Bola.com, Jakarta - Dewasa ini sharenting menjadi tren baru. Hal ini seiring makin maraknya penggunaan media sosial yang seakan telah menjadi kebutuhan. Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi, termasuk smartphone, yang makin pesat.
Mungkin Anda sudah tidak kaget lagi saat menjelajahi lini masa media sosial, seperti Facebook maupun Instagram, dan mendapati teman, kenalan, maupun kolega Anda mengunggah foto anak mereka.
Baca Juga
Advertisement
Sekilas, tidak ada yang salah dengan hal itu. Namun, apabila terlalu berlebihan dalam melakukannya, hal tersebut dinamakan "sharenting".
Dilansir dari Klikdokter, sharenting kali pertama dicetuskan The Wall Street Journal. Istilah ini merupakan gabungan dari oversharing dan parenting.
Oversharing merupakan perilaku mengunggah berbagai aktivitas dalam kehidupan pribadi ke dalam jejaring sosial. Sedangkan parenting merupakan kegiatan mengasuh anak.
Jadi, sharenting bisa dimaknai sebagai perilaku orang tua yang mengunggah berbagai sisi kehidupan anak ke dalam jejaring sosial.
Sebuah survei yang dilakukan perusahaan penyedia perangkat lunak antivirus, AVG, di jejaring sosial, menemukan bahwa sepertiga anak di Inggris yang ditemukan fotonya di jejaring sosial, merupakan hasil unggahan orang tuanya.
Foto tersebut terlihat mulai dari telapak kaki si kecil saat lahir di dunia hingga setiap detail aktivitas yang dilakukan setiap hari.
Di Indonesia, data yang jelas mengenai tingkat sharenting belum ditemui. Namun, sebagai satu dari 10 negara dengan pengguna internet terbanyak di dunia dan sebagian besar orang tua baru didominasi oleh kaum milenial, diduga perilaku sharenting di Indonesia lebih tinggi jumlahnya.
Kebiasaan ini perlu mendapatkan perhatian, terutama bagi Anda para orang tua. Sharenting memang bisa memberikan manfaat bagi orang tua. Di sisi lain, sharenting yang dilakukan tanpa pertimbangan matang bisa mengundang sejumlah bahaya.
Tidak lantas berarti Anda dilarang melakukannya. Hanya, sebagai orang tua, Anda hanya perlu bertindak lebih bijak dan berpikir dengan matang sebelum membagikan segala sesuatu ke publik.
Dengan ini, sharenting yang Anda lakukan diharapkan tidak membahayakan keselamatan anak dan justru bisa memberikan inspirasi bagi orang lain.
Lalu, apa saja efek negatif atau bahaya sharenting? Berikut ulasannya, seperti disadur dari Klikdokter, Senin (3/10/2022).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pengertian dan Bahaya Sharenting
Membuat Anak Rentan Menjadi Incaran Pedofilia
Tentu tidak semua unggahan membuat anak rentan diincar oleh pelaku pedofilia. Namun, menggunggah anak berpose tanpa busana, atau dengan mengekspos bagian dada, paha, maupun bokong bisa membuat pedofilia tertarik dengan anak Anda.
Di samping itu, tidak bijak memilih tagar pun bisa membuat anak rentan mengalami kejahatan, misalnya dengan membuat tagar #sexybaby, #bathtime, dan sejenisnya di caption foto terkait.
Anak Menjadi Rentan terhadap Penculikan
Terlalu update dalam mengunggah aktivitas anak di jejaring sosial bisa memudahkan penjahat untuk melakukan tindak penculikan.
Kejahatan tersebut akan lebih mudah terjadi jika Anda membagikan lokasi foto atau video anak secara real-time.
Maka itu, hindarilah mengunggah foto atau video anak secara real-time dengan mengikutsertakan informasi lokasi sang buah hati.
Kemungkinan Terjadinya Penculikan Digital
Secara fisik, anak mungkin tetap bersama dengan Anda. Namun, unggahan yang sangat terperinci tentang anak di dunia maya bisa membuat identitasnya dicuri orang lain.
Sang pencuri bisa saja membuat akun baru menggunakan nama anak Anda, dan membuatnya seolah-olah itu memang akun asli yang bisa digunakan untuk mencari keuntungan.
Membuat Anak Frustrasi
Tidak semua anak suka difoto. Apalagi ada sebagian orang tua yang mendandani anaknya dengan cukup kompleks, menggunakan berbagai properti, dan meminta mereka melakukan berbagai tingkah agar terlihat lucu saat tertangkap kamera. Bila anak tak menyukai hal itu, ia bisa saja depresi atau frustrasi.
Disadur dari: Klikdokter.com
Silakan klik tautan ini untuk artikel parenting dari berbagai tema lain.
Advertisement