Sukses


Contoh-Contoh Naskah Drama Pendek

Bola.com, Jakarta - Drama adalah sebuah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan memiliki maksud untuk menampilkan sebuah pertunjukkan yang diperankan oleh aktor.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drama merupakan komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan atau watak melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan.

Secara umum, drama merupakan satu di antara aliran dalam sastra yang berisi komposisi syair atau prosa, yang diharapkan dapat menggambarkan perilaku kehidupan manusia di atas panggung.

Pertunjukan drama atau pementasan drama merupakan seni pertunjukan yang kompleks. Ada beberapa unsur yang harus ada dalam sebuah pementasan drama.

Satu di antara unsur dalam pementasan drama ialah naskah. Naskah drama identik dengan lakon atau cerita yang melibatkan tokoh-tokoh dengan karakterisasinya dalam menghadapi konflik-konflik yang diciptakan penulis naskah.

Dalam pengembangan ceritanya, penulis membaginya melalui babak dan adegan-adegan dalam naskah drama.

Berikut ini beberapa contoh naskah drama yang bisa jadi referensi untuk dipentaskan, dilansir dari Modul Pembelajran SMA Bahasa Indonesia terbitan Kemdikbud, Jumat (25/11/2022).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Cerita di Sekolah

Di suatu sekolah ternama, ada tiga nama siswa yang memang sangat populer dan disegani oleh teman-teman yang lainnya. Mereka adalah Sherly, Rany dan Ira. Mereka terbiasa mendapatkan apa pun yang diinginkannya, terutama dengan uang.

Namun, ternyata ada kelompok yang kedua, mereka adalah Neyra, Kholil, dan Dimas. Mereka adalah siswa yang berprestasi di sekolahnya, tetapi mereka tergolong dari keluarga tidak mampu sehingga sering diremehkan oleh Sherly, Rany, dan Ira.

Pada jam istirahat, mereka bertiga akan pergi ke kantin, tetapi uang Sherly hilang.

Rany: "Sher, Ir, ayo kita ke kantin!"

Ira: "Perutku sudah terasa sangat lapar."

Sherly : (Sambil mencari-cari uangnya di dalam tas) "Aku juga sangat lapar. Uang aku ternyata hilang."

Rany: "Berapa emangnya? Coba cari lebih teliti lagi."

Sherly: "Tidak mungkin Ran, aku ingat banget tadi taruhnya di sini."

Ira: "Hmmmm… Mending kita geledah semua tas di kelas ini."

Rany: "Geledahnya tunggu anak-anak di dalam kelas semuanya, Sher, kita tidak enak sama teman-teman."

Ira: "Ya udah, mendingan kita sekarang ke kantin, biar aku yang traktir."

Setelah semua siswa masuk ke dalam kelas maka Rany memberikan pengumuman atas uang Sherly yang hilang.

Rany: "Teman-teman ada yang lihat uang Sherly tidak ya?"

Kholil : "Berapa uangnya?"

Sherly: "500 ribu rupiah."

Kholil: (Menggeleng)

Rany: "Ya sudah, kita akan geledah tas kalian semua." (Ririn menuju meja Dimas yang sedang membaca bukunya, diambil tas dan menggeledahnya)

Rany: "Loh ini uangnya Sher, 500 ribu kan."

Dimas: (Ia langsung meletakkan bukunya) "Bukan, uang itu diberikan ayahku untuk membayar sekolah" (sambil merebut uang tersebut dari Rany).

Kholil: "Iya, betul. Itu uang Dimas, tadi pagi aku melihat sendiri ayahnya yang memberikan ke Dimas."

Sherly: "Aku tidak menyangka!"

Nurul: "Kamu jangan gitu dong, Sher. Dimas belum tentu mengambil uangmu! Siapa tahu, uang itu memang benar-benar pemberian ayahnya untuk membayar sekolah".

Akhir cerita, ternyata yang mengambil uang Sherly yaitu teman terdekatnya yaitu Ira. Saat itu keluarganya sedang susah, tetapi Ira ingin tetap mengikuti gaya hidup seperti kedua sahabatnya. Meski Sherly sempat marah, akhirnya ia mengetahui kondisi Ira dan memaafkanya. Tak lupa Sherly juga meminta maaf pada Dimas.

3 dari 4 halaman

Kejujuran

Dalam suasana belajar mengajar di dalam kelas dan sedang dilakukan ulangan mendadak serta mengumpulkan tugas.

Guru: "Anak-anak, silakan dikumpulkan tugas karya tulis minggu kemarin." (kemudian satu persatu siswa naik mengumpulkan tugas karya tulis masing-masing)

Guru: "Karena ini merupakan tugas perorangan, maka penilaian akan dilakukan berdasarkan isi dari karya tulis kalian. Oke, masukkan buku kalian semua. Bapak akan mengadakan ulangan."

Reni: "Hah, ulangan apa lagi, Pak? Baru saja dua hari yang lalu diadakan ulangan."

Guru: "Rara, tolong dibagikan kertas folio ini ke semua siswa."

Rara: "Baik, Pak." (sambil berjalan membagikan kertas folio. Suasana ruang kelas berubah menjadi gaduh karena setiap siswa mengeluh tentang diadakannya ulangan mendadak ini)

Guru: "Pada ulangan kali ini, bapak ingin kalian menulis ulang pokok-pokok dan kesimpulan dari karya tulis yang kalian buat."

(Kemudian siswa hening dan sibuk mengerjakan ulangan. Sedangkan Pak Guru sibuk memeriksa tugas karya tulis yang tadi dikumpulkan. Pak Guru menemukan keanehan pada tugas karya tulis milik Rara di mana isinya sama persis dengan karya tulis milik Rina. Setelah 20 menit berlalu, kemudian kertas ulangan dikumpulkan.)

Guru: "Baiklah yang lain bisa istirahat. Tolong Rara dan Rina tetap di sini, Bapak mau bicara."

(semua siswa keluar ruang kelas kecuali Rara dan Rina)

Guru: "Bapak minta kalian berdua jujur kepada Bapak. Kenapa tugas kalian bisa sama persis, bahkan titik dan komanya juga."

Rara: "Saya mengerjakan karya tulis itu sendiri, Pak."

Rina: "Saya juga mengerjakan karya tulis saya sendiri."

Guru: "Lalu, Mengapa isi dari jawaban ulangan kalian tadi tidak sama dengan isi karya tulis kalian?"

(lama Rara dan Rina terdiam, takut-takut untuk memulai bercara)

Guru: "Kalau begitu, Bapak anggap kalian tidak mengerjakan tugas karya tulis dan tidak mengikuti ulangan tadi."

Rina: "Maaf, Pak. Apakah kalau saya berkata jujur Bapak akan memaafkan saya?"

Guru: "Tentu."

Rina: "Saya mendapatkan materi untuk tugas karya tulis dari internet, Pak. Saya langsung copy paste dan tidak saya baca lagi. Itulah mengapa ulangan tadi tidak sama dengan isi karya tulis saya."

Guru: "Baiklah, alasan bisa Bapak terima. terus kamu, Rara?"

Rara: "Saya minta tolong Reni mengerjakan tugas karya tulis itu, Pak. Dan kelihatannya dia mencari sumber dari internet."

Guru: "Kalau begitu tolong panggilkan Reni."

Rara: "Baik, Pak." (Rara pun keluar memanggil Reni)

Reni: "Bapak memanggil saya?"

Guru: "Iya, Bapak ingin bertanya, apa benar Rara minta tolong pada kamu untuk mengerjakan tugasnya ???"

Reni: "Iya Pak, maafkan saya, Pak. Rara bilang dia tidak mengerti tugas dari bapak terlebih dia bilang dia tidak bisa mencari tugas tersebut dari internet karena dia tidak punya uang untuk ke warnet."

Guru: "Baiklah kalau begitu. Tugas karya tulis dan ulangan kalian bapak kembalikan. Kalian harus membuat karya tulis lagi dan dikumpulkan dalam tiga hari."

Rara dan Rina: "Baik, Pak."

4 dari 4 halaman

Zaman

Karya : Sri Kuncoro

Di beranda sebuah rumah yang sederhana, tetapi cukup asri, seorang ibu tampak gelisah

Ibu: Ayah, sepertinya hujan akan turun. Lihatlah mendung itu gelap sekali.

Ayah: Tenanglah Bu. Mereka, kan sudah dewasa.

Ibu: Tapi, kan tidak biasanya mereka pulang terlambat. Lagi pula mendung

Ayah: Mereka toh bisa berlindung, jika nanti hujan turun dengan lebat.

Ibu: Ah, Ayah selalu begitu!

Ayah: Ah, Ibu juga selalu begitu!

(Keduanya diam, lalu anak ke-2 memasuki pintu panggung)

Ibu: Kenapa pulang terlambat, Man? Sudah makan siang, Nak?

Anak 2: Sudah Bu. Tadi, ada demo yang menghambat lalu lintas.

Ayah: Demo tentang apa dan oleh siapa?

Anak 2: Tidak tahu, Ya. Saya tidak peduli demo macam apa dan oleh siapa.

(Masuk ke kamar, ganti baju, dan keluar lagi).

Ibu: Kau mau kemana lagi, Man?

Anak 2: Voli, Bu. Ada latihan di stadion.

Ibu: Mendung begitu gelap, kakakmu belum pulang. Carilah dulu!

Anak 2: Saya sudah terlambat, Bu. Lagi pula Kakak pasti bisa menjaga diri

Ibu: Hujan akan segera turun. Nanti dia terjebak hujan. Jemputlah dulu!

Anak 2: Bu, saya sudah berumur 19 tahun. Jadi, saya rasa, Kakak juga sudah dewasa.

Ayah: Man, jangan kasar kepada ibumu!

(Anak 1 mendadak nyelonong masuk dan menghempaskan tubuhnya ke kasur)

Anak 2: Tuh, Bu, Putri Cinderela sudah kembali ke istana. Saya pergi dulu!

Anak 1: Reseh, lu!

Anak 1: Biasalah, Bu, memperjuangkan keadilan.

Ayah: Keadilan macam apa?

Anak 1: Keadilan bagi rakyat jelata. Sekarang ini, ya, segala kepentingan umum.

Ibu: Kau berurusan dengan polisi?

Anak 1: Demi keadilan, Bu.

Ibu: Jangan macam-macam kamu, ya,!

Anak 1: Ibu jangan khawatir. Jangan panik seperti itu!

 

Sumber: Kemdikbud

Baca artikel seputar drama lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer