Sukses


Perfeksionis Bikin Lelah, Ketahui Cara Meredamnya

Bola.com, Jakarta - Menjadi seorang perfeksionis bukan hal buruk. Ada kelebihan dari orang yang memiliki perfeksionisme. Akan tetapi, kamu perlu menyadari bahwa perfeksionis juga bisa berdampak buruk.

Perfeksionisme adalah watak atau sifat seseorang yang menganggap sesuatu yang tidak sempurna sebagai hal yang tidak dapat diterima, sedangkan perfeksionis ialah orang yang ingin segala-galanya sempurna.

Perfeksionisme bisa berkembang atau berubah menjadi gangguan mental. Itu terjadi ketika sifat perfeksionisme yang kamu miliki mulai melewati 'batas', ketika dorongan untuk sempurna membuatmu jadi tidak fleksibel dan terbebani mentalnya.

Kondisi semacam itu rentan membuatmu lelah. Hal ini karena ketika sifat perfeksionisme tidak bisa ditahan dan membuat pengidapnya kewalahan, muncul stres rasa kepercayaan diri yang rendah, hingga depresi.

Kondisi tersebut berdampak negatif terhadap tubuh, satu di antaranya memicu keluarnya hormon kortisol (hormon stres).

Hormon kortisol yang keluar dapat meningkatkan kadar gula darah, meningkatkan tekanan darah, menyebabkan peningkatan denyut jantung, hingga menekan respons imun dan sistem pencernaan.

Kortisol juga memberikan dampak di bagian regio otak yang mengendalikan mood, motivasi, dan rasa takut. Akibatnya, fisiologi tubuh menjadi terganggu.

Kombinasi masalah mental dan fisik yang terjadi ketika sifat perfeksionisme telah melewati batas, dapat menyebabkan tubuh jadi mudah lelah. Mengejar kesempurnaan benar-benar suatu hal yang sangat menyebabkan stres.

Stres yang tak berujung justru ini mengakibatkan perfeksionis jadi merasa mudah lelah, cepat menyerah, dan mengurangi motivasi.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di Psychology and Health, perfeksionisme memiliki peranan penting dalam terjadinya sindrom letih dan lesu kronis.

Sindrom letih dan lesu kronis adalah sekumpulan gejala yang didominasi oleh perasaan letih, lesu, serta masalah kognitif pada penderitanya. 

Di dalam studi tersebut juga disebutkan, orang dengan sindrom letih dan lesu kronis banyak yang memiliki kepribadian ambisius dan perfeksionis.

Lantas, bagaimana cara mengatasi atau meredam perfeksionis yang menggebu, yang bisa berdampak merugikan? Kamu bisa menyimak caranya di bawah ini, seperti disadur dari Klikdokter, Sabtu (15/10/2022).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

Cara Meredam Perfeksionisme Berlebihan

Perfeksionisme yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan keluhan fisik maupun mental lainnya, tidak hanya sekadar menyebabkan tubuh mudah lelah.

Itulah mengapa, tidak ada jalan terbaik selain mengatur emosi dan mengurangi kecenderungan untuk selalu sempurna.

Beberapa cara terbaik untuk meredam sifat perfeksionisme yang terlalu menggebu-gebu, di antaranya sebagai berikut:

- Mencoba untuk bisa memaafkan diri sendiri ketika membuat kesalahan.

- Fokus kepada kehidupan yang seimbang, bukan yang sempurna.

- Jangan membuat suatu tujuan yang tidak mungkin dan berlebihan.

- Selesaikan pekerjaan sesuai waktu dan energi yang dimiliki, bukan yang diimpikan.

- Berbuat baiklah terhadap diri sendiri.

- Bicarakan hal yang positif tentang dirimu.

- Nikmatilah hidup dan berikan dirimu pujian untuk kesuksesan yang didapatkan apabila telah melakukan sesuatu dengan cara sehat.

- Cintailah dirimu.

- Jangan mengkritik diri sendiri secara berlebihan.

- Harus mengingat bahwa kamu adalah orang biasa yang memiliki kemampuan terbatas.

- Terus bersosialisasi dengan cara menjaga hubungan yang positif dengan orang-orang terdekat demi mengurangi rasa stres dan kewalahan akibat perfeksionisme.

- Ingat untuk selalu merawat tubuhmu dengan rutin berolahraga, makan sehat, dan beristirahat cukup.

- Apabila beban terasa begitu berat, kamu bisa meminta pertolongan kepada ahli seperti psikolog atau psikiater.

 

Disadur dari: Klikdokter.com (Published: 5/1/2021)

Silakan klik tautan ini untuk artikel kesehatan mental dari berbagai tema lain. 

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer