Sukses


Arti Retorika beserta Ruang Lingkup dan Unsurnya

Bola.com, Jakarta - Retorika adalah seni berbicara atau berpidato. Seseorang yang belajar dan mendalami retorika akan mendapatkan kemampuan dalam menyusun dan memilih kata-kata yang tepat serta efektif dalam berbicara di depan umum.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), retorika adalah keterampilan berbahasa secara efektif.

Retorika adalah studi tentang pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang. Selain itu, makna lain retorika adalah seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.

Retorika berasal dari bahasa Yunani, "ritoras", yang berarti rhetor, orator, teacher. Retorika adalah cabang dari dialetika yang membahas mengenai kemampuan membuat argumen dalam bahasa sebagai alat di bidang ilmu etika.

Retorika juga didefinisikan sebagai sebuah teknik pembujuk-rayuan menggunakan persuasi untuk menghasilkan bujukan baik terhadap karakter pembicara, emosional, atau argumen.

Agar lebih paham lagi, berikut rangkuman tentang retorika, disadur dari Liputan6, Rabu (12/10/2022).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Ruang Lingkup Retorika

Retorika adalah istilah yang digunakan dalam ruang lingkup yang luas. Retoroka terdiri dari tiga ruang lingkup, yaitu:

1. Retorika forensik

Retorika forensik difokuskan pada keadaan seseorang, instansi maupun lembaga (seperti, yuridis) dengan mendorong terjadinya rasa bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika forensik sering kali dikenal dengan retorika yudisial atau pidato yudisial. 

Retorika forensik dapat digambarkan sebagai keterlibatan banyak pembelaan, masing-masing berbeda di setiap tempat, audiens, strategi, dan proses peradilan.

2. Retorika epideiktik

Retorika epideiktik digunakan sebagai promosi nilai-nilai kewarganegaraan melalui bahasa pujian dan celaan. Retorika epideiktik dalam demonstartif, dimaksudkan sebagai wacana baik memuji atau penistaan dengan tujuan menyalahkan seseorang atau lembaga.

3. Retorika deliberatif

Retorika deliberatif merupakan retorika yang memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi di kemudian hari bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang.

Fokus utama retorika deliberatif adalah pada audiens politik seperti majelis demokratis. Tujuannya untuk membuat seseorang atau audiens terbuka terhadap penilaian tertentu (seperti motivasi orang melalui media sosial).

3 dari 3 halaman

Unsur Pendukung Retorika

Unsur pendukung retorika, sebagai berikut:

Bahasa

Unsur pendukung utama dari retorika adalah bahasa. Bahkan, tidak ada retorika apabila tidak ada bahasa karena penggunaan bahasa memiliki hubungan dalam penyajian pesan, yang merupakan wujud fisik dari retorika.

Pada penggunaan bahasa dilakukan pemilihan kemungkinan-kemungkinan unsur bahasa yang dipandang paling persuasif oleh komunikator.

Pemilihan unsur-unsur bahasa itu bisa dalam bentuk istilah, kata, ungkapan, gaya bahasa, kalimat, dan lain-lain.

Etika dan nilai moral

Etika dan nilai moral merupakan unsur pendukung retorika yang tidak kalah penting. Adanya etika dan nilai moral dalam retorika menjadikan aktivitas komunikasi yang dilakukan bertanggung jawab.

Etika dan nilai moral menjadi tumpuan bahwa orang yang menguasai retorika harus bertanggung jawab dalam aktivitas komunikasinya.

Dalam mengomunikasikan informasi, komunikator perlu memperhatikan tiga syarat yang berkaitan dengan etika yakni, bertanggung jawab memilih unsur persuasif dan menyadari kemungkinan melakukan kesalahan, berusaha memahami dan memperlakukan secara jujur ​​kerugian yang diakibatkan oleh penipuan diri sendiri, menoleransi pendengar yang tidak setuju dengan isi yang disampaikan.

Penalaran yang benar

Unsur retorika berikutnya adalah penalaran yang benar. Penyampaian informasi dalam komunikasi harus didukung dengan penalaran yang benar agar informasi yang disampaikan memiliki kekuatan atau landasan.

Dengan penalaran yang benar, pembawa pesan juga harus menggunakan argumen logis untuk meyakinkan pendengarnya.

Untuk mendukung penalaran yang benar, pengguna (penerima pesan) atau retorika yang diterima dapat menggunakan penalaran induksi, deduksi, silogisme, entim, atau contoh.

Maka itu, dalam retorika ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu akal dan karakter komunikator, sehingga dapat dijadikan dasar persuasi di mana kepribadian digunakan sebagai tanda psikologis apakah pengirim pesan berbohong atau jujur.

Pengetahuan yang memadai

Pengetahuan yang memadai juga perlu sebagai unsur retorika selanjutnya. Apabila tidak disertai dengan pengetahuan yang memadai, penyampai pesan dapat menjadi orang yang sekadar menghasut dengan omong kosongnya. Komunikator harus benar-benar memahami apa yang ingin mereka sampaikan.

Mengenai materi dan strategi penyampaian dapat dipahami, yakni pemahaman atau pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan penting bagi pembicara. Keberhasilan retorika tergantung pada pemahaman pembicara tentang manusia (audiens) dan berbagai aspek.

 

Disadur dari: Liputan6.com (Penulis: Husnul Abdi, Editor: Nanang Fahrudin. Published: 23/12/2021)

Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengikuti tautan ini.

Video Populer

Foto Populer