serius. Selain itu, orang yang mengalami depresi dapat membahayakan diri sendiri, bahkan dapat mengancam nyawa.
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan munculnya depresi pada diri seseorang.
Jika Anda mengalami depresi, segera periksakan diri ke dokter, psikolog, maupun psikiater. Untuk itu, penting untuk mengetahui berbagai penyebab, gejala, pengobatan, dan pencegahannya.
Berikut ini rangkuman mengenai depresi yang perlu dicermati secara saksama, disadur dari Klikdokter, Senin (26/9/2022).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Penyebab
Hingga saat ini, belum diketahui dengan pasti apa penyebab depresi. Namun, penyakit ini dapat dipengaruhi dari berbagai faktor, seperti:
- Perubahan Biologis
Orang-orang dengan depresi mengalami perubahan fisik di dalam otak mereka. Perubahan yang dimaksud belum dapat dijelaskan secara pasti.
- Ketakstabilan Reaksi Kimiawi dalam Otak
Dalam suatu penelitian ditemukan jika zat-zat kimia yang terdapat dalam otak mungkin berperan dalam terjadinya depresi. Perubahan dalam zat kimia otak tersebut akan mengakibatkan perubahan kestabilan mood dalam seseorang.
- Perubahan Hormon
Perubahan dalam keseimbangan hormon di dalam tubuh dapat memicu terjadinya depresi. Perubahan hormon dapat terjadi saat kehamilan, selama beberapa minggu atau bulan setelah persalinan, akibat masalah tiroid, menopause, atau kondisi-kondisi yang lain.
- Keturunan Keluarga
Depresi lebih sering terjadi pada orang-orang yang dalam keluarga sedarahnya juga memiliki kondisi ini. Para peneliti saat ini masih berupaya untuk menemukan gen yang mungkin terlibat dalam menyebabkan depresi.
Selain faktor-faktor di atas, beberapa faktor ini juga berpotensi meningkatkan resiko munculnya depresi pada seseorang.
- Mempunyai kepercayaan diri yang rendah dan terlalu bergantung pada orang lain, sering menyalahkan diri sendiri, dan pesimis.
- Mengalami kejadian yang traumatik atau menegangkan. Misalnya pelecehan seksual atau penyiksaan secara fisik, kematian atau kehilangan orang yang dicintai, hubungan yang sulit dengan seseorang, atau masalah keuangan.
- Mengalami trauma masa kecil atau depresi yang mulai terjadi saat remaja atau anak-anak.
- Mempunyai identitas seksualitas berbeda seperti lesbi, homo, biseksual, atau transgender di dalam situasi yang tidak mendukung.
- Mempunyai gangguan mental lain, seperti gangguan cemas, gangguan makan, atau stres pasca trauma.
- Ketergantungan terhadap alkohol atau obat-obatan terlarang.
- Penyakit kronik atau penyakit serius, termasuk kanker, stroke, nyeri kronik, atau penyakit jantung.
- Sedang dalam pengobatan tertentu, seperti mengonsumsi beberapa obat hipertensi atau obat tidur. Beberapa ahli menemukan hubungan depresi dengan konsumsi obat-obatan kimiawi tertentu. Sebaiknya bicarakan dengan dokter sebelum menghentikan pengobatan apa pun.
Advertisement
Gejala
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi ke-5 (DSM-5) adalah panduan yang banyak digunakan dalam mendiagnosis kelainan mental. Menurut panduan tersebut, penyakit depresi dapat diderita seseorang jika ia minimal mengalami beberapa gejala berikut ini:
- Perasaan murung/tertekan hampir sepanjang hari, terutama di pagi hari.
- Rasa lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari.
- Perasaan tidak berguna atau bersalah hampir setiap hari.
- Gangguan konsentrasi, ketidakyakinan.
- Mengalami susah tidur atau bahkan tidur berlebihan.
- Berkurangnya minat dan ketertarikan pada semua aktivitas.
- Pikiran akan kematian atau keinginan bunuh diri yang muncul berulang kali.
- Rasa gelisah atau menjadi lamban.
- Penurunan atau kenaikan berat badan yang signifikan.
Pengobatan
Hingga saat ini belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan dan menghilangkan depresi. Para pengidap depresi dianjurkan untuk rutin mengonsumsi obat depresi dan melakukan konseling psikologis dengan psikoterapi.
Psikoterapi adalah istilah umum untuk mengatasi depresi dengan membicarakan tentang kondisi Anda dan masalah-masalah terkait dengan dokter atau konselor Anda.
Psikoterapi juga dikenal sebagai terapi bicara atau terapi psikologis. Cara ini terbukti efektif bagi sebagian besar orang dengan depresi.
Apabila pengidap mengalami depresi berat, diharuskan dirawat di rumah sakit atau mengikuti program terapi rawat jalan sampai gejala membaik. Berikut jenis obat-obatan yang digunakan sebagai obat depresi atau antidepresan:
- Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs): fluoxetine, paroxetine, sertraline.
- Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs): duloxetine, venlafaxine, desvenlafaxine.
- Norepinephrine-dopamine reuptake inhibitors (NDRIs): bupropion
- Antidepresan atipikal: trazodone, mirtazapine.
- Antidepresan trisiklik: imipramine, nortriptyline, amitriptyline, doxepin, trimipramine, desipramine.
Advertisement
Pencegahan
Belum ada cara yang pasti untuk mencegah depresi. Akan tetapi, Anda dapat melakukan hal-hal berikut ini yang mungkin dapat bermanfaat:
- Lakukan langkah-langkah pengendalian stres, untuk meningkatkan ketahanan dan kepercayaan diri Anda.
- Dekatkan diri dengan keluarga dan teman, terutama pada masa-masa yang berat, untuk menolong Anda melewatinya.
- Segera mencari pengobatan saat tanda depresi paling awal muncul, untuk menolong mencegah depresi bertambah berat.
- Jangan berhenti meminum obat depresi sebelum memberitahu dokter Anda. Menghentikan pengobatan secara mendadak atau lupa meminum beberapa dosis obat dapat menyebabkan gejala menyerupai gejala putus obat dan dapat memperburuk gejala depresi.
- Bila Anda sedang hamil atau menyusui, beberapa antidepresan dapat berisiko bagi janin atau anak yang masih menyusui. Bicaralah dengan dokter Anda bila Anda sedang hamil atau menyusui.
- Jalani hidup secara sederhana. Mungkin Anda harus mengizinkan diri Anda untuk melakukan lebih sedikit pekerjaan atau aktivitas apabila Anda merasa lelah atau lemah.
- Tulislah buku harian untuk memperbaiki suasana hati Anda.
- Bacalah buku atau situs internet yang dapat menolong Anda menjadi lebih baik.
- Jangan mengurung diri atau memisahkan diri dari aktivitas sosial.
- Temukan beberapa cara untuk bersantai dan mengatasi stres.
- Jangan membuat keputusan penting saat merasa kecewa atau murung sebab mungkin Anda sedang tidak berpikir jernih.
Disadur dari: Klikdokter.com
Dapatkan artikel pengertian adari berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.