Sukses


Macam-Macam Dampak Buruk Terlalu Sering Galau bagi Kesehatan

Bola.com, Jakarta - Macam-macam dampak terlalu sering galau bagi kesehatan perlu kamu tahu. Dengan begitu, kamu tidak berlama-lama larut dalam kegalauan yang sedang kamu rasakan.

Galau menjadi satu di antara istilah gaul yang banyak beredar, terutama di kalangan anak muda. Kata 'galau' sudah masuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, yang berarti kacau (tentang pikiran).

Di era yang banyak tuntutan seperti sekarang, sangat mudah bagi kita menjadi galau. Banyak hal bisa memicu kegalauan dalam diri. Bahkan bisa jadi, hal kecil yang tidak sesuai harapan, bisa membuatmu galau.

Pada dasarnya, merasa galau merupakan hal normal. Namun, jangan sampai menjadi kebiasaan. 

Pada sejumlah penelitian, kondisi galau dan stres sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Selain itu, galau dapat menyebabkan asma, obesitas, diabetes, nyeri kepala kronis, depresi, masalah pencernaan, Alzheimer, dan percepatan penuaan.

Galau dapat memicu penyakit-penyakit berat tersebut lantaran ketika kamu galau, tubuh akan terpicu untuk mengalami sejumlah perubahan akibat kondisi stresmu. Satu di antaranya pengeluaran hormon stres kortisol yang memengaruhi berbagai organ tubuh.

Untuk lebih jelasnya, berikut macam-macam dampak buruk terlalu sering galau bagi kesehatan, disadur dari Klikdokter, Rabu (19/10/2022).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Dampak Buruk Terlalu Sering Galau bagi Kesehatan

Penyakit jantung

Orang yang mudah galau rawan mengalami peningkatan tekanan darah serta penyakit jantung. Penyebabnya diduga karena kondisi stres dapat meningkatkan detak jantung dan aliran darah, serta melepaskan kolesterol dan trigliserida ke darah. 

Stres juga secara tidak langsung menyebabkan seseorang lebih rentan merokok dan obesitas, yang juga menjulangkan risiko penyakit jantung.

Lebih lanjut lagi, bagi seseorang yang telah memiliki riwayat penyakit jantung, stres dan kegalauan dapat memicu timbulnya serangan jantung. 

Untuk itu, jika kamu telah mengidap penyakit jantung kronis sangat disarankan untuk mengatur emosi dan mengelola stres akut sebaik-baiknya.

Depresi

Bila kegalauan memburuk hingga menjadi depresi, hal ini akan lebih berbahaya. 

Pasien dengan depresi diteliti memiliki peningkatan aktivitas sel darah trombosit dan penanda radang di darahnya (yang disebut dengan C-reactive protein, atau CRP). Kedua hal ini menjadi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Selain itu, depresi disebutkan dapat menaikkan risiko kematian hingga 17 persen, hanya dalam enam bulan setelah penderitanya mengalami serangan jantung pertama.

 

3 dari 4 halaman

Dampak Buruk Terlalu Sering Galau bagi Kesehatan

Obesitas dan Diabetes

Kegalauan menyebabkan seseorang memiliki gaya hidup yang tidak sehat. 

Selain merokok, gaya hidup tidak sehat yang dimaksud adalah malas berolahraga, mengonsumsi makanan tinggi lemak (seperti junk food), dan tinggi kadar gula. Bila berkepanjangan, kondisi obesitas dapat terjadi.

Obesitas dan gangguan profil lemak dalam darah juga berisiko memicu gangguan sensitivitas hormon insulin. Gangguan sensitivitas hormon insulin mengawali terjadinya diabetes mellitus tipe 2.

Nyeri Kepala Kronis

Tension type-headache (TTH) adalah nyeri kepala yang erat kaitannya dengan masalah psikologis seperti galau. Biasanya TTH memunculkan gejala berupa ketegangan di area pundak.

Jenis sakit kepala sebelah, atau migrain, juga bisa dicetuskan oleh kegalauan hati yang berat. Bila galau tak segera tertangani, nyeri kepala dapat terus berulang dan menjadi kronis.

 

4 dari 4 halaman

Dampak Buruk Terlalu Sering Galau bagi Kesehatan

Gangguan Pencernaan

Kondisi galau tidak akan menyebabkan timbulnya luka secara mendadak pada lambung. Namun, galau dapat memperberat gejala karena meningkatkan produksi asam lambung. 

Ketahui juga bahwa galau menjadi faktor yang berkontribusi dalam munculnya rasa terbakar di dada pada gastroesophageal reflux disease (GERD) serta gangguan buang air besar pada irritable bowel syndrome (IBS).

 

Disadur dari: Klikdokter.com

Silakan klik tautan ini untuk artikel kesehatan dari berbagai tema lain. 

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer